llavero

1.4K 281 270
                                    

●●●

jeffrose_'s present

●●●

"JADI Anda pikir bahwa Tuan Hendery Huang yang mabuk secara acak menembak karena ia tidak suka melihat wajah Tuan Jeno Lee?"

Dejun menatap kaku petugas kapal itu selama beberapa detik kemudian menjawab dengan kering, "ya."

"Apa ada alasan khusus kenapa Tuan Huang dapat memiliki perasaan tidak suka pada wajah Tuan Lee?" Petugas kapal itu kembali bertanya tanpa minat.

Dejun tidak menjawab. Ia mengalihkan pandangan pada Joy yang duduk di seberangnya, mencari bantuan. Gadis itu juga bingung, ia menggeleng dengan pelan sekali.

"Tidak perlu alasan khusus!" sambar Park Chanyeol tiba-tiba. Saking kagetnya, tubuh petugas kapal itu sampai bergeming. "Anak itu, anak bodoh itu, memang tidak ditakdirkan untuk menyentuh alkohol! Mungkin saja si Jeno Lee itu terlalu tampan untuk dilihat dan Hendery lalu iri. Tidak, tidak ada alasan khusus!"

"Tapiㅡ"

"Sudahlah, Bapak yang baik," ujar Chanyeol, suaranya berubah lembut. Ia merangkulkan tangannya ke leher si petugas kapal. "Saya, 'kan, sudah menutup kasus ini."

Petugas kapal itu memandangi Chanyeol dengan enggan, sementara yang dipandangi tersenyum padanya dengan lebar.

"Baiklah, saya kira sudah cukup. Terima kasih, Tuan Xiao."

Dejun mengangguk kecil dan memerhatikan kepergian petugas kapal itu. Diam-diam ia menghela nafas pelan.

Kini tersisa Dejun, Joy, dan Park Chanyeol di meja sarapan itu. Mereka bertiga merenung, menunggu sang tokoh utama yang terlambat bangun. Hendery muncul pada pukul 12 dengan penampilan berantakan dan wajah yang membengkak. Ia sepertinya tak melihat dan tak peduli dengan keberadaan Dejun di sana.

"Kau mengenal Jeno Lee?" tanya Chanyeol segera setelah Hendery duduk.

"Tidak, Tuan. Saya tidak mengenal Jennie Kim."

"Jeno Lee, Hendery anakku yang paling bodoh. Kau ini mabuk apa terkena gangguan telinga?"

Hendery berpikir sebentar. "Dia penjudi yang anda ceritakan kemarin saat makan malam, 'kan?"

"Apa kau ingat telah menembaknya?" tanya Chanyeol langsung.

"Tidak, Tuan. Untuk apa?"

"Dengarkan aku," kata Chanyeol serius. "Jeno Lee pukul 3 tadi kakinya ditembak oleh seseorang yang merokok sigaret, dan si pelaku sepertinya ingin bermain lelucon denganmu karena dia dengan sengaja membuang sarung tangan dan kertas sigaretnya ke tempat sampahmu."

"Tapi itu mustahil, Tuan. Saya tadi malam minum-minum bersama dia," kata Hendery sambil menunjuk Dejun.

"Jeno Lee ditembak pada pukul 3 pagi sementara kau dibopong ke kamar sekitar pukul 1," jelas Chanyeol.

Kemudian wajah Hendery memucat. Untuk pertama kalinya ia sadar sedang berada di posisi sulit. "Taㅡtapi Tuan, saya sungguh-sungguh tidak menembak siapapun. Anda tahu sendiri bahwa saya tidak bisa melakukan apapun ketika mabuk."

"Masalahnya, kau juga tidak bisa mengingat apapun ketika mabuk." Chanyeol memijat pelipisnya. "Untuk sementara ini posisimu aman. Aku sudah menutup kasusnya. Jangan minum-minum lagi."

"Terima kasih, Tuan. Anda sangat berjasa."

"Jangan bersikap sentimentil padaku. Aku mau tidur lagi, aku pusing sekali."

High By The Beach ● HenXiao ●Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang