[Chapter 24] || Sisi Lain

492 148 691
                                    

- Sisi Lain -
\
\

Baru selangkah keluar kelas, Elina terhenti ketika mendengar seruan. Padahal belum tentu untuknya, tapi gadis itu tetap berbalik. Tertegun mendapati sosok yang hampir mendekat.

"Lu temen Maudy kan?"

"Huh?" Seperti chapter 4 saat bicara dengan Harry pertama kali — Elina gugup salah tingkah memalukan saat ini.

"Hello?" katanya lagi mengibas tangan.

Bikin Elina mengerjap. "Eh iya, gua Elina. Kenapa?" jawabnya terlampau cepat. Kemudian meralat, "A-ada perlu apa?"

"Kevin," balas pria itu, agak tak nyaman dengan reaksi si gadis yang menatap terpana. "Dua hari ini Maudy ga masuk ya?"

"Masuk."

"Oh? Gua ga liat dia dari kemarin," kata Kevin heran. Pasalnya, Maudy tak muncul di OSIS sejak kemarin, dan panggilannya tak diangkat — padahal dia tak pernah mengabaikan urusan OSIS tanpa kabar.

Sementara Elina masih merasa takjub. Meski berteman dengan Maudy, ia tidak serta-merta terhubung pada orang-orang disekitar sahabatnya itu. Jadi tak menyangka bakal didatangi Kevin. Apalagi si ketua OSIS ini bukan jenis yang mudah menyapa di luar circle pertemanannya. Minimal perlu jadi bagian OSIS atau teman sekelas dulu untuk interaksi dengannya.

"Yaa, dia agak sibuk sih. H-10 lomba soalnya," ujar Elina lamat.

Saking sibuknya, Maudy sampai sulit diajak ngobrol. Tapi Elina paham, dia pasti tak ingin gagal seperti sebelumnya ketika kecelakaan bunda-nya, makanya sekeras itu berusaha.

Kevin mengangguk kecil. "Oh, oke. Meskipun aneh."

"Aneh gimana?"

"Aneh aja. Maudy kan bukan amatir materi, basic dia udah pinter jadi kayaknya ga harus se-hectic itu belajar. Dia juga jago manage waktu, harusnya masih bisa luangin datang ke OSIS."

Sorot pandang terkesima Elina perlahan redup. "Wajar kok. Mody pasti pengen kasih usaha terbaik, apalagi ini lomba terakhir dia. Udah kelas 12 kan gabisa lagi."

"Ga sampe ninggalin tanggung jawabnya di OSIS harusnya."

Oke, tatapan Elina total berubah.
"Kedengerannya kok egois ya?"

"Egois gimana? Bener dong?" celetuk Kevin. "Fyi aja, dua hari ini rapat gagal karena dia gaada, tanpa kabar."

"Padahal Maudy sibuk udah sejak awal OSIS, kenapa tiba-tiba sekarang lalai? Begini kan bikin yang lain makin nethink. Gimana gua bisa nahannya coba," sambung Kevin.

"Bentar, maksud lu ini ada kaitannya karena pacaran sama Kak Riko?" Elina mendelik memastikan.

Tak dibalas, Kevin buang pandangan sekilas menyadari perubahan intonasi bicara gadis ini beserta raut wajahnya.

Elina mendengus kecil. "Gua kasih tau. Mody ga segampang itu mau ngejatuhin diri. Dia konsisten, totalitas, berusaha sebaik mungkin. Tapi lu juga perlu tau, dia manusia, otak pintarnya ga seinstan itu didapat dan punya batas. Bukan robot yang ga kenal capek sama kewalahan ngerjain banyak hal. Dan juga lu,"
Elina angkat telunjuk kearah Kevin.
"Anggota lu ga cuma Mody! Ada banyak kepala disana gunanya buat apa, nyinyir doang? Enak aja nyalahin Mody soal rapat gagal."

Tentu saja Kevin terperangah. Gadis yang semenit lalu berbinar menatapnya baru saja nyerocos panjang lebar dengan galak.

"Halo kalian berdua."

"Ganteng tapi nyebelin!" decih Elina sebelum pergi, diiringi tatapan heran Kevin.

Juga Andre yang sapaannya malah dibalas dingin begitu. "Kenapa Elina?"

Walking Towards Me [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang