di hari kelulusan

229 81 2
                                    

30 april 2019




"JA!! PAKEIN GUE DASI!!"


"BENTAR, ANJIR!!"


"JAA BURUAN GUE MAU JEMPUT PACAR!!" saya mendelik saat satrio kembali protes dengan asal bicara. mana ada satrio punya pacar, ngaco.

"tai lo! tolong ya bangun dulu, ini bukan dunia mimpi lagi, blegug!"

"DIH GAK PERCAYAAN! gue beneran punya pacar!! NOHKAN NOHKAN NELPONN!!" saya terkekeh geli saat nama yang tertera si layar ponsel satrio adalah "penguasa rumah".

"ya, ma?? hah? oh iya, sama raja. bentar ini masih di rumah raja. lah??? emang gak bisa banget?" raut wajah satrio berubah sendu, lalu dia hanya bergumam untuk mengakhiri panggilan dengan mamanya.

"kenapa?"

satrio terkekeh. "biasa... mama gue sok sibuk banget, banyak bisnis katanya jadi gak bisa datang ke acara pelepasan anaknya dari sma ini." lalu dia menatap saya dan tersenyum, "tenang, ja! hari ini bukan cuma lo yang gak akan didampingin ortu, gue temenin."

saya tersenyum untuk menguatkan satrio, padahal dalam hati tersenyum miris. orang tua saya masih lengkap, bunda dan ayah masih ada di dunia dan bahkan sedang ada di rumah ini sekarang, tapi untuk datang ke acara kelulusan anaknya saja mereka tidak bisa.










sepanjang jalan menuju gedung untuk acara kelulusan, saya dibuat tertawa karena satrio yang menyetir mobil dengan raut tegang, terlebih sosok aca yang ada di layar.


iya. saya melakukan panggilan video pada aca, sengaja. agar riasannya rusak karena menertawakan satrio, akibatnya gak akan terlalu banyak orang yang memperhatikan betapa sangat cantik aca hari ini.


di awal saya dan satrio sempat terbengong saat wajah aca dengan riasan itu muncul di layar. kami seperti tidak melihat aca. mungkin ini efek dari kami yang keseringan lihat aca yang sederhana tanpa make up, bahkan terkadang wajah bangun tidurnya saat di kelas.



"anjing, sampe juga!" satrio menghempaskan dirinya pada sandaran jok mobil membuat saya semakin terbahak karena melihat bulir-bulir keringat memenuhi pelipisnya.

"acara belum mulai keringet lo udah ngocor!" saya meledeknya dan dia mendelik kesal.

kami bersiap-siap keluar dari mobil. satrio asyik dengan kaca dashboard, sementara saya dengan kotak berwarna merah muda di tangan saya.

coba tebak, yang saya bawa apa dan untuk siapa?




senyum saya semakin melebar saat melihat sosok aca berjalan kesusahan dengan sepatu tingginya menghampiri mobil kami bersama melha dan hendri di sampingnya.


"yuk, turun, io. woy! ngaca mulu, anjir. udah-udah lo udah cakep, lagian gak akan ada yang minta foto sama lo, gak usah kebanyakan ngaca."

"yeeee sirik amat lo! ketauan nih yang ngajak foto dan muji lo hari ini cakep pasti aca doang! ngaku!!"

saya tidak memperdulikan satrio, dengan gesit keluar dari mobil dan tersenyum cerah pada aca. saya berjalan mendekat dengan kedua tangan saya taruh di belakang punggung, menyembunyikan kotak merah muda yang saya bawa.



"ca! —"




yang terakhir saya ingat adalah wajah panik aca dan air matanya yang turun dengan deras.










"sumpah gue takut lo mati! padahal lo belum dinyatakan lulus secara resmi, njir. untung lo bangun!" aca masih terisak dan mengelus pelan pelipis saya yang diperban.

saya tersenyum, mau tertawa tapi tidak ada tenaga. "khawatir mah khawatir aja kali."

aca hanya mendengus sebentar, namun kembali menatap saya teduh. "ja, sakit banget ya?"

"apanya?"

"tangan sama kepala lo... tadi ngeluarin darah banyak banget."

"kotak merah muda gue mana?"

"heh, nyet! lo tuh baru ketabrak motor dan kepala lo kebentur trotoar lo masih bisa mikirin harta benda di saat nyawa lo gue pikir melayang?!!"

saya tersenyum jahil, "iya, iya. gak usah khawatir banget dong, ca. nanti gue naksir gimana? mau tanggung jawab?!"

"ja, gak lucu sumpah—hngg gue tadi takut banget... gue takut lo pergi."

"ca, hey, it's okay. gue gak papa, ini gak terlalu sakit. gue cuma—pusing dikit."

saya menarik aca dengan paksa dan susah payah  merengkuh tubuhnya dan menepuk pelan bahunya. "gue gak papa... jangan nangis, ini hari kelulusan."

aca yang masih terisak terkekeh pelan, "mangkanya! lo goblok banget malah ngerusak mood gue. cepet sembuh ya, ja. biar gue gak sendiri lagi, kan lo bilang lo bakal selalu ada di samping gue, gak akan kemana-mana."


saya tersenyum lebar, dalam hati mengucapkan beribu maaf pada aca dan dia. karena ca, mungkin, mungkin saja saya gak bisa menepati janji saya.














***

look at how small mark lee between jungwoo and jisung 😭

look at how small mark lee between jungwoo and jisung 😭

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
prosa pria baju baja ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang