29. Battle for her

Start from the beginning
                                    

Ethan tersenyum, tidak lebih tepatnya menyeringai.


*

Kini Ethan berada di Sasana. Otot-ototnya tercetak jelas walau penerangan yang sengaja diredupkan. Bajunya basah penuh keringat.

Entahlah dia tak ingin membunuh, nafsu membunuhnya sudah sejak kapan surut saat hubungannya dengan Clara membaik.
Dia hanya butuh pelampiasan, pukulan di samsak nya begitu keras, Ethan mengeluarkan semua tenaganya seakan yang dia pukul adalah musuh bebuyutan yang sangat dibencinya.

Kata-kata Steve terus terulang diotaknya.

'Mau merebut milik ku? Tak akan pernah ku biarkan sekali pun dalam mimpi.' ucapnya Ethan meraung dalam hati.

Beraninya Steve mengajaknya bersaing, sudah jelas dia satu-satunya pria untuk Clara. Beraninya pria itu mengusiknya. Dengan membabi-buta Ethan memukul samsak untuk pelampiasan.

"Ethan hentikan itu." Entah bagaimana Clara bisa ada disana, bahkan suaranya tak terdengar oleh Ethan.

Clara dengan sekuat tenaga membalik Ethan menghadapnya. Dari tatapannya saja Clara tahu pria itu sedang dikuasai amarah.

"Kau kenapa hm? Paman Grey memberi tahu ku kau ada disini. Telpon ku juga tak kau jawab."

Dada Ethan naik turun, Clara berinisiatif membelai pipi Ethan yang penuh keringat.

Ethan menggapai tangan Clara. "Tunggulah aku ingin ganti baju."

Setelah sepuluh menit Ethan kembali dengan penampilan lebih fresh. Dia langsung menggenggam tangan Clara menuju mobil.

"Kau kenapa Ethan?"

Bukannya menjawab Ethan malah memeluk Clara, menempatkan dagunya dipundaknya. "Aku di pukul Steve!" Adunya dengan nada dibuat manja.

"Apa? Bagaimana bisa? Itu tidak mungkin."

Ethan menegakkan posisinya. "Apanya yang tidak mungkin? Dimata mu dia adalah pria baik hati dan penuh kehangatan. Jadi ini semua kesalahan ku?".
Astaga, Clara salah bicara. Terdengar seperti pembelaan dan memihak Steve.

"Bukan seperti itu-"

"Kau tidak boleh menilai seseorang dari luarnya saja."

Clara diam sejenak. Melihat Ethan dan sadar bahwa apa yang dikatakannya ada benarnya. Mengingat bagaimana dulu dia bertemu dengan Ethan, membencinya namun sekarang justru sebaliknya.

"Apa lebam ini sakit?"

Ethan kembali memeluk Clara. " Aku tidak sempat membalasnya jadi aku hanya memukul samsak. Ini seperti bukan diri ku saja, mungkin aku tidak akan tidur nyenyak nanti."

"Bagaimana jika aku membunuhnya saja, sudah lama aku tidak bermain darah."

Mendadak atmosfer yang dulu pernah dirasakan Clara mencekam, aura Ethan kembali pada kegelapan.

"Tidak jangan lakukan itu."

"Kau membela pria lain dihadapan ku."

Clara lebih hati-hati dalam bersikap.
"Sayang bukan seperti itu. Kau hanya kesal dan kau sudah memukul samsak anggaplah itu Steve. Mau ku temani tidur hm?"

Tentu Clara masih khawatir Ethan akan membunuh Steve jadi dia akan mengawasinya.

Clara menginap di rumah Ethan. Dikamar yang di dominasi warna hitam itu Clara sedang membelai rambut kekasihnya yang sedang manja mode on.

"Clara aku mencintai mu." Ethan memeluk pinggang ramping Clara erat.

"Aku juga Sayang. Tidurlah."

Tak butuh waktu lama Ethan pun memasuki alam mimpi.

Ponsel Clara dinakas bergetar. Segera dia menekan tombol hijau agar tak mengganggu tidur Ethan.

"Mengapa kau memukulnya?" Tanya Clara.

"Aku hilang kendali. Ku rasa kita perlu bicara." Jawab Steve.

"Baiklah."

Telpon singkat itu berakhir. Clara tahu Steve adalah orang baik dan memang begitu nyatanya. Steve sudah Clara anggap sebagai sahabat.

Kembali Clara memperhatikan wajah Ethan. Dilepasnya tangan Ethan yang masih bertengger diperutnya. Ia bangkit dan mengambil obat merah.

"Auch.."

"Maaf kau jadi terbangun." Sesal Clara.

"Tak apa, obatilah. Nanti kau temani aku tidur lagi."

Clara mengangguk.

"Sayang?" Panggil Ethan.

"Kiss me!"

Clara tersenyum lalu mendaratkan kecupan ringan di bibir tebal pria itu.

"Again."

Clara mengecupnya lagi.

Kali ini Ethan menahannya, berganti mencium Clara sangat dalam yang semakin lama semakin panas. Ditekannya leher Clara agar lebih dekat. Bahkan pria itu berlanjut memberi kiss mark dileher Clara. Menyesap kulit putih itu dengan kuat membuat Clara melenguh. Ah, pria itu selalu saja tak puas dengan kecupan.

#Tbc


Wanna Die (Complete)✓Where stories live. Discover now