Aku dan Senja duduk di bangku kantin. Aku duduk di sebelah kiri Kak Uyong berhadapan dengan Kak Johan. Sedangkan Senja duduk di sebelah kiriku berhadapan dengan Kak Malvin.

Kami tenggelam dalam obrolan ringan. Kami hanya membahas teman-teman sekolah, guru killer, hingga satpam pun kami bahas.

"Eh lupa, Selena lu ultah kan?" tanya Kak Uyong. Aku mengangguk.

Mereka semua mengucapkan selamat padaku.

"Eh Selena, nanti sore kita ke rumah lu, ya," kata Kak Malvin

"Nggak, kalian berisik," tolakku.

"Udah sering ke rumah Selena, lu baru izin sekarang?" kata Kak San bermaksud menyindir Kak Malvin

"Kalian sering ke rumah Selena?" tanya Senja seperti terkejut.

"Senja, lu nggak tau kalau abang lu sering ke rumah Si Selena?" tanya Kak Johan balik.

"Karena aku nggak tau aku nanya ke kalian," jawab Senja sewot, "aku sering ke rumah Selena, tapi nggak pernah ketemu kalian. Kak San juga nggak pernah izin,"

"Eh, enak aja kalau ngomong adikku ini. Abangmu yang ganteng ini izin kalau mau keluyuran," balas Kak San nggak kalah sewot. Dan berakhir kakak dan adik ini adu mulut.

"Sel, pokoknya sore ini kita mau ke rumah lu. Nggak ada penolakan. Ayolah, Sel, gabut gue di rumah," rayu Kak Malvin.

"Abang lu ada di rumahkan sore ini?" tanya Kak Uyong. Aku mengangguk.

"Nah oke, fix, sore ini ke rumah Selena. Senja lu ikut juga," kata Kak Malvin final.

Aku hanya mengangguk pasrah mendengar perkataan Kak Malvin. Aku harus bersiap mendengar suara berisik mereka. Tapi mungkin hari ini lebih mendingan karena ada Senja. Hehe...

●●●

Jam 17.00, sebentar lagi teman-temanku datang.

Tiba-tiba suara gaduh terdengar dari ruang tamu. Saat aku keluar kamar, ternyata anak-anak Atees sudah menguasai sofa. Mereka tidak mengetuk pintu? Astaga, itu sangat tidak sopan.

Untung saja ayah dan ibu memaklumi mereka semua. Karena mereka semua sudah akrab dengan Kak Seonghwa sejak lama. Bahkan ayah dan ibu menganggap Atees dan Senja sebagai anak mereka sendiri.

Aku kira yang datang hanya telah SMPku, ternyata yang SMA pun datang.

Aku melihat sesuatu yang janggal. Aku terfokuskan pada suatu plastik yang ada di atas meja. Apa itu?

"Hai Selana," sapa Kak Hendika.

"Itu apa?" tanyaku langsung tanpa membalas sapaan Kak Hendika.

"Oh, ini tuh..." Kata-kata Kak Hendika sengaja ia gantung. Tangannya mengeluarkan sesuatu dari dalam kantong plastik besar.

Terdapat sebuah kotak yang mirip kotak kue ulang tahun. Tunggu, apa?

"Ini untuk kamu, maaf ya kita cuma bisa siapin ini. Soalnya ini mendadak banget," Kak Yuda melanjutkan perkataan Kak Hendika.

Itu adalah sebuah kue ulang tahun yang bergambar logo Ateez.

Ini untukku? Aku sangat menyukainya hingga aku tak tega memakannya. Hanya saja, ini adalah kue 'ulang tahun'.

Hari itu kami berpesta kecil. Ayah dan ibu ikut dalam pesta itu. Kami memakan kue ulang tahun yang sebenarnya sayang untuk dimakan sangking bagusnya, menyanyikan lagu ulang tahun, mengobrol santai, dan makan makanan yang dimasak ibu. Sungguh aku baru merasakan keseruan dihari ulang tahunku.

Kak Seonghwa memberikanku album Ateez dengan 3 versi. Aku sangat senang. Aku memeluk Kak Seonghwa sambil mengucapkan terima kasih. Aku dan Senja langsung membuka album yang aku idam-idamkan itu.

Kebahagiaanku bertambah saat aku mendapatkan photocard biasku, yaitu Jongho. Karena aku mendapatkan photocard lumayan banyak, aku membagikan satu kepada Senja. Ia sangat senang. Aku memberikannya foto biasnya, Yeosang.

Aku melihat Kak Seonghwa tersenyum. Ia menatapku penuh arti. Tatapan itu, sangat sulit diartikan.
Tatapan yang menusuk hingga ulu hatiku. Terlihat ia menatapku dengan mata penuh kasih sayang, namun di matanya terdapat tatapan sedih terhadapku. Sungguh aku tidak tahu maksud dari tatapan yang membuatku merinding seketika. Lebih tepatnya lagi, aku belum tahu.

●●●

Terimakasih yang udah baca, vote, dan komen☺

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Terimakasih yang udah baca, vote, dan komen☺

gadis yang merindukan cahaya rembulan Where stories live. Discover now