Dan sekarang adalah hari ke-lima. Seungcheol masih dengan keras kepalanya berdiri di luar rumahku sejak pagi hari. Selama lima hari ini dia akan datang pagi-pagi sekali, berdiri seperti orang bodoh, dan baru akan kembali ke penginapannya ketika malam hari seperti orang bodoh.

Benar-benar bodoh!

Baiklah, aku memutuskan kalau hal ini masih terus berlanjut, jika sampai tujuh hari Seungcheol masih melanjutkan tindakannya ini, aku akan menelepon polisi dan meminta polisi...

Lagi-lagi aku hanya bisa menghela napasku lelah.

Apa aku bisa melakukannya? Apa aku tega...

Hah!

Demi Tuhan Jeonghan, kuatkan dirimu! Keraskan hatimu! Jangan lagi kau jatuh ke perangkap Seungcheol. Bukankah dia juga pernah melakukan aksi yang sama seperti ini? Menunggumu dengan begitu menyedihkan sampai kau mau memaafkannya. Dan kemudian apa yang terjadi?

Dia kembali menyakitimu.

Aku tahu kalau aku egois. Tapi tidak apa-apa, bukan? Yang kulakukan ini adalah untuk kebaikan diriku sendiri. Untuk melindungi diriku dari merasakan rasa sakit yang sangat menyiksa dadaku. Dan sakit itu disebabkan oleh seorang Choi Seungcheol. Sudah sewajarnya kalau aku menjauh sejauh-jauhnya dari sumber yang menyakitiku, tidak hanya menyakiti hatiku tetapi juga fisikku.

Tidak apa-apa. Aku tidak melakukan suatu hal yang salah.

Bukankah begitu?

Entah sudah berapa kali aku menarik dan menghela napasku seperti ini.

Hilang sudah selera makanku yang memang sudah memburuk sejak kunjungan Seungcheol ke rumahku. "Apa tidak apa-apa kalau aku kembali ke kamar?"

"Tapi kemarin kau sudah seharian..." Jihoon tidak melanjutkan kata-katanya, menatapku beberapa saat, kemudian melanjutkan dengan lemah, "Baiklah. Tidak apa-apa. Kau beristirahatlah."

Aku merasa bersalah melihat raut khawatir Jihoon. Seharusnya dia dan Soonyoung berkunjung ke rumahku untuk bersenang-senang. Aku telah menjanjikan ke mereka bahwa aku akan menjadi tuan rumah yang baik dan menemani mereka jalan-jalan menikmati kunjungan ini. Tetapi sekarang aku malah seakan menyeret mereka dalam masalahku dan membuat mereka ikut sedih.

"Maafkan aku," kataku lirih. "Aku sedang tidak berada dalam suasana hati yang baik. Mungkin setelah beristirahat beberapa saat aku bisa menemani kalian jalan-jalan lagi."

"Tidak apa-apa," sergah Jihoon yang didukung dengan anggukan dari Soonyoung. "Kami berusaha untuk mengerti."

Aku menyunggingkan senyumku, berterima kasih kepada mereka yang mau memahami kondisiku.

***

Hari ini seharusnya adalah hari ke-enam semenjak Seungcheol melakukan aksi bodohnya. Tentu saja jika dia masih tetap melakukan apa yang dia lakukan di luar pagar rumahku itu.

Kemarin seharian suasana hatiku sangat buruk sehingga aku hanya mengurung diri di kamar. Bahkan untuk makan siang dan makan malam harus diantar dan diletakkan di depan pintu kamarku. Aku juga tidak tahu jam berapa Jihoon dan Soonyoung pergi berjalan-jalan atau apakah semalam mereka pulang ke sini atau tidak.

Sangat merasa bersalah karena telah menjadi tuan rumah yang buruk, aku memutuskan akan menebusnya hari ini dengan menemani mereka berjalan-jalan sepuasnya. Mungkin aku bisa mentraktir mereka makan siang dan makan malam di luar.

Setelah menghabiskan waktu mengumpulkan informasi mengenai rekomendasi tempat makan yang bagus melalui internet, aku meletakkan ponselku sekenanya lalu bangkit dari posisi tiduranku untuk menggosok gigi dan mencuci muka. Keluar dari kamar dengan keadaan yang lebih segar, aku menuju kamar di samping kamarku sambil bersenandung pelan, berusaha untuk membuat suasana hatiku menjadi lebih baik, sebelum kemudian mengetuk pintunya.

Bunga Iris dan TakdirWhere stories live. Discover now