M - JR 02 ; janda

Start from the beginning
                                    

Jefri hidup sendiri di Kota, jauh dari Ibu dan Adiknya yang tinggal di desa. Hidup tanpa ayah membuatnya harus menjadi tulang punggung untuk Ibu dan Adiknya.

Ayahnya meninggal karna kecelakaan kerja saat umurnya beranjak ke sepuluh tahun, di saat si adik masih menghisap ASI dari sang Ibu.

Lulus sekolah, Jefri langsung merantau ke kota untuk mencari pekerjaan.

Menjadi pelayan, office boy, hingga menjadi ojek antar-jemput anak sekolah menggunakan motor butut yang ia bawa dari desa. Semua pekerjaan sudah ia coba untuk membiayai sekolah adik dan kuliahnya sendiri.

Walaupun Ibunya masih memiliki mata pencarian sebagai penjahit, tapi itu sama sekali tidak cukup untuk membiayai Jefri dan adiknya sekaligus.

Jefri berinisiatif pergi, mengadu nasib dan mencari uang di Kota untuk menghidupi dirinya dan keluarga.

Tidak pernah sekalipun terlintas dalam otaknya untuk menjalin hubungan dengan seseorang.

"Kerja dimana, Mas?" Tanya seorang wanita manis dengan hijab yang menutupi kepalanya yang kini duduk di depan Jefri.

"Di perusahaan logistik." Jawabnya singkat.

"Wah, bagian apa?"

"Mekanik."

Wanita itu mengangguk kemudian kembali diam. Tangannya meraih minuman miliknya di meja, kemudian meneguk minuman itu.

"Kalo Nanda teller di Bank jbj Syariah hehe," Wanita itu kembali mengeluarkan suara diakhiri dengan tawa renyah.

Sedari tadi wanita itu mencoba mencairkan suasana, namun gagal. Sangat sulit mempertahankan obrolan dengan Jefri.

Dalam hati Jefri mengutuk Bram yang membuatnya bertemu dengan wanita di depannya. Bukannya Jefri tidak suka dengan Nanda, tapi ia tidak suka dengan cara Bram yang sering menjodoh-jodohkan dirinya dengan siapapun.

Bram menelpon sebelumnya, mengajak nongkrong bersama teman-teman yang lain di tempat biasa, tapi yang ia dapat malah seorang perempuan sedang duduk sendiri. Bram bodoh.

"Nanda?" Panggil Jefri.

"Ya, mas?" Jawab wanita itu cepat.

"Rumahnya dimana? Biar mas anterin."

Wanita itu menatap Jefri tidak percaya.

"Eh bodoh, anak orang kenapa malah lo anter pulang?" Ucap Bram saat menemukan Jefri sedang mengecek kondisi ban truk kontainer.

"Udah malem, gabaik keluar malem-malem sama laki-laki berdua." Jawab Jefri.

"Astaga, Jep, anak muda wajar kali."

Jefri hanya diam, tangannya sibuk memutar kunci inggris besar pada mur ban truk yang sedang ia cek.

Bram menggeleng kepala, sudah lelah dengan tingkah temannya yang satu ini.

Jefri bangun dari jongkoknya, melempar kunci inggris besar yang daritadi dipegangnya ke tanah, menepuk-nepuk tangan untuk menghilangkan debu.

Mémori - J & RWhere stories live. Discover now