"Kau sudah pulang?" Zeline menyambut kedatangan Loey dengan senyuman lalu memeluk pria tersebut.

"Uh! Kau bau keringat." Keluh Zeline.

"Kata siapa kau langsung memelukku begitu saja?" Loey tertawa. "Lana sedang tidur?"

"Iya, dia masih tidur." Sahut Zeline.

Loey mengangguk lalu duduk di sofa untuk membuka sepatunya.

"Kau tidak bersama Jiyeon eonni?" Tanya Zeline yang datang dari dapur seraya membawa segelas teh hangat.

"Tidak, memang dia kemana?" Tanya Loey.

"Eh? Dia tidak memberitahumu? Tadi dia bilang padaku mau pulang ke rumah dulu mengambil pakaian. Tapi ini sudah lama sih sejak dia pergi." Kata Zeline.

"Dia tidak memberitahuku kalau dia pulang ke rumah." Ujar Loey.

"Kenapa ya?" Gumam Zeline.

"Aku benar-benar tidak mengerti dengannya belakangan ini. Dia jadi tidak pernah mau terbuka padaku, kau juga merasakan dia menyembunyikan sesuatu dari kita bukan?" Tanya Loey.

Zeline mengangguk setuju. Dia lalu berucap, "tapi bagaimana jika yang dia lakukan ini ada hubungannya dengan kita?"

"Maksud mu?"

"Kau pernah bercerita soal kecelakaan yang pernah menimpa kita, dan entah kenapa aku merasa Jiyeon eonni berusaha mengumpulkan data-data tentang kecelakaan tersebut." Ungkap Zeline. "Aku mulai berpikir seperti ini sejak eonni selalu mendapat telepon."

"Tapi itu artinya Jiyeon berencana melaporkan ibunya." Ujar Loey.

Zeline mengangkat kedua bahunya, "Tapi kalaupun begitu, kenapa dia tidak melakukannya dari dulu?"

"Orang tuanya sangat mengontrol Jiyeon sedari kecil. Tapi setelah kami menikah aku rasa dia mulai berani melawan orang tuanya." Tukas Loey, dia kemudian meminum tehnya.

"Dan puncaknya adalah sekarang?" Tanya Zeline.

"Mungkin saja." Jawab Loey. "Mau aku ceritakan sesuatu?"

"Tentang apa?"

"Saat pernikahan kami baru berjalan empat bulan, ayah Jiyeon meninggal karena gagal jantung. Tapi ketika tau soal itu dan pemakaman dilakukan, Jiyeon sama sekali tidak menangis. Bahkan beberapa hari setelahnya dia tidak terlihat mengalami duka sedikitpun." Jelas Loey.

"Benarkah?" Tanya Zeline.

Loey mengangguk, "saat aku bilang jika dia bisa melalui semua ini, dia menjawab kalau dia merasa lebih baik."

"Jadi maksudnya, saat ayahnya masih ada dia tidak baik-baik saja?" Tanya Zeline.

"Aku juga berpikir seperti itu." Loey tersenyum, dia selalu merasa senang saat bertukar pikiran dengan Zeline seperti ini.

"Lalu apa yang harus kita lakukan sekarang?" Tanya Zeline.

"Melihat bagaimana dia terus menyembunyikan apa yang dia lakukan dari kau dan aku, aku rasa Jiyeon tidak ingin kita terlibat." Jelas Loey.

"Tapi kenapa? Setidaknya dia bisa meminta keterangan pada kita, kau dan aku adalah korban disini Loey." Balas Zeline.

"Soal itu aku juga tidak tau Zeline, lagipula kita tidak tau dia sudah sejauh apa dalam hal ini." Loey menggeleng.

"Loey, tapi yang aku katakan tadi hanya pikiran ku saja. Kenapa kita membahasnya sampai seserius ini?" Tanya Zeline.

"Tidak apa-apa, karena aku sendiri setuju dengan yang kau katakan."

Learn [Complete]Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin