🌷Dia Yang Berkacamata

Start from the beginning
                                    

" Atau kamu seneng deket-deket sama si brengsek itu ?" imbuhnya lagi dengan nada menuduh.

" Aku benci kamu! " Prilly mendorong dada Ali dan berbalik meninggalkan Ali begitu saja. 

" Shit!! "  Alu meremas rambutnya kasar. 

Prilly berlari kearah gerbang dengan tangis.  Satpam penjaga gerbang yang melihat calon mantu pemilik sekolah mencoba bertanya ketika Prilly sudah berdiri didepan gerbang. 

" Kenapa mbak Prilly kok nangis ? "

Bukanya menjawab Prilly malah menyuruh satpam tersebut membukakan gerbang.
" Bukain pak!  Aku mau pulang! "

" Tapi jam pelajaran belum selesai mbak"

" Aku lagi sakit pak!  Bapak mau lihat aku pingsan disini? "

Satpam itu menggeleng tegas.  Dibukanya gerbang yang menjulang tinggi tersebut.

" Saya panggilkan Mas Ali ya mbak? "

Prilly menoleh cepat " nggak usah pak,  saya mau naik taksi "

Belum selesai Satpam itu memberi tawaran agar menunggu didalam pos,  Prilly telah berlari kencang. 

Dilain sisi Ali baru menyadari jika Prilly berlari bukan kearah kelas.  Melainkan kearah gerbang. 

" Bodoh kau Ali " Ali mengumpat pada dirinya sendirian. Setelah itu Ali berlari menuju kelas,  mengambil tasnya dan tas Prilly yang masih berada didalam. 

Tin tin..

Belum sempat satpam yaang diketahui bernama Budi tersebut menutup gerbang,  dia kembali dikejutkan dengan suara klakson  mobil dibelakangnya.

Apa lagi ini.. 

" Pak..  Lihat Prilly keluar nggak? " Ali mengeluarkan kepalanya dari pintu mobil agar bisa berkomunikasi dengan Budi. 

" Ada mas..  Tadi Mbak Prilly nya izin pulang sambil nangis.  Katanya sakit "

Penjelasan satpam tersebut membuat diri Ali semakin merasa bersalah.  Tanpa berpamitan Ali langsung menginjak gas mobil , mengendarai dengan kecepatan penuh. 

Dasar orang kaya!  Mentang mentang anak pemilik sekolah jadi keluar masuk seenaknya.

🌷🌷
Prilly berlari dengan kencang,  mata yang sedikit tertutupi kabut air mata membuat Prilly tidak bisa melihat jelas keadaan jalan.  Tanpa menoleh kanan dan kiri Prilly menyeberang jalan dengan tergesa hingga sebuah mobil hitam tak sengaja menyenggol lengan Prilly dengan sedikit keras.

Aduhh... 

Prilly terguling diaspal.

Beruntung mobil yang mungkin tidak sengaja menyenggolnya itu melaju tidak dengan kecepatan tinggi,  hingga Prilly hanya terguling saja. 

" Maaf mbak maaf..  Saya bener bener nggak sengaja "

Prilly sibuk membersihkan seragam yang terkena debu aspal masih belum menyadari seseorang yang berdiri di depan ya. 

" Mbakk..  Mbak nggak apa apa? " ulanginya lagi.

" Nggak apa apa!  Makanya lain kali kalo nyetir itu yang bener  mas! " Prilly terlihat mengomel ketika sudah berdiri kembali. 

Untuk beberapa detik orang itu terdiam mengamati wajah Prilly ." Mbaknya juga tadi asal nyeberang! "

Prilly mulai berfikir jika kejadian yang baru saja dialami memang benar kesalahanya.

" Yaudah gue minta maaf " Setelah mengucapkan itu Prilly ingin bergegas pergi. 

" Lengan kamu berdarah " Lengan Prilly ditahan oleh seseorang tadi. 

Ehh...

" Maaf maaf..  Tapi lengan kamu berdarah.  Kita ke rumah sakit ya "

" Nggak usah mas.  Makasih.  Saya langsung pulang saja "

" Biar saya antar "

" Nggak usah nggak usah " tolak Prilly dengan halus. 

Prilly berjalan dengan sedikit cepat.  Rasanya Prilly tidak nyaman berdekatan dengan orang asing. 

🌷🌷

" Makasih pak " Prilly turun dari taxi  yang dia tumpangi dengan tertatih. Kejadian setelah terguling diaspal menyisakan rasa sakit disekujur tubuhnya.  Lengan yang terlukapun masih mengaga lebar. 

Bola mata Prilly membulat sempurna ketika dilihat Ali sudah berdiri didepan pintu . Karna rasa kesalnya Prilly mencoba berjalan acuh.  Mengabaikan tatapan Ali yang sedikit cemas. 

" Minggir " Ujar Prilly karna dirasa Ali menghalangi jalanya.

"  Aku minta maaf ya " Ali mencoba memeluk Prilly. 

Prilly berontak dalam pelukan Ali " Lepas dong! "

" Nggak! "

" Ali sakit " Prilly mengadu ketika tangan Ali tidak sengaja menyenggol lengan Prilly yang terluka .

Ali melepas pelukannya dan menatap lengan Prilly.
" Ini kenapa?" Nada bicara Ali terlihat tegas. 

" Jatuh " Ucap Prilly acuh dengan berjalan kedalam rumah. 

" Jatuh dimana! " Intonasi bicara Ali terdengar meninggi. 

" Prilly berhenti! "

" Apasih! Kamu kalo kesini cuma mau marahi aku!  Cuma mau bentak bentak aku mending pulang! Aku jadi pacar kamu bukan untuk kamu bentak bentak ya! "

" Enggak gitu sayang " Ali berjalan cepat kearah Prilly.

" Pergi!  "

" Sayang.. " ucap Ali memelas.

" Pergi nggak!!  Atau aku yang pergi! " Prilly berbalik dan berniat berjalan keluar rumah. Sakit disekujur tubuhnya membuat  emosinya sedikit tidak terkontrol.

" Okee okee aku ngalah.  Aku yang pergi "

Setelah itu Prilly berjalan sedikit cepat naik kearah kamarnya. 

Tanpa disadari Prilly  , Ali masih berdiri dibalik pintu . Dia tidak akan  meninggalkan Prilly sendirian. 

Sedangkan didalam kamar ,Prilly memilih membersihkan badan dan lukanya.  Membasuh lengan yang terluka dengan sedikit air hangat. 

Ringisan Prilly terdengar sampai luar kamarnya.  Kondisi pintu kamar yang tidak tertutup rapat dapat membuat Ali melihat aktivitas Prilly didalam kamar. 

Ali masih saja melihat Prilly dari luar.  Hingga sampai beberapa menit Prilly tertidur dengan nyaman.  Barulah Ali masuk kedalam kamar kekasihnya. 

Memastikan Prilly benar benar tertidur, Ali kembali turun kelantai dasar untuk mencari perban dan obat merah untuk membungkus luka Prilly. 

Entah karna kelelahan atau apa , Prilly tidak merasakan ketika kulitnya ditetesi obat merah oleh Ali , Ali dengan sigap mengelus kening Prilly ketika hanya lengguhan kecil yang keluar dari bibirnya . 

Selesai mengobati luka Prilly,  Ali memilih tertidur disamping Prilly. Mengingat reaksi apa yang diberikan Prilly nanti,  biar dia pikirkan belakangan. 

Calla LilyWhere stories live. Discover now