"Udah-udah, bubar kalian!" seru Kak Jeffry, "Selena, istirahat ini kita bicara,"

Semuanya bubar dan kembali ke kelas masing-masing.

"Selena, kamu nggak apa-apa?" tanya Kak Johan yang masih mengkhawatirkanku. Aku menggeleng.

"Kamu kenapa?" kini giliran Kak Uyong yang bertanya.

"Ceritanya panjang kak. Nanti aku pasti ceritain," jawabku.

"Uyong, Malvin, Johan, Selena!" teriak seseorang. Bisa dipastikan itu suara Kak San.

"Hai, eh selena kamu kenapa?" Senja langsung menghampiriku saat melihat wajahku agak murung.

"Nanti aku ceritain, janji,"

Aku berjalan lebih dulu dari mereka semua. Mereka kebingungan dengan sikap anehku.

"Kenapa dia?" tanya Kak San.

"Nggak tau. Tadi kita datang udah rame-rame di depan kelas 9," jelas Kak Malvin.

"Harusnya kita datang lebih pagi," celetuk Kak Uyong.

Senja berlari mengejarku. Dia merangkulku seakan memberi semangat kepadaku. Padahal ia sama sekali tidak tahu apa masalahnya.

Ini semua salah kakak kelas sok senior itu.

Bukan, ini bukan semuanya salah mereka. Ini salahku. Aku menyesal gara-gara masalah PR tempo hari.

Tapi tetap saja ini tidak harusnya terjadi. Katanya sekolah di sekolah favorit, tapi kok sikapnya seperti tidak pernah disekolahkan. Akhlaknya minus.

●●●

Sesuai permintaan Kak Jeffry, aku pergi menemuinya untuk berbicara. Awalnya Senja ingin ikut, tapi aku bilang aku bisa sendiri. Ia takut aku diperlakukan seperti tadi pagi setelah aku menceritakan kejadian itu.

Janjiku masih ada, yaitu menceritakan kejadian tadi kepada Atees. Hmm.. Mungkin nanti saat istirahat siang aku akan menceritakannya lagi. Rencananya aku ingin menceritakan hal itu kepada Senja nanti saat bersama Atees, agar aku tidak berkali-kali bercerita. Tapi ia sudah memaksaku untuk bercerita.

Aku bersyukur punya sahabat seperti Senja. Orang yang sudah kuanggap saudariku sendiri.

Aku dan Kak Jeffry berjanji bertemu di perpustakaan. Mungkin hari ini ia tidak sibuk hingga bisa mengajakku ke perpustakaan.

Aku membuka pintu perpustakaan sekolahku. Tempat favoritku. Suasananya sangat tenang, udara yang sejuk karena AC, dan ruangan yang nyaman. Siapa sih yang tidak betah di perpustakaan di sekolahku? Bahkan anak yang malas membaca pun datang ke perpustakaan hanya untuk ngadem di perpustakaan.

Terlihat Kak Jeffry duduk di salah satu bangku sambil membaca buku.

Ia yang menyadari kedatanganku mengajakku duduk di sebelahnya. Ia memintaku menceritakan kejadian tadi.

Hft... Waktuku yang berharga telah terbuang untuk menceritakan kejadian tadi. Aku hanya menceritakan sekilas. Lalu Kak Jeffry mengingatkanku agar berhati-hati. Ia bilang banyak siswa yang menjadi korban bully kakak kelas. Aku berterima kasih kepadanya dan segera pamit.

Aku pergi ke WC untuk mencuci wajahku. Hari ini aku lelah dan berniat membasuh muka untuk menyegarkan wajah sekaligus pikiranku.

Sebenarnya aku sudah tidak mempersalahkan lagi tentang Kak Dessy. Tapi aku terus disuruh menceritakan kejadian itu yang membuatku mengingatnya.

Aku hampir lupa dengan pergelangan tanganku. Sakitnya sudah berangsur-angsur hilang. Hanya saja itu masih membekas. Aku takut yang lain melihatnya.

Aku merasa seakan sedang diawasi. Aku berusaha tidak peduli. Saat aku sibuk dengan tanganku, tiba-tiba ada sekitar dua orang menarikku. Mereka menyeretku paksa. Aku berusaha melepaskan diri. Tapi tidak bisa. Aku terlalu lemah karena aku sendiri. Aku berusaha berteriak, tapi aku tidak bisa berteriak.

Tolong siapapun, tolong aku. Ayah, ibu, Kak Seonghwa. Aku takut.

Mereka menghempaskanku di dalam toilet. Mereka mengguyurku dengan air. Aku menggigil. Seragamku basah.

Aku melihat Kak Dessy disana. Ia tersenyum puas melihatku disiksa. Mereka mengunciku di kamar mandi yang lembab.

Aku menangis? Tentu saja aku menangis. Seberani apapun aku tadi pagi kepada Kak Dessy, aku tetap menangis. Sangking hebatnya aku menangis, suaraku tidak terdengar lagi.

Di kelas, Senja mengkhawatirkanku. Ia sangat cemas. Senja bertanya pada siapapun di kelas mengenai keberadaanku. Tapi hasilnya nihil.

Senja ingat bahwa terakhir kali aku bersama Kak Jeffry. Senja segera berlari mencari Kak Jeffry. Ia menanyakan aku dimana. Sayangnya Kak Jeffry pun tidak tahu.

Bel tanda masuk berdering. Senja menuju kelas dengan perasaan kecewa. Ia menyesal tidak menemaniku saat menemui Kak Jeffry.

Di sisi lain, aku masih mengkeriuk di dalam kamar mandi dengan seragam basah. Pasti nanti pulang aku akan dimarahi ibu gara-gara seragamku basah.

●●●

Gimana ceritanya? Hehe.. Makasih banyak yang udah baca, vote, dan komen ☺
Maaf kalau nggak nyambung:)
Maaf kalau banyak typo:)

 Makasih banyak yang udah baca, vote, dan komen ☺Maaf kalau nggak nyambung:) Maaf kalau banyak typo:)

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Siapa yang berani bully adek gue?" Seonghwa.

gadis yang merindukan cahaya rembulan Where stories live. Discover now