Tujuh

193 18 0
                                    

Hening, keadaan menjadi hening setelah Wendy menyampaikan kalimatnya. Jujur saja, jika bisa Renjun akan dengan lantang menyuarakan tanya nya. Tapi tidak, ini sudah larut. Dia juga sadar, ini akan berdampak pada keharmonisan keluarga di malam hari.

Tak berselang lama, Wendy bangkit dari duduknya. "Pergi tidur, besok masih sekolah kan?" Renjun mengangguk, disusul dengan Winwin yang langsung masuk kamar dengan tergesa-gesa.

Sekarang, hanya ada Huang Renjun diruangan ini. Kenapa martabak yang ia bawa sekarang terkesan mubazir? Tidak dimakan, kasihan.

Renjun dengan ide nya, membawa plastik yang tadi ia bawa menuju kamar kakaknya. Mengintip sedikit, Renjun lihat Winwin sedang menghubungi Yuta kekasihnya.

"Apa aku ganti baju dulu ya? Nanti balik lagi, sekalian tidur bareng." pikirnya lalu menuju pintu kamar yang tak jauh dengan pintu kamar ayah dan bundanya.

"Bukan gak suka, pa. Aku gak mau nanti ada yang ngerasain apa yang aku rasain."

"Bun, lagipula kan aku udah sama bunda. Jadi jangan khawatir lagi, jangan samain masalalu kita sama masa depan Renjun dan Winwin."

"Pokoknya aku gak bakal suka sama hubungan mereka yang harusnya gak kejadian."

Renjun menguping, tanpa sengaja. Pertengkaran kedua orangtuanya itu membawa masa depan dirinya dan kakaknya. Renjun terdiam, besok akan ia tuntaskan masalahnya.

...

Selepas mengganti pakaiannya, Renjun kembali ke kamar Winwin dengan membawa martabak yang sudah ia sajikan di piring.

"Dor, kak ~ ini martabaknya, ayo makan ya?"

"Dasar, gak bilang-bilang masuk kamar orang."

"Ya,, maaf kak." setelah itu, Renjun menduduki tempat kosong di sebelah kakaknya. "Bucin banget heran, kak Yuta peletnya apa sih?" kata Renjun tanpa sengaja melihat pesan yang kakaknya terima.

"Gak tau, sama aja kali sama—Jeno" Winwin meledek. "dih,"

"Ini beli sama Jeno kan? Dimana?"

"Bukan ditempat biasa si, gak tau dimana-mana nya tapi yang pasti kata Jeno itu langganan dia." Winwin mengangguk-angguk. "oh."

"Oh iya kak, tadi aku gak sengaja denger apa yang diomongin mama sama papa."

"Jangan dipikirin, papa masih di pihak kita." katanya tiba-tiba. "Emang tau apa yang mau aku omongin?"

"Tau. Mama gak suka hubungan kakak sama Yuta kan? Gak suka kalo adek barengan sama Jeno kan?" Renjun mengangguk, "Jangan dipikirin, nanti juga mama ngerti." katanya dengan nada sedikit meninggi. Renjun tidak tahu kenapa, apa dia melakukan kesalahan?

...

02 Januari

If you read this note, aku suka laki-laki.
Kamu tau? Laki-laki.

Tapi aku masih normal! ಠ益ಠ
Ugh, aku gak tau juga sih aku beneran suka apa main-main doang 乁( . ര ʖ̯ ര . )ㄏ

Soalnya yang aku suka juga kayaknya main-main doang .. ミ●﹏☉ミ

Aku .. aneh ya?

...

Hari ini Renjun masih membenamkan wajahnya dalam tumpukan bantal. Rasanya kepala dia akan pecah. Pagi tadi dia meneriakkan nama bunda nya, mengadu pelan sambil memegangi kepalanya yang sakit.

"Anak bunda demam!" hanya itu respon yang bunda berikan. Renjun sebenarnya sedikit kesal, karena setelahnya dia disuruh untuk meminum pil pahit yang orang sebut sebagai obat.

Sudah tahu Renjun anti dengan obat-obatan, tapi bunda masih saja.

Winwin juga sebelum berangkat sempat masuk kamar Renjun buat ngolok-olok. Yakali, Winwin udah nunggu Jaemin buat jemput Renjun ternyata gak ada.

Oh iya, bahas Jaemin Renjun jadi inget kalo harusnya sekarang pulang sekolah dia ada tugas biologi. Apa dia susahin Jeno Jaemin aja kali, ya?

Ya mau gimana lagi, jalan ke kamar mandi juga pusing apalagi nyamperin mereka berdua?

"Aaaaa!!" teriak Renjun tiba-tiba. Bunda sudah lari dari lantai satu ke lantai atas karena panik.

Eh pas disamperin, Renjun nya cuma inget ; "Aku baru inget aku kan sekarang harus ngasih uang bulanan!" katanya.

Bunda geleng-geleng kepala. "Renjun, Renjun, nanti juga ada yang tolongin uangnya. Jangan dipikirin, nanti gak sembuh-sembuh."

"Bunda mah pengen aku dirumah terus biar ada temennya kali ah." kata Renjun jail. "nanti nemeninnya pas udah lulus aja, njun. Fokus sekolah, baru nemenin."

"Yah bunda, aku lulus sekolah mau kuliah."

"Loh iya juga? Gak ada yang bisa kalah dari omongan Renjun deh, bunda suer."

Dear My Dear : NoRenWhere stories live. Discover now