{Chapter 17}

774 97 22
                                    

A/n: Seneng deh kalian bisa ngertiin aku, ehhehehe. Sebagai hadiah, aku kasih double update.

Jangan bosen ya kalau dapet notif dariku terus 👉👈

Selamat membaca!


Setelah terjadinya tragedi seminggu setelah kejadian malam itu, hari ini adalah hari dimana Athanasia merasa bahwa Zenith memang menjauhi dirinya. Bahkan, jika boleh, Athanasia ingin sekali menyatukan Claude dengan Zenith. Dia hanya ingin secepatnya pergi dari dunia ini.

Begitu menyiksa, seolah-olah memang Athanasia tengah menjalani kehidupan di dalam novel. "Hanya sendirian saja? Kau seperti anak hilang."

Tidak memilih untuk menyahut, dari suaranya saja gadis muda ini sudah tahu siapa yang datang. Lucas mencebik kesal, ketika terasa Athanasia tidak menjawabnya. "Hei, ada apa denganmu? Apakah si chimera itu melakukan tindakan lagi saat di kereta kemarin malam?"

Masih enggan menjawab, pandangannya masih terpaku kepada pemandangan indah ketika melihatnya di atas balkon kamar. "Baiklah, jika aku tidak dipedulikan di sini, aku pergi dulu."

Masih tidak mendapatkan respon, hingga mau tidak mau penyihir bersurai hitam itu menghela napas pelan.

"Hei, aku tengah berbicara denganmu. Apakah kau tidak mendengarkan?"

Helaan napas berat lagi-lagi terdengar cukup keras. Athanasia membalikkan tubuhnya, kemudian mengernyitkan dahi. "Ada yang ingin kau bicarakan?" Satu anggukkan dari Lucas cukup membuatnya mengerti. "Katakan."

"Sebenarnya ... aku hanya ingin menemuimu, itu saja tidak ada yang penting. Apakah kau sedang ingin sendiri?" Kedua sudut bibirnya mengangkat keatas, selepasnya kembali menggelengkan kepala.

"Tidak, temani aku di sini." Lucas hanya mengangguk mengerti, menopang dagu seraya bersandar diatas pagar balkon. "Apa yang sedang kau pikirkan? Oh ... aku dengar, Ayahmu tengah menyiapkan acara pesta teh untukmu?"

"Entahlah ... aku tidak tahu dalam rangka apa Papa menyiapkannya."

Kali ini dahinya ikut mengernyit, seakan ikut merasa heran yang tengah Athanasia rasakan juga. "Mungkin dia ingin memberikan itu semua karena merasa bersalah padamu," ucapnya asal.

"Bersalah? Kenapa?"

"Karena dia selalu menghabiskan waktu dengan si chimera akhir-akhir ini." Mendengarnya, Athanasia hanya mengulum senyum kecil. "Tidak ... sepertinya bukan itu, lagipula kenapa harus merasa bersalah? Zenith juga saudariku. Meski jika Papa mengadakan pesta teh untuk perasaan bersalahnya kepadaku, pasti seharusnya hanya ada aku dan Papa di acara itu."

Lucas menyentuh bahu gadis disebelahnya ini. Benar, Athanasia terlalu mengurung diri hari ini, hingga tidak tahu bahwa ada hal penting yang harus dirinya ketahui. "Dan kudengar, Ayahmu akan ikut bergabung juga."

Terkejut, Athanasia menoleh kearah Lucas dengan melebarkan kedua mata. "Kau ... serius?!"

"Kapan aku tidak serius."

"T-tapi ... kenapa Papa harus ikut? Bukankah itu akan menimbulkan kecanggungan yang berat bagi para Putri dan Lady dari negara tetangga?" Lucas mengangkat kedua tangannya keatas.

"Kupikir si chimera tidak akan ikut. Dia hari ini pergi dari Istana, rencananya akan melepas rindu ke kediaman Alphaeus." Lagi-lagi dibuat terkejut. Athanasia memang sedikit payah hari ini, dia tidak tahu menahu kejadian disekitarnya.

•••

Tiga hari sebelumnya

"Yang mulia, apakah anda yakin?" Felix, sang tangan kanan Rajanya berusaha untuk meyakinkan, dan tidak akan menimbulkan sesuatu penyesalan datang nanti. "Harus berapa kali kukatakan?"

Bukan apa-apa, tapi masalahnya ... Ada hal yang mengganggu Claude. Setelah malam perayaan ulang tahun Zenit Maghrita, mendiang Diana tidak ada henti selama 4 hari berturut-turut mendatangi mimpinya.

Berbeda, mungkin itu sudah terbilang biasa saja. Diana memang selalu mendatangi dirinya, dalam bentuk fatamorgana, ilusi, maupun mimpi. Namun, mimpi kali ini berbeda.

Claude selalu melihat Diana dengan sesosok gadis muda, seusia dengan Athanasia, Putri mereka. Dengan manik mata yang lebih iras kearah Diana, dan rambut emas bergelombang yang lebih mirip kepadanya dan Athanasia.

Diana tidak pernah mengatakan apapun, hanya mengatakan sesuatu yang tidak Claude mengerti, karena hanya terdengar samar-samar. Namun, dia selalu ditunjukkan beberapa tempat yang belum ditemui oleh Claude sebelumnya.

Dengan cepat, dia menyimpulkan. Bahwa tempat itu adalah tempat dimana gadis muda tersebut tinggal.

Hingga hari ini terjadi, mau tidak mau Felix menyetujui permintaan Claude untuk datang ke kediaman gadis muda yang Claude yakinkan ada hubungannya dengan Diana. Pagar kayu yang membatasi jalanan dengan halamannya.

Claude turun dari atas kuda putih cerah, menghela napas pelan ketika pandangannya menatap rumah kecil ini. "Yang mulia, biarkan saya yang mengatasi ini." Tidak menjawab, namun tidak juga menghentikan langkah Felix.

Pria gagah bersurai merah pekat itu membuka pagar, berjalan lebih maju dan mengetuk pintu dengan sedikit keras. Mungkin karena merasa terganggu, keluarlah sesosok pria yang lebih tua, dengan bajunya yang terlihat lebih lusuh dan menatap Felix dengan pandangan tidak percaya.

Sedikit menengok ke belakang, rasa terkejutnya semakin menjadi ketika memperlihatkan batang tubuh Raja mereka, Claude De Alger Obelia.

Kenapa keluarga Kerajaan mendatangi rumahku? Aku tidak melakukan kesalahan apapun, batinnya.

"Yang mulia?" Claude tersadar, kakinya melangkah, lebih maju dari Felix dan semakin dekat dengan pria ini. "Y-yang mulia ...." Dengan gugup, dia membungkuk hormat, kemudian kembali berdiri tegak dan menatap sang Raja dengan pandangan yang sulit diartikan.

"Dimana gadis itu?"

"Eumm? Maksud yang mulia ... siapa?"

"Paman ... kenapa di sini sangat ramai, ada apa—"

"Benar ... kau memang orang yang sama."

"M-maaf, maksud anda ... eumm ... Yang mulia?" Gadis muda yang tidak asing bagi Claude, kini tengah membungkuk hormat. "Kembali berdiri."

Sedikit terkejut, namun dengan cepat kembali berdiri tegak dan menatap sang Paman bingung. "Felix."

"Ya, yang mulia?"

"Berikan undangan pesta teh Putriku kepadanya, dan berikan sebuah pakaian yang lebih layak."

"B-baik, yang mulia."

Sebelum benar-benar pergi, Claude menatap iris yang mirip seperti mendiang Istrinya itu. Bertanya-tanya siapa gadis ini. Sangat mirip seperti Athanasia, dan juga seperti Diana.

Tidak mungkin, bukan ... jika dia adalah Anak lain dari Diana?

 jika dia adalah Anak lain dari Diana?

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Herina Marguerette as You


A/n: Itu sebenernya Athanasia, cuma aku edit aja matanya jadi warna itu, karena 'kan tokohnya Herina ini emang mirip sama Athanasia. Maaf kalau kurang rapi, aku kurang jago edit seriusan 🖖

Triple update? Bisa enggak kalo komennya tembus 20+ hehehehee.

Look at me! || WMMAP FANFICWhere stories live. Discover now