05. Roseanne Belle

Start from the beginning
                                    

Rose tersenyum. "Gak pintar-pintar banget kok, cuma sekedar bisa aja." kata Rose dengan malu-malu.

Mereka mulai makan sambil bercerita satu sama lain. Tapi sebenarnya, yang lebih banyak berbicara adalah Rose dan Vernon. Sedangkan Jeffrey hanya menjadi pendengar setia.

"Jadi orang tua kamu menetap di Paris dari kamu kecil karena bisnis?" tanya Vernon setelah Rose menceritakan sedikit tentang keluarganya.

"Iya, jadi aku diurus Kakek dan Nenek di Indonesia. Tapi setelah Kakek meninggal, aku cuma tinggal berdua sama Nenek."

Vernon dan Jeffrey nampak mengangguk mengerti.

"Berarti jarang ketemu orang tua dong?"

"Ya, satu tahun sekali biasanya mereka pulang."

"Berarti tahun ini harusnya udah pulang kan?"

Rose merunduk sedih mendengar pertanyaan Vernon. Rose menggeleng. "Udah dua tahun mereka gak pulang, hari senin kemarin mereka rencana pulang ke Indonesia setelah dua tahun lamanya. Tapi sayang, pesawat mengalami kecelakaan. Dan yahhh, gak ada orang yang selamat termasuk Papa dan Mama."

Jeffrey menatap Vernon tajam karena telah menanyakan hal tersebut hingga membuat Rose sedih. "Scusi," kata Vernon tanpa suara pada Jeffrey.

Jeffrey berdehem.

"Rose maaf, aku gak bermaksud buat kamu jadi sedih." kata Vernon dengan menyesal.

Rose menatap Vernon seraya tersenyum, ia menggelengkan kepalanya. "Gak apa-apa, Vernon. Kamu sama sekali gak buat aku sedih." jawab Rose dengan senyum lebarnya.

"Se-serius?"

Rose mengangguk, senyum lebar terpatri di bibirnya. Vernon mengelus dada. "Syukurlah."

Jeffrey menatap Rose dalam diam, mood gadis itu sepertinya sangat mudah naik-turun. Sangat jungkir balik, atau memang Rose berpura-pura baik-baik saja. Kematian orang tuanya belum lama, mana mungkin ia sudah tak sedih?

Lagi-lagi Rose kembali tersenyum, kali ini disertai tawa girangnya akibat beberapa jokes yang diberikan Vernon.

"Mama kamu penggemar princess disney ya? Makanya anaknya dinamain Belle?"

"Mama kamu penggemar princess disney ya? Makanya anaknya dinamain Belle?"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Ih kok tau, Vernon. Mama pernah cerita dia sering nonton beauty and the beast pas lagi hamil aku. Tau gak apa makna namaku?"

"Gak tau."

"Roseanne Belle, diambil dari bahasa Inggris dan Prancis. Rose itu artinya bunga mawar, semua orang pasti tau itu. Nah kalau Belle itu artinya cantik. Sedangkan Anne itu nama Mama ku. Jadi arti keseluruhan dari nama ku itu bunga mawar Anne yang cantik. Fyi, mama ku suka sekali sama bunga mawar, akupun juga." jelas Rose panjang lebar.

"Woah, it's a great name." Vernon bertepuk tangan.

Jeffrey setuju dengan Vernon. Nama yang hebat untuk gadis yang hebat, nama itu sangat cocok dan sangat mendefinisikan sosok Roseanne Belle yang cantik jelita layaknya princess.

♥♥♥

Pagi ini Jeffrey sudah rapih dengan kemeja berbalut jasnya. Pakaiannya sudah cukup formal. Sebenarnya ia agak malu saat masuk ke kamar tadi, dimana masih ada Rose yang tertidur hanya berbalut tangtop super ketat dan hotpants. Ya, ia memang tidur di luar, sementara yang menempati ranjang empuknya adalah Rose.

Rose keluar dari kamar, masih dengan pakaian yang ia lihat tadi. Plus dengan wajah bantalnya yang masih saja cantik di mata Jeffrey.

