"Maaf ya, Kak, harusnya lo nemenin Kak Diandra, tapi malah disini nemenin gue."

Erland terseyum, "Lu lebih butuh gue dari pada Diandra, dia pasti tahu!"

Sisy tersenyum kecil. Suasana hening, hanya terdengar bunyi gesekan sendok dan garpu dengan piring.

"Polisi lagi nyoba nangkep pelakunya, Kak. Feeling gue sih, kayaknya salah satu dari mantannya Kak Bima, tapi karena terlalu banyak, gue gak ada bayangan siapa yang tega ngelakuin ini."

"Kita cuma bisa sabar, Sy, mudah-mudahan cepet ketemu, cepet di tangkap."

"Aamiin."

* * *

"Gimana, Do? Diandra udah sadar?" tanya Rivan pada Edo.

Rivan, Edo, Erland, dan Xavier melakukan group video call kala tahu Diandra pingsan saat ingin mengajar private di rumah Rere.

"Belum, Van."

"Kirim ke gue alamatnya , Do!" kata Xavier.

"Lu mau apa?"

"Mau gue cium, siapa tahu langsung bangun!" sambar Erland.

Xavier tidak merespon candaan Erland. Ketiga temannya yang lain memaklumi.

"Bima gimana, Land?" tanya Edo.

"Masih di ruang operasi."

"Sisy sama Bokapnya udah pada makan?" tanya Rivan.

"Udah."

"Mana?" Xavier bertanya lagi.

"Apanya?"

"Alamat rumah Rere!"

"Lu mau apa?"

"Liat Diandra!"

"Masih pingsan."

Xavier langsung memutuskan sambungan group video call mereka.

"Ngambek doi?" tanya Edo.

"Lu sih!"

"Loh, kok gue?"

"Dia kan minta alamat."

"Mau ngapain?"

"Nyamperin Diandra lah, masa ngeliat lu!"

"Mungkin gak sih, Xavier suka sama Diandra?" pertanyaan ini keluar dari bibir Erland, hingga memotong perdebatan Rivan dan Edo.

"Xavier kan homo!" jawab Edo.

"Yakin lu?" Rivan menyambar jawaban Edo.

"Cowok itu, kalo gak homo ya brengsek!"

"Kecuali gue."

"Lu bucin!"

"Bangs*t!"

"Kalo ternyata dia beneran suka sama Diandra, kalian kalo sebagai cewek, mungkin nolak gak?" Erland lagi-lagi memotong perdebatan Rivan dan Edo.

"Meskipun gue ganteng, orang tua gue juga kaya, tapi gak ada apa-apanya di banding Xavier, mundur aja gue!" jawab Edo simpel.

"Diandra oke sih buat istri masa depan. Tapi kayaknya kalo ngebayangin nikah sama sahabat sendiri, geli juga gue!" jawab Rivan sekenanya.

"Lu gimana, Land? Kalo masalah tajir kan lu sama dia sebelas dua belas, kalo ganteng, mending lu mundur aja deh, meskipun lu juga ganteng, tapi saingan lu Xavier, Bro!"

"Kayaknya gak segampang itu."

"Wah, serius lu?"

Flashback...

Setelah Diandra kalah bermain uno stacko dengan Erland, keesokan harinya mereka jalan. Mereka mampir ke kafe untuk makan siang. Mereka berbicara tentang apapun, sampai...

"Lima tahun ke depan, rencana gue kerja di luar negeri, sambil lanjutin S2."

"Waw!"

Erland tersenyum mendengar respon Diandra.
"Lu mau ikut sama gue gak, Di?"

"Kemana?"

"Keluar negeri, sambil lanjutin S2, biar kita bareng terus."

Flashback off

Diandra tidak menjawab apa pun. Tidak menerima dan tidak menolak. Padahal bagi Erland, itu adalah sebuah jawaban apakah Diandra ingin bersama Erland atau tidak.

Erland tidak bisa melepaskan Diandra begitu saja. Dia terlanjur jatuh hati. Diandra adalah tipe perempuan give and give, dia selalu give tanpa mengharapkan take. Tipe perempuan yang susah di dapatkan dan sulit untuk dilepaskan. Dia tidak bisa merelakan Diandra begitu saja, kecuali Diandra sudah menentukan pilihannya.

* * *

Me And The Six PrinceWhere stories live. Discover now