BAB 2. I'm Sure He's Kim Taehyung

942 166 14
                                    

Jika ingatannya menolakmu, jadikan bahan bakar untuk membuatmu lebih gencar lagi mendapatkannya, karena yang sudah menjadi milikmu, tidak bisa dilepaskan begitu saja. -Jennie.

***

"Noona! Noona, tunggu!" Aku mendengar teriakan Jungkook, tapi tidak ada waktu untuk menanggapinya, yang jelas ia akan bertanya mengapa aku harus berlari seperti orang kesetanan begini.

"APA?" Begitu aku kelelahan, baru kuberikan respons kepada Jungkook.

"Jangan ngegas gitu dong Noona, untung cantik dan tidak bau, jadi meski ada kuah yang menempel di pipiku, tidak terasa seperti sedang diludahi, tapi jadi terasa seperti dicium."

Aku membelalakkan kedua netraku sambil menatap Jungkook kesal. Kalau saja dia bukan orang yang membuat Papa Mamaku teriak-teriak bila aku berulah dengannya, ah bukan hanya dengannya saja tapi juga kelima pangeran yang lain. Rasanya aku sudah ingin menendang Jungkook pergi dari hadapanku saat ini. "Kau mau dicium, Kook?" tanyaku memberi jeda. Sementara Jungkook langsung manggut-manggut sambil menatap ke arahku dengan wajah berbinar.

'PLAK!'

"Tuh, cium! Ngacau banget kalau bicara, gara-gara kau jadi kehilangan Taehyungku." Mendesah kesal, lantas aku mencoba untuk kembali menuju ke meja bartender dan memesan minuman seperti biasa. Berat yang menimpa kepalaku adalah pusing yang tak kunjung reda.

"Kau halu Noona, mana ada kekasihmu yang udah hilang lima tahun, sekarang mau nongol seperti jailangkung?" celetuk Jungkook.

"Tidak perlu diperjelas gitu dong lima tahunnya! Mau aku tampar lagi, nih?" sungutku seraya melambaikan tangan seperti menunjukkan bahwa aku akan bersiap-siap memukulnya.

"Ampun Noona, kau cantik. Aku diam." Jungkook sudah seperti kelinci manis yang takut dijadikan sate kelinci, sehingga dia memohon dengan gigi kelincinya. Ugh, sayang bukan seleraku, mau semanis apa sikapnya padaku, tetap Taehyung masih membuatku penasaran.

Setelah Jungkook memberikan gerakan seperti mengunci mulutnya, aku hanya bisa bertompang dagu sambil melihat menu minuman yang belum kupesan sama sekali.

Berada di Night Club dengan dekorasi mewah yang diiringi musik untuk orang-orang menikmati kehidupan malamnya sambil menari-nari, mengangkat tangan, bahkan ada yang saling bersandar dengan sengaja di bawah redupnya ruangan agar terkesan romantisnya, juga tak luput dari kemaksiatan yang tentu saja kau tahu tanpa aku menjelaskan. Begitulah orang-orang mudah menjadikan tempat ini sebagai pelarian dari perasaan yang kosong.

"Cih! Aku masih memikirkan Kim Taehyung!" Aku berdecak kesal, tidak bisa berpikir apa yang aku inginkan saat berada di sini karena pikiranku terus tertuju padanya, dan aku harus menemukannya.

Seorang bartender dan asistennya barback sudah menunggu pesanan kami berdua. Tidak banyak berpikir, aku langsung mengatakannya. "Aku pesan cocktail bloody mary. Dan, kau apa?" Menatap Jungkook untuk bertanya apa yang ingin ia minum.

"Cocktail virgin mary dong." Jungkook pun menyahut, dan bartender tersebut langsung bergerak menuju ke balik meja Barnya sambil menjalankan aksinya.

"Jen," panggil Jungkook cukup keras karena kalau tidak begitu akan kalah dengan suara musik di sini.

"Hm?" Aku menanggapinya dengan bergumam karena sangat malas sekali.

"Aku ingin memiliki kesempatan untuk masuk ke hatimu." Jungkook berkata lagi dengan suara yang terdengar lebih romantis, tapi perasaanku tidak percaya padanya begitu saja, kendati kau tahu sendiri apa sebabnya.

"Tidak perlu mencoba, di hatiku masih ada Taehyung," kataku dengan sarkasme. Sungguh aku tidak pernah suka memberikan perhatian, termasuk harapan yang terlalu tinggi. Jadi, jika kau ada di sisiku dan meminta pendapat di mana faktanya memang buruk seperti itu, aku tidak akan menyembunyikannya dengan mengatakan itu bagus, hanya karena ingin menghibur dirimu. Itu tidak baik, karena nanti akan menjadi kebiasaan seseorang.

"Taehyung... Taehyung, dan Taehyung. Aku memahaminya, tapi setidaknya kau mau membuka jalan untuk orang-orang..." Jungkook merasa harus menjeda ucapannya karena aku menyela dengan kalimat yang lagi-lagi terdengar sarkasme.

"Orang-orang apa? Orang-orang frustasi sepertimu yang tidak memiliki pasangan, hm?" ketusku sambil menatap Jungkook dengan serius hingga sebuah minuman yang kami pesan sudah datang dan disajikan dengan bartender tampan tersebut.

Sejenak, Jungkook terdiam. Rasanya aku ingin tertawa karena kupikir ia pasti akan menyerah. Oh, ternyata tidak. Ia masih ingin berdebat denganku. "Kau sangat kasar sekali Noona."

Tersenyum dengan pura-pura lembut, aku menyahut cepat. "Lebih baik begitu, terlihatlah brengsek di depan semua orang agar kau bisa dihargai, jangan terlihat baik hanya karena ingin dipandang baik. Semua orang tidak sebaik itu, karena Taehyung mengajarkan aku untuk memilih orang-orang yang tulus dengan cara menerima diri kita, secara buruk dan baik. Kau paham kan?" tuturku.

"Oh, jadi Kim Taehyung itu mengajarkanmu galak seperti ini?"

"Ck, orang bego nih."

"Kasar amat."

"Bodoh amat, Kook." Karena kesal berdebat dengan Jungkook, aku membiarkan pria itu dengan pemikirannya hingga tidak kusangka, ketika aku mulai minum dan melihat dari sudut mataku, ia kembali terlihat. Bahkan lebih jelas lagi, hingga membuat kekuatan dalam diriku, segera bergerak menghampiri pria itu. Tidak ingin kehilangan kembali jejaknya.

Tidak peduli pada teriakan Jungkook yang lagi-lagi tampak kesal padaku. Taehyung lebih penting, jika Jungkook mengatakan hal buruk tentang sikapku pada Papa dan Mama agar aku dimarahi habis-habisan, no problem. Yang penting aku harus menghapus rasa penasaran ini dengan membuktikan bahwa pria tadi bukan Taehyung, atau bisa jadi ia adalah Taehyungku yang menghilang.

"TAEHYUNG! KIM TAEHYUNG!"

Orang-orang memakiku karena suaraku yang keras dan aku harus menerobos kerumunan orang hanya karena ingin menjangkau Taehyung.

Berhasil. Akhirnya aku berhasil meraih lengan pria itu. Menyuruhnya berbalik dan menatapku. OMG! Tubuhku langsung gemetar dan tidak bisa berkata-kata. Bahkan aku membutuhkan ia agar menegurku, karena otakku seperti tidak berfungsi ingin mengatakan apa? Ia benar-benar Taehyung. Sangat mirip.

"Hei, Noona!"

Aku terkejut. Mengerjapkan mata sambil menarik napas dalam-dalam hingga kemudian bibirku menyuarakan namanya. "Kau Kim Taehyung yang kucari selama ini!" Aku langsung berhambur ke pelukannya setelah mengatakan demikian.

"Sungguh aku sangat rindu Taehyung. Selama lima tahun kau ke mana saja? Kenapa tidak memberitahuku jika kau pergi? Kenapa kau tidak mengangkat teleponku, hm? Ah, tidak apa-apa kalau tidak bisa menjelaskannya dulu. Mari kita pulang dan membicarakan ini secara baik-baik." Aku berkata panjang lebar dan rasanya aku benar-benar terharu bisa menemukannya meski di sini.

Tapi aku tidak tahu, setelah Taehyung Menyuruhku untuk melepaskan pelukannya, ia justru berkata seperti ini. Sakit sekali. Menusuk sekali. Drama sekali. "Kau siapa Noona? Maaf, sepertinya anda salah orang, ya? Jika anda sedang mabuk, pulanglah. Di sini banyak garangan," katanya.

Jadi, Taehyung... kenapa kau berbicara seperti itu? Apa kau tidak mengingatku? Barangkali aku salah mengenali wajahnya, aku mengucek mata dan kembali menatap pria dihadapanku. Tidak salah kok, wajahnya seratus persen mirip dengan Taehyung. Tapi mengapa ia seperti tidak mengenaliku? Bahkan lebih parahnya lagi, sosok perempuan yang baru saja datang, terlihat begitu manja menempel-nempel dengan Taehyungku. Lalu kudengar dari mulut Taehyung sendiri, ia berbicara dengan perempuan itu.

"Akhirnya kau datang Rose, mari kita pulang, sayang."

Dunia tidak sebercanda ini, kan? Tidak mungkin Taehyung punya kembaran yang tampak begitu mirip.

***

A/N : Haloooo, maaf nih baru update lagi. Tapi kira-kira ceritanya sampai sini gimana menurut kalian? Suka nggak? Mau next nggak? 😂 Kalau mau next, nanti kuusahakan selasa baru bisa update lagi, tapi tapi... harus di vote dan komen dulu yang rame biar nggak sepi kayak hatiku, eh eh canda wkwk.

See you, thank you💜💜🤗

Lovesick Girls (TAENNIE)Waar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu