8. Korea Selatan

Start bij het begin
                                    

Ayah dan ibu tertawa melihat kami berdua. Walaupun tertawa, wajah ayah dan ibu terlihat sedih.

"Seonghwa, Selena, gak lama lagi kalian libur semester.." kalimat ayah terpotong.

"Kenapa, yah?" aku memotong kalimat ayah.

"Dengerin dulu, Selena," ujar ibu sambil tersenyum. Aku balas menyengir.

"Jadi, ayah sama ibu mau ngajak kalian berdua liburan," ayah melanjutkan kalimatnya. Aku dan Kak Seonghwa saling pandang.

"Liburan? Kemana yah?" tanya Kak Seonghwa.

"Kita bakalan ke Korea," ibu menjawab pertanyaan Kak Seonghwa.

Mataku berbinar. Apa aku tidak salah dengar? Apa ibu hanya bercanda? Aku akan ke Korea? Ini benar-benar mimpiku yang menjadi kenyataan.

"Beneran yah, bu?" aku masih tak percaya.

"Iya, ya kali ibu dan ayah bohong," jawab ibu.

"Yeey, akhirnya aku bakalan ke negri Oppa-oppa ganteng," ucapku sambil berteriak.

"Kamu berisik, Selena. Kapan yah?" Kak Seonghwa bertanya sambil menutup mulutku.

"Setelah kalian ujian akhir semester. Sekitar dua minggu lagi," aku sangat bahagia setelah mendengar perkataan ayah.

●●●

Dua minggu kemudian.

Saat ini aku dan ibu sedang mengambil hasil kerja kerasku selama dua semester terakhir. Aku sangat khawatir, takut nilaiku dibawah rata-rata. Sekolahku merupakan sekolah favorit, jadi nilai rata-ratanya tinggi. Aku juga tidak mau harga diriku jatuh hanya karena nilai.

Ibu duduk di depan meja guru saat namaku dipanggil. Bu Mina, selaku wali kelasku menjelaskan perkembanganku selama belajar.

Aku menghela nafas lega. Syukurlah. Nilaiku tidak jelek-jelek amat. Hehe.. Aku tidak akan dimarahi karena nilaiku seperti dua tahun yang lalu.

"Selena, kemasi barang-barangmu setelah ini, ya. Kita akan berangkat besok lusa," kata ibu sambil mengelus rambutku.

"Iya,"

Tadi aku sempat bertemu dengan Senja. Dia bilang keluarganya akan pulang kampung ke Yogyakarta, seperti biasa. Aku sangat ingin pulang kampung, seperti Senja dan keluarganya. Tapi semua keluarga besarku berada di Jakarta.

Aku pulang naik motor bersama ibu. Ayahku juga pergi ke sekolah Kak Seonghwa untuk mengambil raport. Pasti nilai Kak Seonghwa bagus-bagus. Kak Seonghwa memang siswa yang pandai. Hehe.. Kakakku gitu loh.

Sesampai di rumah, aku tidak langsung melaksanakan perintah ibu, yaitu mengemasi perlengkapan untuk dibawa ke Korea esok lusa. Aku malah berteleponan dengan Senja hingga malam. Lalu aku tertidur dan lupa memasukkan pakaianku ke koper.

Besoknya aku maraton drama Korea seharian. Barang-barang ayah, ibu, dan Kak Seonghwa sudah siap sedari kemarin. Aku terburu-buru memilih pakaian yang akan aku bawa besok. Aku menyesal karena tidak melakukannya dari kemarin. Akhirnya ibu turun tangan membantuku.

"Udah dibilangin dari kemarin, malah gak dikerjain," omel ibu. Kak Seonghwa tertawa melihatku diomeli ibu.

"Ya maaf, bu," kataku sambil melirik ke arah Kak Seonghwa yang tidak berhenti tertawa. "Apaan ketawa-ketawa, hah?"

"Kamu lucu, sih," ujar Kak Seonghwa. Ia berjalan ke arahku setelah ibu keluar dari kamarku. Lalu ia mencubit pipiku. Kenapa dia suka sekali mencubit pipi? Aku tau aku gemesin, tapi gak gitu juga. Sakit.

"Dari pada kakak cubitin pipi aku, mendingan kakak bantu aku kancingin ini koper. Susah banget," keluhku.

"Kamu bawa apa aja, sih? Banyak banget," gerutunya. Kali ini aku gemas dengan Kak Seonghwa. Sebenarnya umur Kak Seonghwa berapa sih? Wajahnya seperti anak kecil yang berusia 5 tahun.

"Gak usah banyak tanya, bantu aja aku,"

"Kalem, neng,"

Kami berdua berusaha untuk menutup koper yang terlalu banyak muatan.

"Akhirnya bisa juga, makasih kakak," aku menekuk Kak Seonghwa.

"Iya, sama-sama," Kak Seonghwa membalas pelukanku, "sekarang tidur, besok kita udah berangkat,"

"Siap, kak,"

Aku sudah tidak sabar besok.

●●●

Aku dan keluargaku sudah tiba di bandara. Kami sekarang sedang berada di ruang tunggu. Sebentar lagi pesawat akan berangkat ke Korea.

Aku mulai memasuki pesawat dan berjalan di antara kursi-kursi pesawat yang berbaris rapi. Kami duduk di sesuai tempat duduk masing-masing. Tempat duduk kami terpisah. Aku bersama Kak Seonghwa, ayah dan ibu berdua.

Aku mendudukkan diri di kursi. Kak Seonghwa juga duduk di sebelahku. Aku sengaja membawa novel agar tidak bosan saat di pesawat. Aku adalah tipe orang yang tidak bisa tidur disembarang tempat, termasuk di pesawat. Tapi jika aku benar-benar mengantuk, aku akan selalu memaksakan diri agar tidur.

Kak Seonghwa juga sedang membaca buku. Kami berdua sibuk dengan dunia masing-masing.

Setelah beberapa jam penerbangan, Kak Seonghwa terlihat mengantuk dan tertidur. Walaupun dia membawa bantal leher, tetap saja dia menyandarkan kepalanya di bahuku. Aku memotretnya menggunakan HP yang sudah aku nyalakan mode pesawat. Aku tertawa kecil melihat hasil fotonya. Aku melanjutkan kegiatan membacaku.

Selama kurang lebih tujuh jam berada di pesawat, akhirnya pesawat sebentar lagi akan mendarat di Incheon International Airport.

"Hoi, bangun kak," aku membangunkan Kak Seonghwa sambil menepuk pelan pipinya.

"Hngg, kenapa?" tanyanya yang masih mengumpulkan nyawa. Aku tertawa melihat wajahnya.

"Bentar lagi pesawat mendarat," ia hanya mengangguk kepala kecil mendengar kataku.

Pesawat mendarat, semua penumpang keluar dan pergi ke dalam bandara. Akhirnya aku menginjakkan kakiku di Korea Selatan.

Setelah mengambil koper di bagasi, kami pergi ke hotel yang sudah kami tentukan. Aku membaringkan tubuhku di kasur hotel yang nyaman, tapi tidak senyaman kasur kamarku. Aku sangat lelah. Aku ingin istirahat karena besok kami akan jalan-jalan.

Kami hanya memesan satu kamar. Ayah bilang untuk apa memesan banyak kamar? Kamar ini sudah lebih dari cukup untuk kamu berempat. Aku juga setuju dengan ayah. Lebih baik uangnya untuk membeli barang-barang keren yang ada di Korea.

●●●

Maaf jika banyak typo yang bertebaran seperti pasir yang ada di pantai:), salah kata, dan salah penggunaan tanda baca🙏.

Makasih yang udah baca, komen, dan vote🙏😊.


gadis yang merindukan cahaya rembulan Waar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu