35. New life

119 13 0
                                    

Kita seperti minyak dan air. Selalu bermusuhan, atau sangat berbeda atau tidak bisa menyatu. Apa pun sebutannya kita tidak bisa bersama.
Minyak membutuhkan api untuk mengalahkan air, tanpa api maka air akan mendominasi.

Siapa kita? Berani bermimpi melawan takdir? Apa kita harus memperjuangkan hasil yang pada akhirnya tetap sama? Biar ku tanya sekali lagi, beginikah akhirnya? Lebih baik terkurung dalam mimpi atau dihantam kenyataan? Nyatanya tetap tak ada zona nyaman diantara kita berdua.

Sampai akhirnya aku memilih membunuh agar aku bisa mendapat kenyataan yang ku buat sendiri. Aku benci minyak dan air, tak ada pilihan aku menjadi api agar bisa menghilangkan keduanya.

Lebih baik menjadi egois karena diri sendiri daripada dipermainkan kenyataan. Jalan mu tak boleh ragu, ingin hitam jadilah hitam, ingin putih jadilah putih, karena tak ada yang menyedihkan selain abu-abu.

Ethan sudah memerankan perannya, Clara juga akan mengambil peran. Membunuh perasaan yang menyiksa dan memulai lembar baru tanpa mengingat apa yang telah lalu.

Hingga satu tahun kemudian....

"Sayang ayo bangun." Clara memberi kecupan ditambah elusan didahi pria yang telah berstatus suaminya sejak tiga minggu lalu.

Steve tersenyum tanpa membuka mata. Banyak hal dan penuh usaha besar tuk meyakinkan Clara akan cinta pria itu untuknya. Beruntunglah Clara adalah sosok wanita kuat yang tidak terkurung dalam trauma maupun masa terburuknya.

"Kau tega membiar ku kelaparan? Haruskah aku pergi keluar membeli makan sendiri? Atau memesannya saja, kurir kemarin cukup tampan dan ku kira-"

Kalimat Clara terpotong seketika melihat Steve memelototkan matanya. Sama sekali tidak ada pilihan yang Clara lontarkan itu cocok baginya.

"Aku yang akan membeli sendiri untuk mu. Tapi setelah itu temani aku bekerja ya." Inilah yang Clara suka dari Steve, dia penuh kelembutan. Dengan sifatnya yang penyayang dan hangat itu mampu meluluhkan hati Clara hingga perjuangan pria itu untuk mendapatkannya sepadan dengan cinta yang Clara berikan untuknya.

Orang bilang masalah hati akan terobati dengan hati pula. Mungkin itu benar adanya. Apa yang dialami Clara sebelumnya membuat Clara berfikir untuk tidak menghubungkan diri dalam cinta dengan bentuk apa pun. Namun semua itu terpatahkan dengan sejuta cinta yang selalu Steve sirami pada Clara setiap hari, setiap waktu.

"Aku berangkat dulu, love you my wife."

Clara menahan dada Steve yang hendak menciumnya.

"Kau tak usah mandi?" Tanya Clara.

"Kau bilang tadi kelaparan."

Clara meringis menggigit bibir, dia khawatir suaminya selalu saja memprioritaskan dirinya melebihi dirinya sendiri.

"Tidak, aku tidak akan mati hanya menunggu mu untuk mandi sebelum pergi. Cafe juga dekat bukan, belikan makanan seperti biasanya saja ya."

Steve mengangguk kemudian ke kamar mandi. Tak banyak basa-basi 30 menit kemudian makanan ala prancis tertata dimeja makan. Clara hanya duduk memperhatikan sang suami sibuk dengan piring ditangannya. "Nah ayo makan aa..aa!"

"Jangan menyuapi ku, kau makan juga." Clara balas tersenyum.

Setelah makan Steve mengurung Clara dipelukannya sedangkan dia berkutat dengan ipad nya. Setelah menikah Steve memutuskan untuk tidak bolak-balik negara, dia memilih bekerja jarak jauh dan akan ke kantor jika ada yang sesuatu yang sangat penting. Cukup ribet tapi Steve menikmatinya selagi Clara tetap disampingnya.

Lihatlah, bahkan tumpukan pekerjaannya terselesaikan dengan cepat tanpa merasa lelah. Ah jatuh cinta memang ajaib. Steve memijat pangkal hidungnya sambil memejamkan mata sebentar. Menetralkan saraf mata yang penat akibat radiasi biru gadget.

Wanna Die (Complete)✓Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora