13. Puding Labu Kuning, Lagi

158 42 26
                                    

"Eh gue mau cerita!" ucap Ryuzna sembari menoleh ke jok belakang, dimana teman-temannya berada disana

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Eh gue mau cerita!" ucap Ryuzna sembari menoleh ke jok belakang, dimana teman-temannya berada disana. Sore ini mereka akan kembali ke Jakarta setelah memberikan semangat untuk olimpiade yang diikuti oleh Inara di Bandung.

"Apa apa apa?" sahut Lia yang penasaran.

"Tadi pas kita makan, kan ada cowok yang marahin ceweknya. Nah pas gue ke kamar mandi kan barengan sama ceweknya tuh, dia teleponan sama orang manggil sayang njir."

"Ya ampun, ada-ada aja cewek kayak gitu."

"Kebangetan ya nggak sih?" tanya Ryuzna mulai kesal.

"Jangan-jangan yang di telepon itu anaknya," opini Lia sembari mengetuk-ngetuk janggutnya dengan jari telunjuk.

"Orang keliatan masih muda kok!" bela Karin.

Para perempuan disana mengobrolㅡ lebih tepatnya menggosipkan seseorang yang tidak mereka kenal itu.

Sedangkan Bryan yang sedang menyetir mobil tidak menggubrisnya. Ia mendengarkan, hanya saja malas menanggapi. Hey, Bryan laki-laki sendirian disana.

"Menurut lo gimana, Bry?" tanya Ryuzna sembari mengikat rambut pendeknya.

Bryan menoleh ke kiri dan mengedikkan bahunya.

Tidak ada jawaban.

Ryuzna melirik kebelakang lagi, Lia dan Karin saling pandang dan memasang ekspresiㅡ eum, iba(?)

Oke, nggak apa-apa. Monolog Ryuzna dalam hati.

-oOo-

"Mamaaa, Ryuzna pulang~"

Ryuzna melangkahkan kakinya masuk kedalam rumah, sepi.

"Mama kemana sih?" gumamnya.

Kemudian Ryuzna mengeluarkan ponselnya, oh astaga ada panggilan tidak terjawab dan beberapa pesan masuk dari mama.

Buru-buru Ryuzna membuka dan membalasnya.

"Huhf~ dirumah sendirian." Ryuzna menapaki setiap anak tangga menuju kamarnya. Ia membersihkan tubuh, tubuhnya terasa lelah hanya karena perjalanan dari Bandung saja.

Setelah mandi, berganti pakaian dan segala macamnya, Ryuzna turun untuk mengambil makanan di dapur. Cacing diperutnya sudah meronta untuk dikasih makan lagi.

Ryuzna tidak memakannya diruang makan, melainkan ia membawanya ke kamarㅡ lebih tepatnya di balkon sembari menikmati angin malam.

Selama makan, sesekali Ryuzna bermain dengan ponselnya. Apalagi selain bertukar pesan dengan teman-temannya? Ah, soal game ... entahlah, Ryuzna bisa lepas begitu saja. Memang, segala sesuatu kalau didasari niat akan selalu bisa.

Tak Sanggup Melupa #TerlanjurMencintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang