Keduanya melintasi ruangan yang dipenuhi orang, beberapa pasang mata menatap kearah Jeffrey yang menggandeng tangan Roseanne sedangkan gadis itu hanya bisa menunduk tidak ingin melihat bagaimana setiap mata memandang kearah mereka dengan berbagai pertanyaan dan makna.
Jeffrey membawa Roseanne kearah pintu samping menuju sayap luar gedung. Roseanne merasa seperti deja vu, ini persis seperti ketika di acara pernikahan kakaknya, bedanya kali ini banyak mata melihat mereka dan tentu saja ini membuat Roseanne luar biasa malu. Rasanya ingin menghilang saat itu juga.
Angin malam menyapa keduanya ketika sampai di sayap luar, Jeffrey berhenti melangkah dipagar pembatas begitu juga dengan Roseanne. Keduanya masih tetap diam, tidak tahu harus memulai pembicaraan seperti apa.
Dalam hati Jeffrey hanya bisa mengumpat, malam - malam sebelumnya ia sudah berjanji untuk meninggalkan sosok manis didepannya ini namun itu rasanya hanya sebuah bualan saja ketika menemukan dirinya terus mengekori Roseanne kemanapun gadis itu pergi dari awal ia bertemu gadis itu sendirian di tengah ruangan beberapa jam yang lalu hingga sekarang.
"Ada apa Jeffrey?" Jeffrey hanya diam saja dan masih menatap Roseanne yang menunggu jawabannya, lalu tetiba saja gadis itu tersenyum kearahnya membuat Jeffrey mengepalkan kedua tangannya menahan gejolak, "Ngomong-ngomong, gimana kabarmu? Tiba-tiba saja kita lost comm-"
"Besok aku balik ke Seattle" ucapan Roseanne terputus tak kala Jeffrey mengucapkan pernyataanya yang membuat dirinya bisa mendengar jantungnya berhenti berdetak. Kedua nitra Roseanne menatap bergantian mata Jeffrey, lalu ia mencoba untuk tersenyum dan menjawab dengan riang
"Berarti masalah di Indo udah kelar ya?"
Jeffrey tidak menjawab. Karena dia belum sepenuhnya selesai disini dan tidak mau selesai disini.
"Okay, have a nice flight, sampai disana istirahat yang cukup kamu udah kerja keras banget disini dan.. jangan lupa minum obat atau coba buat dirimu tenang ketika itu terjadi lagi, Okay?" perkataan Roseanne membuat Jeffrey ingin telfon Dion sekarang juga untuk membatalkan penerbangannya, tapi.. buat apa? Gadis itu bukan untuk dirinya.
Sial.
Jeffrey jadi ingat tentang..
"Kamu balikan sama bajingan itu?" dahi Roseanne berkerut mendengar ucapan kasar Jeffrey yang tiba tiba sekaligus tidak mengerti siapa yang pria itu maksud.
"Kak Jeffrey mulutnya"
"Kak again," ujar Jeffrey sambil mendengus, "kamu balikan sama kambing itu?" Oh, Roseanne mengerti dan ia hanya menghela nafas tidak ingin mengoreksi perkataan Jeffrey
"Juan? Enggak, aku sama dia udah selesai"
"dan kamu masih punya perasaan sama si kecoa itu?"
"Si kecoa-kambing itu punya nama"
"Ya, kamu masih punya rasa sama dia"
"Kak Jeffrey, ngomong apa sih? Aku sama dia udah selesai dan juga apa hubungannya sama Kak Jeff?"
Apa urusanmu Jeff? Tidak ada.
Jeffrey bungkam. Awalnya Roseanne sedikit merasa lega ketika mengetahui Jeffrey ingin tahu tentang hubungannya dengan Juan namun ketika pria itu hanya diam saja mendengar pertanyaanya, membuat Roseanne kembali murung.
"Lebih baik Kak Jeffrey pulang sekarang daripada besok sampai sana jetlag parah" Ujar Roseanne sedikit sebal dan tidak ada respon dari Jeffrey, "Aku mau masuk lagi, kasian Bara sendirian. Sekali lagi terima kasih Kak Jeffrey sudah mau kenal sama aku, semoga kita bisa ketemu lagi di lain waktu. And please take care of yourself okay? Bye Kak" Roseanne tersenyum manis yang dipaksakan. Sedih, sebal, marah bercampur menjadi satu melihat kenyataan bahwa ini akhir dari semua. Roseanne melambai sebentar kearah Jeffrey yang hanya diam dengan tatapan yang tidak dimengerti Roseanne, lalu gadis itu pergi meninggalkan Jeffrey bersama dinginnya angin malam.
