Bagian 17: Cemburu?

70 24 1
                                    

Selamat membaca!🌻
--

Makan malam dimulai ketika semua sudah duduk mengelilingi meja. Luna dengan telaten menyendokkan nasi ke piring suaminya, Surya. Tak lupa dia menyendokkan pula lauk pauk sesuai keinginan Surya.

"Ayo Mentari! Kamu makan yang banyak, pilihlah makanan yang kamu suka! Maaf bila tidak enak masakannya," kekeh Luna yang mulai menyendokkan nasi untuk dirinya sendiri.

Mentari tersenyum malu. Dia rasa masakan tante Luna pasti enak. Dilihat dari tampilannya saja sangat menggoda untuk segera disantap oleh lidahnya. Tapi dia ragu karena melihat Bintang belum juga menyendokkan nasi dari tadi. Hatinya tak enak bila harus mendahului Bintang.

"Bisa tolong sendokkan nasi ke piring aku my sun?" Bintang menoleh dengan mata yang meminta tak lupa dia ulurkan piringnya pada Mentari.

"I-iya," Jawab Mentari terbata.

Malam ini Bintang ingin sekali dilayani oleh Mentari. Rasa cemburunya menginginkan dia dimanja oleh tunangannya. Dia ingin menegaskan bahwa Mentari itu miliknya dan Ravi harus memahaminya.

Mata Mentari melihat tak percaya dengan apa yang diminta oleh Bintang. Semua mata melihat pada Bintang sehingga dia tak punya pilihan untuk menolaknya. Dasar manja! Gerutunya.

Mentari mulai mengambilkan nasi untuk Bintang dengan tangan sedikit gemetar. Baru kali ini dia melakukannya. Tapi pikirnya memang ini hal yang seharusnya dia coba latih karena suatu hari nanti dia akan melakukan untuk suaminya.

Tapi setelah dia selesai melayani Bintang, dia bingung sendiri. Matanya beradu tatap dengan Ravi. Dia tak tahu haruskah dia dulu yang mengambil makanan ataukah menunggu Ravi. Sungguh canggung sekali. Mau mempersilahkan Ravi dahulu, dia ragu.

Untungnya Ravi mengambil inisiatif terlebih dahulu. Dia mulai memasukkan makanan ke piringnya. Walau hatinya merasa sebal dengan tingkah kakaknya yang tiba-tiba manja. Di hadapannya pula. Nafsu makannya sedikit berkurang jadinya.

Tak ada percakapan ketika mereka makan malam. Semua sibuk dengan suapan makanan ke dalam mulut mereka walau dengan berbagai macam ekspresi yang tersuguh.

Gerakan Mentari terhenti ketika sesendok makanan mendekati mulutnya. Refleks dia menatap sendok dan menoleh ke arah Bintang yang sedang tersenyum kepadanya. Ternyata Bintang ingin menyuapinya.

Mulut Bintang yang menganga, seolah menyuruhnya untuk membuka mulut dan menerima suapannya. Dia coba buka mulutnya walau rasa malu menghinggapinya. Dia tak berani menatap sekitar, karena pasti dia dan Bintang menjadi tontonan.

"Sekarang giliranmu! Suapi aku!" Pinta Bintang.

Mata Mentari melihat ke sekelilingnya. Mereka hanya tersenyum, berbeda dengan Ravi yang seolah acuh terhadapnya. Dia tak mau memikirkannya. Walau hatinya merasa ada yang salah dengan Ravi. Tapi dia akhirnya menyuapi Bintang walau malu.

"Kita kalah sama mereka ya, Pa!" Sindir Luna yang bahagia melihat kemesraan anaknya.

"Dulu juga kita seperti itu, memangnya mama tak ingat?" Kekeh Surya yang menggoda Luna.

"Kapan?" Luna berusaha mengingat.

"Dulu. Saking lamanya, mama jadi tak ingat. Padahal itu sesuatu yang romantis, Ma,"

"Oh iya. Mama baru ingat. Kita juga sering makan sepiring berdua, kan? Maklum faktor U, jadi lupa" Tawa Luna yang diikuti semuanya kecuali Ravi yang masih acuh.

"Bintang cuma membiasakan Mentari supaya nanti dia tidak canggung melayaniku ketika di meja makan," senyum tak lepas dari bibir Bintang, dia melirik Mentari dan menggenggam tangan Mentari.

Siapa Merebut Siapa [TAMAT]Where stories live. Discover now