02. Bertemu Di Minimarket

152 101 107
                                    

"RACHEL!!!" teriak Tias––Mama Rachel dari arah luar kamar ketika Rachel sedang asyik-asyiknya menonton drama Thailand yang mengisahkan tentang seorang gadis aneh dari antah berantah yang selalu berpindah-pindah sekolah dan mengetahui rahasia kelam di setiap sekolahan yang di singgahinya.

Rachel berdecak, sudah hafal betul alasan sang Mama jika memanggilnya dengan suara menggelegar seperti barusan. Palingan kalau tidak di suruh angkat jemuran karena turun hujan, ya pastinya di suruh beli sesuatu. Tapi sore hari ini cuaca sedang cerah, jadi perintah satu-satunya dari sang nyonya rumah sudah tentu adalah membeli barang.

"YA MA, KENAPA?" balas Rachel sama berteriaknya.

"KALAU UDAH DI PANGGIL TUH KELUAR, BUKANNYA MALAH TETEP DI DALAM KAMAR!"

Dengan sedikit sebal Rachel mematikan laptopnya lalu bangkit dari kasur dan keluar kamar secara malas-malasan. "Hm, ada apa Mamaku sayang? Mau nyuruh Rachel beli garem ya?" tebak Rachel sambil menampilkan senyum paksa setelah berada di hadapan Tias yang berkacak pinggang.

"Bukan, beliin Mama margarin sama keju di Indoapril gih," perintah Tias.

"Haduh kenapa harus di Indoapril sih, kan jauh, kenapa nggak di tokonya ceu Unah aja?"

"Ke Indoapril kalau jalan kaki emang jauh, tapi kalo naik sepeda ya nggak. Lagian hari ini toko ceu Unah tutup."

Rachel menghembuskan napasnya. "Yaudah mana uangnya?"

Tias menyerahkan selembar uang lima puluh ribu pada Rachel. Rachel sontak langsung di buat berbinar. "Ini kembaliannya buat Rachel beli jajan ya ma?"

Tias mengangguk. "Tapi jangan di habisin semua ya, masih harus ada sisa kembaliannya lagi nanti." peringatnya.

Rachel bersorak girang. "Yeay, oke, siap kapten!" Rachel membentuk sikap tegap dan hormat.

"Yaudah sana cepetan beli, nggak kelar-kelar ini nanti kerjaan Mama." Tias mengibaskan tangannya.

Rachel mengangguk dan segera keluar dari rumah, mengambil sepedanya di garasi ia langsung megayuhnya pergi. Sebelumnya ngomong-ngomong, Mama Rachel itu membuka usaha katering makanan dan berbagai macam kue yang sudah memiliki cukup banyak pelanggan di rumah. Jadi margarin dan keju yang Mamanya suruh beli itu adalah bahan baku untuk membuat kue pesanan dari salah satu pelanggannya.

•••

Rachel memarkirkan sepedanya di halaman depan Indoapril. Memasuki minimarket tersebut, Rachel mengambil keranjang dan langsung menuju rak bagian bahan-bahan yang di butuhkan oleh Mamanya. Lalu Rachel melanjutkannya ke arah rak bagian snack, disana ia mengambil beberapa macam camilan favoritnya. Setelah mendapatkan bahan yang dibutuhkan Mama dan camilan yang di inginkannya, Rachel membawa langkahnya ke kasir.

"Totalnya tiga puluh delapan ribu, kembaliannya ingin di belikan pulsa kakak?" tawar mbak-mbak kasir itu ramah.

"Enggak, makasih deh mbak, pulsa saya masih banyak, lagian kalau saya nggak bawa pulang uang sisa kembalian, Mama saya bakal ngomel-ngomel. Sumpah, serem mbak dia kalau udah ngomel, Papa saya aja juga bisa sampai ciut kalau denger omelannya." balas Rachel sekalian curhat hingga tak sadar telah membuat mbak-mbak kasir yang melayaninya beserta rekan di sampingnya menahan tawa.

"Oke, jadi kembaliannya dua belas ribu ya kak,"

Rachel mengangguk. Setelah menerima kresek barang belanjaannya, Rachel langsung keluar dari minimarket tersebut. Saat berjalan sambil melihat-lihat struk belanjaannya, tiba-tiba Rachel merasakan pundaknya di tepuk oleh seseorang dari belakang.

Rachel menoleh, sedikit mendongak ia mendapati wajah yang cukup familiar di matanya.

Davian Arramdan.

Rachel melebarkan matanya kaget. Bagaimana bisa dan sejak kapan Davian berada di sini? Kenapa Rachel tadi tidak melihatnya? Ini Rachel tidak sedang mimpi atau halu kan? Apalagi saat cowok itu tiba-tiba mendekatkan wajahnya ke samping kepala Rachel lalu berbisik.

"Belakang celana lo ada merah-merahnya, lo lagi datang bulan ya?"

Semakin di buat terkaget-kaget lah Rachel. Ia pun langsung melongokkan kepalanya ke belakang, dan benar saja, ternyata celananya yang kebetulan berwarna putih itu terdapat sebuah noda merah di bagian bokongnya. Pantas saja sejak tadi Rachel merasa perutnya sedikit nyeri. Sontak Rachel melarikan tangannya ke belakang untuk menutupinya. Rachel malu setengah mampus sumpah, apalagi ini di tempat umum, di tambah Davianlah yang memergokinya. Aduh... mau di taruh mana mukanya? Semoga orang-orang lain yang ada disini tidak melihatnya.

"Nih pakek,"

Tanpa di duga, Davian tiba-tiba mengulurkan sebuah jaket yang tadi memang di pakainya pada Rachel. Rachel menatap jaket itu dan Davian secara bergantian, masih bingung dan mupeng di saat bersamaan. Karena tak kunjung di terimanya, akhirnya Davian pun inisiatif sendiri untuk mengikatkan jaketnya ke pinggang Rachel.

"Lo anak kelas sepuluh di SMA Jaya kan?" tanya Davian setelahnya.

Rachel menghembuskan nafas pelan setelah beberapa saat tadi di tahannya. Setengah ragu ia lalu mengangguk. "Kok bisa tau?" tanyanya dengan nada sedikit gagap.

Davian terkekeh. "Gue sering liat lo berdiri kayak jin penunggu di depan kelas sepuluh IPS satu soalnya."

Rachel mengerjap, ia gelagapan. Jadi selama ini Davian selalu menotice keberadaannya? Ya ampun ... Apakah Rachel harus merasa senang ataukah malah merasa malu karena telah ketahuan?

"Gue juga anak sana, kelas gue di lantai dua, tepatnya di kelas sebelas IPA tiga, di sekolah besok atau kapan-kapan lo bisa balikin. Sekarang itu bisa lo pakai dulu buat nutupin celana lo. Oh ya, lo kesini tadi bawa kendaraan nggak?"

Rachel mengangguk kaku. "Bawa,"

Davian manggut-manggut. "Yaudah, kalau gitu gue duluan ya,"

Setelah mengucapkan kalimat itu, Davian langsung melenggang ke arah motor ninjanya terparkir, mengklakson Rachel sekali, motor yang di bawanya itu lalu melesat pergi. Dan Rachel masih di buat tak percaya di tempatnya berdiri sambil menekuri jaket Davian yang berada di pinggangnya.

YA TUHAN ... MIMPI APA RACHEL SEMALAM HINGGA AKHIRNYA BISA KETIMPA BERKAH NAMUN SEKALIGUS HAL MEMALUKAN SEPERTI INI?!

Senior I'm In LoveWhere stories live. Discover now