---
"Bu Roseanne gak cerita-cerita kalau temannya Jeffrey Oetomo, bisa heboh nih kalau aku cerita ke orang kantor." Oceh Bara selama perjalanan pulang sedangkan Roseanne dengan lesu bersandar pada kursi penumpang disebelah Bara sambil menatap jalanan Ibukota.
Udah selesai ya? Iya, udah.
"Sampai tadi salah satu juri yang namanya siapa itu, Birgit? Brigit? itulah pokoknya nanya ke aku buun, Bu Roseanne siapanya Pak Jeffrey, ya kujawablah temen ya kali kujawab bini, bisa heboh tuh satu gedung" Lagi-lagi Roseanne menghiraukan perkataan Bara, pikirannya sudah penuh dengan kata penyesalan.
Kenapa aku berkata seperti itu? Kenapa Jeffrey hanya diam saja? Kenapa perpisahan mereka berakhir dengan pertengkaran? Kenapa .. Kenapa.. Kenapa ia tidak ikhlas dengan kepergian Jeffrey?
Tanpa sadar mobil Bara telah sampai di lingkungan apartemen miliknya, Roseanne menyuruh Bara menurunkannya diarea taman karena ia ingin menghirup udara malam sembari menjernihkan pikiran. Setelah mengucapkan terima kasih dan berpamitan, Roseanne mulai melangkah kaki di trotoar taman.
Ia menengadah melihat bintang dilangit, namun tidak ada satupun bintang disana. Ia menjadi semakin lesu dan sendu. Rasanya ingin menangis. Seperti tidak ada harapan bagi dia.
Roseanne jadi ingat perkataan Ayahnya bahwa ia harus berbicara dengan Jeffrey untuk meluruskan, tapi yang ia dapat keadaan semakin rumit dan pria itu sudah pergi. Sudah tidak ada harapan lagi dan sepertinya Roseanne harus mengikhlaskan.
Jeffrey hanyalah orang yang lewat di kehidupannya dan tidak seharusnya ia melibatkan perasaan seperti ini karena akan membuat keadaan semakin sulit, untuk melepaskan.
Melepaskan..
Bagaimana ia harus melepaskan orang yang sudah lama menempati hatinya? Bagaimana ia harus melepaskan orang yang hatinya begitu rapuh seperti Jeffrey?
Hari ini banyak sekali pertanyaan yang selalu memenuhi pikiran Roseanne, hatinya semakin terasa berat, namun ia harus melepaskan.
Oh God, Ia juga begitu merindukan pria itu, merindukan tiap waktu mereka bersama. Merindukan bagaimana Jeffrey yang selalu mendengarkan semua ceritanya. Merindukan sisi lain Jeffrey yang selalu membuat Roseanne terkejut. Roseanne tidak ingin Jeffrey pergi.
Roseanne mengangkat kepalanya yang sedari tadi terus menunduk menatap kakinya yang terus melangkah. Ketika ia melihat salah satu tiang lobi apartemen dan mobil hitam familiar yang terparkir disana, ia tersenyum.
Bahkan otaknya sampai membuat imajinasi yang berkaitan dengan pria itu. Roseanne tertawa dalam hati.
Kakinya terus melangkah, hingga sepenuhnya berada didekat lobi ia berhenti. Seseorang keluar dari pintu pengemudi mobil tersebut, mengenakan jas hitam dengan dua kancing teratas terbuka dan raut muka yang berantakan.
Roseanne tidak bisa membedakan apakah itu asli atau hanya imajinasi, namun yang pasti sosok itu mampu membuat dirinya tanpa berfikir panjang berlari kearah pria itu dengan isakan tangis yang selama ini ia tahan setengah mati.
Kedua tangan sosok itu terbuka seakan menunggu diri Roseanne untuk datang kepadanya.
Roseanne menggapai tubuh besar tersebut, memeluknya dengan erat dan berucap disela tangisannya, "Jangan pergi, jangan pergi Jeffrey."
----
terima kasih sudah sempat membaca ;)
jangan lupa vote, comment, and share <3
BẠN ĐANG ĐỌC
pulang • jaerose
Lãng mạn[END - Belum direvisi. Warn!Typos] Permasalahan yang terjadi di perusahaan miliknya menjadi alasan seorang Jeffrey harus kembali ke Indonesia. Namun apakah hanya alasan itu saja yang membuat Jeffrey dengan mudah berpulang setelah meninggalkan tanah...
Twenty-Two
Bắt đầu từ đầu