"Loh Jeff, mau kerja?" tanya Rose.

"Iya."

Rose mendekat pada Jeffrey. Tubuhnya dan Jeffrey sangat dekat, dari jarak ini Jeffrey dapat mencium aroma tubuh Rose. Baby oil, ya itulah harum tubuh Rose.

"Umur kamu berapa sih? Kok pake dasi aja gak benar." Rose membenarkan dasi Jeffrey. Jeffrey tercekat sejenak, dan secara reflek menahan nafasnya.

Jeffrey mengernyit, merasa bodoh dengan tindakannya sendiri. Dengan perlahan ia menghembuskan nafas, lalu menjawab pertanyaan Rose, "23."

Rose mendongak untuk menatap wajah Jeffrey. Ya tuhan, ia baru sadar jika posisinya dan Jeffrey sedekat ini. Dengan canggung ia menjauhkan wajahnya. "Kita seumuran ternyata."

Jeffrey hanya mengangguk. Sebisa mungkin ia tak menengok ke arah tubuh Rose, walaupun ingin. Sebenarnya sudah biasa ia melihat wanita dengan pakaian kurang bahan disini. Hal itu sudah biasa baginya. Tapi pengecualian untuk Rose. Entah kenapa, ada efek berbeda yang gadis itu berikan untuknya.

Rose menjauhkan tubuhnya setelah selesai membenarkan dasi Jeffrey. "Udah rapih." guman Rose.

"I-iya, thanks." kata Jeffrey yang agak gugup.

"Ya hati-hati dijalan, semoga kerjaan hari ini lancar ya Jeffrey."

Jeffrey mengangguk, ia keluar dari flatnya sambil membawa sepeda. Jarak dari flat ke kantornya tidaklah jauh. Itu sebabnya Jeffrey memilih sepeda sebagai kendaraannya. Lagipula disini jarang ada kendaraan bermotor kecuali mobil. Itu sebabnya udara disini tidak terlalu banyak bercampur polusi seperti di Indonesia.

Sejenak Jeffrey memegangi telinganya, panas. Apakah telinganya merah?

Jeffrey mengayuh sepedanya, kemudian berhenti di depan jendela rumah orang hanya untuk berkaca.

"Gue salting cuma karena itu?" tanya Jeffrey pada dirinya sendiri.

Semudah itukah Jeffrey salah tingkah karena gadis asing yang belum lama ditemuinya itu?

Ia rasa dirinya mulai gila karena terlalu lama menyandang status single.

Setelah sampai di depan kantornya, Jeffrey memarkirkan sepedanya di parkiran khusus sepeda.

Jeffrey masuk ke ruangannya, ia tercatat sebagai salah satu tim produksi dari salah satu program variety show terkenal stasiun televisi terbesar di Italia.

"Ciao! Jeffrey." sapa para rekan saat Jeffrey baru datang.

"Ciao!"

[5] Ciao: Hallo

Seorang pria bertubuh tinggi dan berkulit putih merangkul bahu Jeffrey.

"Pagi Jeffrey, Vernon bilang ada gadis cantik dari Indonesia di flatmu? Benar itu?" tanyanya.

Jeffrey mendengus, ia memutar bola matanya malas. Christopher, si casanova asal Roma itu mulai beraksi. Karakteristik Christopher boleh dibilang sangat mencerminkan orang Italia, terutama sifat pria Italia sejatinya yang pandai merayu, romantis dan tebar pesona.

"Tolong kenalkan aku dengan dia, siapa tahu kami bisa berteman nanti."

"Never!" kata Jeffrey sebelum meninggalkan Christopher.

Christopher cemberut. "Hei, pelit sekali!" cibir Christopher pada temannya itu.

Jangan harap Jeffrey mau berbagi.

♥♥♥

(Sumber pict: pinterest)

Guys, aku tuh kalau kalian semangat nge vote dan komen, aku bakalan lebih semangat lagi untuk update. Secara itu draf lama, jadi paling tinggal edit dan publish doang. Tapi ya tergantung pembaca juga sih.

See yaa in next chapter :)

Juliet's House Where stories live. Discover now