37| Melibatkan Rasa Lainnya

36 4 4
                                    

-Ada yang sudah pulih dan sembuh, berhenti menemuinya agar lukanya tak lagi kambuh-


Duduk berdua di bangku tengah, Ann belum pernah merasa secanggung ini sebelumnya. Ia dan Dimas tidak sedekat itu hingga ia perlu berani menyapa duluan. Mereka beberapa hari lalu hanya saling sapa selayak teman kelas pada umumnya.

Namun saat Dimas beranjak duduk di sebelahnya, dengan dalih ingin kerja sama, Ann merasa ada sebuah tujuan yang tersemat dari kalimat-kalimat Pemuda terkenal itu. Ann hanya tahu Dimas terkenal karna prestasi sepak bola dan juga menjadi kesayangan guru.

Mengenai sifat brengseknya, Ann belum kenal.

"Jadi, mau tidak bertukan nomor?" Tanya Dimas lagi.

"Boleh," Ann itu pemalu, apalagi jika menghadapi manusia semacam Dimas.

Dimas tersenyum, meraup mangsa ternyata mudah sekali. 

Ann yang lugu, manis dan polos, juga Dimas yang merupakan brandal yang sukanya tebar pesona. Tolong, mereka tak sepatutnya untuk bersama. Entah dalam permainan Dimas maupun permainan yang melibatkan rasa dan campur tangan semesta.

Ann baru masuk lingkungan ini, Ann baru saja beradaptasi dan ia bukannya tak mau langsung dijatuhi kasih seperti ni. Bisa saja Dimas tidak sebaik apa yang orang lain lihat dan katakan.

"Rumahmu jauh?" 

Ann menoleh sekali lagi saat Dimas bertanya hal-hal yang belum perlu mereka bicarakan. Mereka belum lebih dari sekedar teman sekelas. Ann sudah tanam yakin pada dirinya bahwa ia tak ingin cepat percaya. 

Namun, semesta mengambil alih semuanya.


----


"Aku muak Dimas! Kemarin Mulan menangis di hadapanku dan menyalahkanmu, lalu aku yang dihujani amarahnya!" Pekik Teo  tak tanggung di atap sekolah, hadapi karibnya yang satu ini.

"Memang aku kenapa? Aku lupa sudah melakukan apa padanya." Balas Dimas ringan, seakan memang amukan Gadis itu pada Teo memanglah tak berarti apa-apa.

"Astaga! Kau mencium pipinya tanpa izin Dimas! Lalu dikeesokan harinya kau menganggap dia sampah!" Seru Teo, gemas dengan kelakuan Dimas.

Cukup, ia sudah tak mau lagi jadi pihak yang meminta maaf.

"Yasudah maafkan aku, besok-besok tak akan lagi. Aku akan serius." 

Teo menoleh, ia tak percaya. Jujur saja.

"Aku tak mau lagi bertanggung jawab." Teo mendelik sebelum mendengus kasar saat Dimas hanya tersenyum seperti orang idiot.

"Kali ini kau tak perlu repot, aku akan mulai serius."

"Jangan membual, Dimas, aku sudah lelah hadapi amukan para gadis."

"Aku berjanji kali ini tidak akan sampai begitu."


----


Tidak, bukan hal seperti ini yang Ann harapkan saat ia memasuki sekolah baru. Ia hanya ingin hidup tenang dengan teman yang mengerti. Bukan malah jatuh hati pada Pemuda yang baru ia kenal tempo hari.

Dimas memang tidak buruk, namun Ann tidak mau jatuh secepat ini.

"Besok aku bisa antar kau pulang lagi jika mau. Kau tak keberatan kan?" Tanya Dimas, siap menebar perhatian agar Ann percaya bahwa Dimas memang baik hati.

DIMAS -selesaiWhere stories live. Discover now