23

11.6K 2.2K 210
                                    

"aduh!"

seruan keras jaemin dari arah dapur membuat mark menoleh. iya, dirinya tengah berada di dalam apartemen kembar na tersebut, berniat mengembalikan mainan happy meal milik jeno yang tertinggal di mobilnya.

dengan cepat, ia menaruh mainan tersebut di atas meja. berlari kecil dari ruang tamu menuju kembaran adik tingkatnya itu.

"sini aku bantu," ucapnya, segera membungkuk untuk mengambil botol-botol yang sepertinya terjatuh dari laci atas dapur. dahinya sontak mengerut dalam begitu menyadari sesuatu dari botol di tangannya. "botol ini?"

"terima kasih, kak." jaemin mengambil alih botol di tangannya lalu berdecak sembari menaruh kembali benda tersebut ke dalam laci. "barang milik jeno. aneh sekali bocah itu senang mengoleksi botol plastik biasa saja seperti ini."

mark terdiam. "milik jeno?"

"iya, milik jeno." pertanyaannya dibalas dengan anggukan keras dari sang tetangga. "ingin minum apa, kak?"

kedua netra mark bergulir hingga terjatuh pada sebungkus kokoa bubuk di dalam laci, sebelum berseru ragu, "susu cokelat hangat?"

....

mark menatap kosong cangkir di atas meja tamu yang isinya sudah tandas, sebelum beralih pada tayangan drama di televisi. jaemin memang membuatkannya segelas susu cokelat hangat. namun, ada yang berbeda di sana. rasanya tidak senikmat susu yang biasa ia minum setiap pagi.

ia mengusap jejak cokelat di bibirnya dengan tisu, lalu menatap kembaran adik tingkatnya itu yang duduk di atas sofa sembari menekan asal remote televisi.

"jeno ke mana?" tanyanya, begitu menyadari tidak adanya kehadiran pemuda yang ia cari.

"dia sedang ke minimarket, kak. oh iya, aku belum bertanya alasan kakak datang ke sini."

"aku ingin mengembalikan mainan milik jeno, tertinggal di mobilku."

"ternyata dia habis jalan-jalan dengan kakak ya. malam sekali pulangnya sampai aku pikir jeno sudah punya kekasih tapi, merahasiakannya dariku."

"maaf, lain kali aku akan mengantarnya pulang lebih cepat." mark mengusap tengkuk, canggung. "kalau kau sendiri, sudah punya—"

"tentu saja aku punya!" jawab jaemin cepat. mata pemuda na itu berbinar sekali. "namanya renjun. dia mungil, pintar, dan menggemaskan. saat sudah kerja nanti, aku ingin mengajaknya tinggal bersama seperti pasangan umumnya hehehe."

ia hanya mengangguk mengerti, lalu memberi ucapan selamat ketika kembaran jeno itu bercerita bahwa kemarin adalah hari jadi mereka yang keempat. jaemin sudah memiliki kekasih ternyata. namun, mengapa tidak ada sedih di hatinya?

jaemin mematikan televisi, bangkit dari sofa. "sudah selesai minumnya, kak? aku harus mencucinya sebelum jeno datang. dia selalu mengomel kalau apartemen kami berantakan," celotehnya.

"biar aku saja," balas mark sembari berdiri dari lantai apartemen yang dilapis karpet tebal.

"aku saja. kakak itu tamu."

"aku sa—"

prang!

"astaga, maafkan aku!" seru mark panik.

dengan cepat ia membungkuk untuk membantu jaemin yang mulai memunguti pecahan tersebut satu per satu. meringis kecil karena merasa bersalah.

jaemin mengulum senyum, lalu menggelengkan kepala. "tidak apa-apa, kak. lagipula ini hanya cangkir murah," ucapnya berusaha menenangkan tapi, tetap saja mark merasa tidak enak.

"hati-hati, jaemin."

"iya—auw!"

"aduh, sudah aku bilang kan supaya hati-hati!" ia berseru kencang. tangannya meraih jari telunjuk pemuda na itu yang mulai mengeluarkan darah.

jaemin mendesis pelan. namun, pemuda bersurai merah muda itu tetap tersenyum yang justru membuat mark semakin merasa bersalah. lukanya pasti perih.

"...aku—maaf."

ucapan lirih itu membuat mark dan jaemin pun sontak menoleh. ada jeno di sana, menatap dirinya dan pemuda di hadapannya dengan raut sendu. tubuh langsing itu masih terbalut pakaian yang sama seperti acara jalan-jalan mereka tadi. ada kantung belanja di pelukannya.

mark segera melepas tangan jaemin, membiarkan tetangganya itu membersihkan pecahan cangkir sendirian. berjalan cepat mengejar sang adik tingkat yang baru saja pergi.

"sepatu sialan!" ia mendengus kesal. benda di kakinya yang belum terpasang sempurna justru mempersulit langkahnya.

"jeno, sebentar!" teriak mark, mengabaikan tatapan risih dari tetangganya yang lain. "aku bisa jelaskan!"

namun, usahanya tak membuahkan hasil. begitu ia tiba di hadapan jeno, pintu lift lebih dulu menutup diiringi gelengan kepala dan sorot mata sedih yang sang pemuda lemparkan padanya.

ada sesuatu yang terasa kalut di dalam hati mark. tidak, itu bukan karena jaemin yang ternyata sudah memiliki kekasih atau jaemin yang ternyata akan mengajak kekasihnya tinggal bersama, melainkan karena jeno yang meninggalkannya begitu saja tanpa ingin mendengar penjelasan darinya.

the warmest things i've foundWhere stories live. Discover now