17. Penentuan Elementerku

Start bij het begin
                                    

"Fufu.. Iya, bahkan saat kau menghina mata Ketua Menara Sihir membuat beberapa orang menahan napas. Kau sangat berani ya~ oh.. Kau juga ternyata tipe sifat mudah dekat dengan orang-orang di sekitarmu, maaf mengatakan ini tapi.. Mau kah kau menjadi temanku juga?" tanya Hina-chan tertawa senang.

"Hm? Bukankah kita sudah berteman?" tanyaku kebingungan.

Hina-chan terkejut. "Oohh.. Oh... Kalau begitu, bolehkah aku memanggilmu Chesia?" tanyanya senang.

Ugh, Heroineku~
(T▽T)

"Ya! Tentu saja." jawabku senang.

"Panggil aku Hina, Chesia.." pinta Hina-chan yang membuat jantungku berdegub kencang.

"T-tapi.. Itu kan.." aku sadar wajahku memerah dan mengetuk-ngetukkan dua jari telunjukku gugup.

"Imutnya~ tidak masalah! Bagaimana jika 'Hina Onee-sama'?" tanya Hina memujiku.

Aku bertambah merah!
Uwahhh! Di puji Heroine bagaikan dipuji artis papan atas!

"Uumm.. Bagaimana dengan Hina-senpai? Karena.. Aku merasa kau adalah senpaiku.."

"Ya! Aku suka dengan itu, mari pergi dengan itu.. Em, Chesia."

Hubunganku dengan Hina-chan semakin dekat. Aku suka, rasanya jantungku berdebar sangat kencang. Ugh, apakah begini ya rasanya dekat dengan karakter yang kita buat di imajinasi?

Haha.. Imajiner lagi..

"Elemen Api! Angin! Bumi! Air! [Berkah Tuhan] penolak kegelapan! Sangat bagus Yang Mulia! Anda dipihak 4 roh Elemen langsung!" suara keras Oji-san membuat kami menoleh ke sumber suara.

Pangeran Yohan berdiri dengan gagah, seketika Pedang Suci menghampirinya, dia dengan tangkas menangkapnya.

Pedang itu Excalibur! Wow, Excalibur ada disana! Ah, aku lupa tidak melihat semua pedang!

Excalibur adalah pedang legendaris dari raja Arthur, pasti masa depan Pangeran akan cerah.

"Pedang Suci Excalibur menjadi kepemilikkan sah Yang Mulia Putra Mahkota!" Oji-san berteriak bersemangat.

Aku mengeryit.

"Hei.. Dia tidak mengumumkan Pedangku selantang itu.." yang mengumumkan Pedangku hanya Pendeta yang berjaga di belakang Pedang Suci.

Pangeran Yohan melirikku dan mengirim senyuman penuh kemenangan ke arahku, sontak beberapa anak perempuan yang duduk di depan kami menjerit.

Apaan barusan itu!
Hei?! Dia baru saja mengejekku?

Aku mengigit kukuku kesal.

"Fufu Pangeran ternyata orang seperti itu ya?" tanya Hina-chan sambil menikmati acaranya.

"Ya, jika senpai menyukainya aku bisa memaksanya mengambil kencan bersamamu." candaku masih terlihat kesal.

"Haha, aku tidak tertarik.. Dari pada itu, aku ingin menghabiskan waktuku mengabdi sebagai Hikari-hime." jawab Hina-chan nanar.

Aku menoleh kearah Hina-chan. Dia memang sangat menderita dengan sebutan 'Dewi Matahari' dari masyarakat, dia benar-benar terbebani dengan kualifikasi masyarakat tentangnya.

Namun, demi kejayaan Dunia.. Dia rela membuang perasaannya demi melenyapkan Kegelapan.

Apakah aku memberi beban yang terlalu berat untuknya?

"Hina senpai.. Mari kita berjuang bersama-sama."

"Aku juga pasti akan berpartisipasi pada perang 10 tahun lagi, mari berjuang bersama-sama." aku menggenggam tangan Hina-chan.

I Woke Up In My Manga Work Waar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu