[1] Terbalik 180°

671 72 7
                                    

    Semua layaknya mimpi buruk, tetapi bedanya ini semua benar-benar kenyataan. Semua kepercayaan orang-orang di sekitar luntur ketika mereka mendengar kabar yang tersebar hampir di seluruh Desa Suna. Benar apa kata Gaara. Yang dipercayai bukan suatu pihak, tetapi saksi dan bukti. Kini, semua saksi dan bukti mengarah padanya. Tidak cukup sampai di situ. Ia disiksa dengan dikirimkan ke Desa Konoha. Benar-benar mimpi buruk.

"Araya, kemana Shinki?" Yodo amat mengkhawatirkan sahabatnya itu.

Harusnya Shinki ikut mengantarkannya ke Konoha, tetapi lelaki itu bahkan tidak menampakan diri untuk yang terakhir kalinya kepada Yodo. Apakah Shinki mulai membenci dirinya?

"Tidak usah khawatir, Yodo." Araya yang duduk di sebelah Yodo hanya bisa menguatkan gadis itu lewat sentuhan di pundak. Mungkin bisa sedikit membuat gadis itu kuat.

"Kau kehabisan kata untuk menenangkanku ya, Araya?" Yodo hanya menatap kosong ke luar jendela kereta. Sekarang, hidupnya seperti tidak ada tujuan.

"Bukan begitu, tapi—"

"Sudahlah, Araya," potong Yodo cepat. Ia mulai malas dengan segala hal terlebih ketika ia sadar akan berpisah dengan Shinki dan Araya.

"Yodo, kami yakin Konoha akan menjadi tempat tinggalmu yang baik. Tuan Hokage Ketujuh akan menjagamu dengan baik," ucap Kankuro yang duduk di hadapan Yodo dengan begitu hangat.

"Iya." Hanya satu kata yang bisa menjawab ucapan Kankuro.

|||

Otaknya berpikir keras, mencari kemungkinan apapun yang terjadi. Dari percakapan semalam yang tidak sengaja didengarnya, memang cukup sulit untuk mengidentifikasi sesuatu yang akan terjadi.

"Hah ... merepotkan," desah anak lelaki dengan rambut dikuncir itu. Ia menopang dagunya di atas meja.

"Apanya yang merepotkan, Shikadai?" Boruto bertanya sambil melahap daging asapnya.

"Hey, Chocho! Itu punyaku!" pekik Boruto ketika ia sudah siap mengambil daging bakar lagi, tapi ia kalah cepat dengan Chocho.

"Itu kesalahanmu, Boruto," cuek Chocho. Ia lebih menikmati daging asapnya dibandingkan meladeni ucapan Boruto.

"Hih, gendut," ledek Boruto secara spontan.

"Apa kau bilang?!" Chocho langsung naik pitam.

"Kalian berdua, sudahlah. Daging asap saja dipermasalahkan." Akhirnya Nona Uciha pun ikut berkomentar. Demi apapun, Sarada malas mendengar mereka ribut.

"Shikadai, apa ada yang kau pikirkan?" Inojin lebih baik bercengkrama dengan Shikadai saja daripada ia ikut mengurusi Chocho dan Boruto.

Shikadai diam. Ia tidak segera menjawab pertanyaan Inojin. Ia masih ingin memutar otak untuk mencari prasangka.

"Sebenarnya aku mendengar sesuatu semalam." Shikadai mulai bercerita.

"Kau kan punya telinga. Jadi kau bisa mendengar," celetuk Boruto, ngasal.

Bugh!

"Diamlah!" ancam Sarada setelah ia menghadiahkan bogem ke arah Boruto yang ada di hadapannya.

"Lanjutkan." Inojin mempersilakan.

"Aku mendengar Ayah tengah berbicara pada Ibu soal Desa Suna." Shikadai seperti menggantung teman-temannya di langit teka-teki tanpa jawaban.

Nevermind [ShikaYodo]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang