Dua

334 58 3
                                    


"Renjun pulang," Renjun membuka pintu rumah, mendapati kakaknya yang sedang bersantai. "Kak, kak Yuta kapan beresin motorku?"

"Eh, gak tau .." kakaknya yang bernama Winwin itu menjawab acuh, sambil menonton kartun kesayangannya.

"Permisi"

Sontak kaget ada tamu, Winwin langsung kocar-kacir masuk kedalam kamarnya. "Adek gak bilang bawa temen!"

"Maap kak!!!"

"Lucu," Renjun menoleh, melihat Jeno yang sedang memegang bingkai foto masa kecil dirinya dengan kak Winwin. "Siapa?"

"Ini kakak lu kan?" tunjuk Jeno pada foto kakaknya. Renjun mengangguk. "Oh, iya kakak lu lucu"

"Oh,"

"Jadi? Gak dikasih minum gitu?"

"Mau?" Jeno menggeleng, "Gak deh, ngerepotin."

"Enggak, bentar"

Sekitar 5 menit, Renjun menghabiskan waktunya di dapur untuk menyiapkan minuman yang sampai saat ini masih belum jadi. Bagaimana bisa Renjun bingung untuk menyuguhi makanan? Masa harus minuman doang?

"Kamu temen Renjun? Disini mau belajar?" mengangetkan Jeno yang masih belum melepaskan genggamannya pada bingkai foto, Winwin menatap tajam Jeno.

"Iya bang, eh kak"

"Oh, gak sama Jaemin tah?" Jeno menggeleng, "oh" Winwin mengangguk sambil berjalan menuju dapur untuk menghampiri adiknya.

"Bawa makanan yang dilaci atas, ada kue kering. Ambil aja, kata mama kan kalo ada tamu kasih makanan. Jangan kayak orang mau nyuguhin masa depan, grogi takut gak keterima"

"Apa banget kak"

"Kau bikin minuman yang seger, tuh minuman jeruk ada di kulkas" Winwin kembali ke kamarnya setelah memberi tahu renjun sambil membawa apel di tangan.

"Huh, baik bener. pasti ada maunya." monolog Renjun sambil mengambil nampan berisi makanan dan minuman yang disiapkannya tadi.

"Oh astaga!" Renjun kaget. Bagaimana tidak? Jeno berdiri menjulang tinggi saat Renjun berbalik. Untung saja nampan itu tidak jatuh, kalau jatuh kakinya akan kena luka.

"Gua mau ke toilet, numpang dong" sementara itu renjun masih mengatur nafas kagetnya. "Ah, itu disana!"

Jeno mengikuti jari telunjuk Renjun yang mengarah ke sisi kiri dapur, "Oke,"

"Sialan, ngagetin aja."

...

"Jadi mau belajar darimana?" Renjun bertanya sambil terus membuka lembaran kertas dari buku Biologi yang memiliki lebih dari 200 halaman itu.

Jeno mengintip, "Halaman awal? gua anak baru, mana tau ciri nya."

"Lah? iye juga. Udahlah, nunggu Jaemin. Lu pulang aje sekarang, jam segini belum pulang ntar dicariin. Tadi juga gua yakin kagak izin sama orang tua. Sono"

"Ngusir?"

"Bukan gitu, dah malem ini. Lagipula ini hari pertama masuk, jadi lo bisa santai dulu."

"Iya juga, besok deh kalo mau gua balik lagi." Jeno berucap sambil berdiri dari duduknya. Memakai jaket yang tadi ia simpan, "Gua balik. thanks ya"

Berjalan menuju pintu, masih tersenyum. Tidak, Renjun memang belum membalas senyumannya. "Cakep gak bisa senyum?"

Bukannya tersenyum, renjun mendorong Jeno pelan. "Sono dah lu"

Setelah Jeno keluar dari rumah, melewati pintu Renjun segera menutup pintunya dengan keras. "Buset."

Tanpa disadari, Renjun mengintip dari celah jendela akan keberangkatan Jeno membawa motor ninja nya.

hati-hati.

"Dor!"

"Aigo kamjagya, apa si kak?" Renjun yang masih terdiam mengalihkan pandangannya kepada Winwin, menganggu saja.

Winwin berdehem, "emm, jigana teh heeh maneh suka sama Jeno ya?"

"Konyol, mana mungkin."

"Mungkin lah," Winwin berjalan mengendap-endap mendekati tempat duduk yang tadi Jeno duduki. "Ini apa, jun?"

Renjun melotot, hah bagaimana barang itu jatuh dari genggamannya?!

tok tok

"I-itu ibu sama ayah pulang! Siniin!!! Siniin kakkkkk!!"

...

"Renjun.. bangun!!"

"Iya bu, ini mau turun kok" Renjun berteriak menanggapi ibu nya yang berniat membangunkannya.

Nyatanya Renjun sudah daritadi bangun, sudah mandi, dan sekarang dia sedang mengeringkan rambutnya.

"Kenapa ibu beli shampoo yang ini si? Kan Renjun udah bilang kalo ini shampoo gak cocok." Renjun mengerucutkan bibirnya, wangi shampoo nya itu sangat menggangu.

ting

Suara notifikasi chatting dari handphone Renjun. dirinya menatap kesal ke handphone nya, walau akhirnya ia ambil juga. Toh yang salah bukan handphone nya kan?

+62 xxx-xxx-xxx
| Bangun
| Eh anjim, kenal gua kagak?
| Waktu itu lu kan nyimpen no lu
di hp gua anjim.
| Parah kalo kagak tau

Renjun
Siapa? |

+62 xxx-xxx-xxx
| Cakep sayang ..

Renjun
Oh .. |

+62 xxx-xxx-xxx
| Simpen nomor gua ye

Jeno
| Udah?
| Kalo udah cepet dandan
| Gua jemput. oke, bye
| Dadah cakeppp

Renjun
Loh?? |
Astaga |

"Ngapain si Jeno!" Renjun mengacak rambutnya yang masih sedikit basah itu. Hatinya.. bagaimana ya?

Frustasi.

Dear My Dear : NoRenWhere stories live. Discover now