Satu

734 79 8
                                    















"Eh eh, tau gak? Katanya mau ada anak baru, cowok pindahan Jakarta." itu, Shuhua. Cewek terupdate di sekolah, khususnya bagi para pelajar Smandung.

"Ada apa?"

"Eh, Renjun! Ini loh, kata Shuhua bakal ada anak baru pindahan Jakarta."

"Oh," mendengar jawaban dari Renjun, Shuhua dan Minju menggeram rendah. Sudah lelah dengan temannya yang kepalang cuek.

"Kalo kagak pinter, geus ku aing babuk sia."

"Anjim"

...

"Anjip! I-itu ... anak baru? Wah, fix. Gebetan gua waw waw waw!!!!!" Doyeon yang paling heboh. Membuktikan bahwa dia hanya memiliki aura yang cuek, tidak dengan sikap yang sebenarnya.

Sementara Renjun, dia masih bingung. Bisa-bisanya dipertengahan semester, sekolah masih menerima anak baru. Pasti bakal susah bersosialisasi pikir Renjun terus diam sembari menangkup tangan di dada.

Acara perkenalan singkat itu berakhir. berakhir dengan jeno yang mencari bangku kosong, setidaknya ada 2 bangku yang bisa ia duduki. Antara bangku yang bersebelahan dengan Renjun, dan Jaemin.

Jaemin yang dasarnya terlalu memperbanyak teman, sengaja menghasut Jeno untuk duduk dengan dirinya. Walaupun pasti nasibnya sama dengan Hyunjin, yang akhirnya terbuang dan memilih untuk duduk sendiri lagi jika sudah akrab.

"Makasih, ya tawarannya. Gue, sama siapa nih?" Jeno sedikit menyipitkan matanya, "Hu-ang injun, belibet amat nama mana pake bahasa chinese. untung ngerti dikit,"

"Ngerti? buktinya salah, itu Huang Renjun" Chenle yang emang ada keturunan china nya ikut kesal mendengar penuturan pria bernama Jeno saat mengeja nama temannya itu.

"Ya, maap we atuh, kan gak tau." Renjun terkekeh, "Ini Renjun kan? Salam kenal, Jeno. Anak baik-baik dari Jakarta."

Merasa di sapa, dirinya tersenyum tipis. Saking tipis sampai-sampai orang mengira dia hanya biasa saja. "Oh, Renjun." Selesai. Convo killer, siapa? Dia, Huang Renjun.

"Pstttt," itu Haechan yang mencoba untuk memanggil Jeno dengan suara anehnya.

Untung yang dipanggil itu menyadari, memutar arah pandangnya. "?" mengangkat bahu tanda bertanya sambil memperlihatkan wajah kebingungannya.

"Ati-ati, galak macam sapi betina."

...

"Eh Jun!" Renjun spontan menoleh, itu bukan suara teman dekatnya. "Punya hak dan wewenang apa lo panggil gua dengan sebutan 'jun'?"

"Gak ada, tapi kan nama lo Renjun" dengan sengaja, jeno si pemilik gara-gara itu menekan kata jun didalam nama Renjun. "Tapi lo gak pantes sebut nama kayak gitu, emang lo siapa? Temen aje bukan."

"Iye iye, gue panggil cakep aje lah ye"

"Sial-"

"Udah cakep. Jadi gini, literli gue ini kan anak baru. Jadi lo yang harus urus apapun yang sekiranya gua kagak tau. Oke, fix no debat." menganga, dan rasa ingin mencubit dengan keras itulah keinginan Renjun untuk sekarang.

Dear My Dear : NoRenWhere stories live. Discover now