Bandung dan Jatuh Cinta

577 80 3
                                    

Semenjak hari dimana Gun meminta tolong kepada Off, keduanya menjadi semakin dekat. Off dan Gun akan pergi bersama ke tempat bimbel setelah pulang sekolah lalu pulang bersama setelah bimbel. Off akan dengan sengaja menunggu Gun di depan kelasnya hanya untuk pergi bersama.

Semenjak hari itu pula keduanya menyadari bahwa mereka tidak lagi sama. Keduanya bukan lagi seorang yang hanya saling mengenal atau bahkan mungkin keduanya menyadari bahwa mereka seperti lebih dari seorang teman.

"Jadi kau akan lanjut ke jurusan apa, Gun?" Off dan Gun sedang berada di toko buku. Mereka perlu menyiapkan beberapa buku sebelum menaiki kelas 12.

"Mmm. aku masih bingung juga sebenarnya.  Sepertinya aku akan memilih teknik geologi jika itu memungkinkan." Gun menggaruk lehernya yang tidak gatal, berbicara dengan nada khawatir.

"Aku kira kau akan masuk jurusan bahasa atau sastra. Tapi ternyata teknik geologi?!" Off membelalakan matanya, ia tahu bahwa Gun adalah siswa kebanggaan sekolah untuk urusan menulis dan membaca sajak.

"Sejujurnya aku tidak terlalu suka mengikuti pelajaran bahasa di sekolah. Aku lebih semangat ketika mempelajari tentang apa saja yang ada di bumi." Ucap Gun.

"Aaah." Off mengangguk mengerti. "Lalu bagaimana bisa kau menjuarai perlombaan sajak itu?" Off bertanya pada pria kecil itu. Jelas sekali ia terlihat penasaran dengan raut wajah yang ia pasang saat ini.

Gun mengangkat kedua tangannya. "Tidak tahu. Bakat alami, mungkin?" Ucap Gun dengan nada sombongnya.

"Hahaha kau ini! Dasar tukang pamer!" Off mengacak rambut Gun dengan lembut seraya keduanya saling tertawa geli.

"Bagaimana denganmu?" Mereka saling berbicara dengan mata yang masih sibuk mencari buku yang akan mereka beli.

"Teknik kimia, mungkin?" Ada banyak keraguan dari jawabannya. "Atau teknik sipil? Entahlah Gun. Sama sepertimu, aku juga bingung." Sambung Off.

"Oh ayolah, kau akan diterima di jurusan manapun. Apa karena hal ini kau jadi bingung?" Gun menjawab dengan sedikit antusias mengingat betapa pintarnya lawan bicaranya itu.

"Mmm, mungkin." Ucap Off tak kalah dengan nada sombong Gun. Disusul dengan Gun yang mengerlingkan matanya.

Setelah selesai mendapatkan buku-buku yang dicari, mereka pergi untuk membayar ke kasir. Tidak banyak yang mereka beli, hanya beberapa buku untuk persiapan masuk universitas dan beberapa buku lain yang akan mereka butuhkan untuk kelas 12. Setelah itu keduanya berencana untuk makan bersama sebelum pulang.

Begitu keluar dari toko buku. Keduanya langsung pergi ke foodcourt, mulai memindai ada apa saja disana. Mereka mengelilingi foodcourt sembari mencari tempat duduk yang kosong. Lalu mendapatkannya setelah ada beberapa pengunjung yang pergi.

"Kau mau makan apa, Gun?" Tanya Off setelah ia mendapatkan meja makan.

"Katanya sushi disini enak. Kau mau tidak?" Gun menjawab sambil mencari letak dapur sushi yang ia maksud.

"Boleh, kalau begitu kau tunggu disini biar aku yang pesankan." Gun hanya mengangguk. Off pergi meninggalkan Gun untuk memesan sushi yang akan dimakan oleh keduanya.

Tak lama setelah itu, Off kembali dengan dua nampan sushi di tangannya. Melihat itu, Gun langsung melebarkan senyum di wajahnya yang manis itu.

"Off! Kita hanya datang berdua, kan?! Gun membelalakkan matanya setelah melihat 16 buah sushi di depannya. Tidak mungkin kan Gun dan Off menghabiskan semuanya?

"Hmm." Off mengangguk. Mengatur sumpit di tangannya lalu memilih sushi yang akan ia ambil. "Aaaa— ayo Gun buka mulut!" Perintah Off seraya mendekatkan sumpit berisi sushi ke mulut Gun. Sedangkan Gun yang masih terkejut langsung menyadari itu dan membuka mulutnya.

"Eynuak." Ada senyuman manis di balik mulut yang sibuk mengunyah itu. Mata gun melebar seakan melihat sesuatu yang ia sukai.

"Enak?" Tanya Off. Sedari tadi yang Off lakukan hanya memerhatikan Gun dengan mulut penuh nya itu. Off baru menyadari bibir Gun sangat indah. Sialan, Off.

Gun tersenyum mengangguk, mengambil sumpit lalu melayangkan tangannya di udara, memilih sushi mana yang akan ia makan. Melihat Gun yang sangat senang itu tanpa disadari Off merasakan perutnya kenyang dan dia tersenyum. Off akan tersenyum untuk apa saja yang membuat Gun senang. Seakan hidupnya akan bahagia jika hanya Gun bahagia.

Mereka sangat menikmati acara makannya itu. Perut keduanya penuh dan mungkin hati keduanya juga. Katanya jika kau melihat seseorang sedang makan dan merasa kenyang, kau mencintainya.

••••

Karena Off membawa motornya, setelah acara makan mereka memutuskan untuk pergi mengelilingi kota Bandung. Dengan perasaan bahagia. Oh ya, jangan jatuh cinta di Bandung. Itu akan bertahan selamanya.

"Bandung bukan hanya masalah geografis. Lebih dari itu, melibatkan perasaan di dalamnya." Suara Off sedikit terbawa angin malam, tapi masih cukup terdengar untuk seseorang di belakangnya. "Itu kata Pidi Baiq, Gun. Bukan aku yang bilang." Sambung Off.

"Aku tahu! Kau ini, aku juga tinggal di Bandung tau?!" Gun mencubit kecil pinggang Off, hadiah untuk kalimat yang keluar dari mulutnya.

"Oke. Kalau begitu coba jelaskan padaku apa artinya?" Off melirik pada Gun dari spion motornya. Terlihat jelas betapa cantik  Gun di malam hari ditambah sorotan lampu jalan yang membuatnya seperti lebih bersinar dari apapun yang ada disana.

"Mmmm... kau akan jatuh hati pada Bandung, mungkin?" Jawab Gun.

"Mungkin. Bandung akan membuatmu jatuh cinta." Diatas motor yang melaju melewati jalanan. Diam-diam mereka menyimpan perasaan itu. Perasaan yang membuatmu merasakan geli di perut, hatimu penuh. Kupu-kupu memenuhi perut, kau jatuh hati.

"Lalu, kau pernah mengelilingi Bandung dan jatuh cinta?" Tanya Gun yang sekarang menempelkan tangan pada pipinya, dingin.

"Aku sedang melakukannya, Gun." Off menarik tangan Gun. Memasukannya ke dalam saku jaket Off, menggenggamnya sebentar sebelum kembali fokus mengendarai motornya.

••••

Jangan keliling Bandung saat sedang jatuh cinta! Kau akan menyimpan ingatan itu lebih lama dari kisah cintanya. Hope you like it💖🦋

FALLEN - OFFGUN [completed]Where stories live. Discover now