Beautiful stranger

212 21 11
                                    

PERHATIAN: Fic ini bukan BL, jadi Kampret ucapkan selamat datang bagi para homophobic :)

Kalau ada yang merasa penggunaan katanya ambigu, anggap aja bang Dégel lagi rada stres *auto freezing coffin dance

Saint Seiya disclaimer by Masami Kurumada

Saint Seiya Lost Canvas disclaimer by Shiori Teshirogi

Enjoy :D

Kutatap lamat-lamat pintu di depan meja baca

Йой! Нажаль, це зображення не відповідає нашим правилам. Щоб продовжити публікацію, будь ласка, видаліть його або завантажте інше.

Kutatap lamat-lamat pintu di depan meja baca. Mataku panas, entah karena kacamata ini semakin berkabut atau atmosfer yang tidak nyaman. Tidak. Aku tidak ingin berkedip, lebih tepatnya aku takut-pada para dayang yang membuatku nyaris hilang akal hanya dengan mendengar sopran mereka.

Sudah berapa lama aku seperti ini? Aku sendiri juga tak tahu. Tapi tidak peduli, aku tetap tak ingin berkedip!

Pintu di depan tiba-tiba roboh, merutuhkan pertahanan batinku lantaran kaget, lantas terdengar langkah berat tergesa-gesa yang kutahu itu milik siapa.

Netra kami bertemu, terdiam sesaat dalam imaji masing-masing. Sekilas aku melirik ke bawah pada bibirnya yang melengkung ke atas. Sepintas ada rasa bersalah karena telah merusak kurva indah itu secara tidak langsung.

"Kenapa kau bisa kemari?" tanpa basa-basi aku langsung menuju inti, memberi pertanda bahwa aku sungguh tak ingin diganggu. Gelengan pelan dan tatapan jijik yang kudapat alih-alih ekspresi sakit hati tersirat.

"Meh! Lagipula apa yang bisa menghentikanku? Wahana seluncuran es sepanjang koridor?"

Elakan demi elakan. Aku memijat kepala yang mulai cenat-cenut. "Langsung saja katakan apa maumu, Kardia."

Lagi. Kardia mengulang hal serupa untuk meledekku. Sebuah firasat tak enak muncul bagai angin lewat, namun kutepis jauh-jauh tatkala Kardia memperkecil jarak. Tubuhnya condong seraya mengangkat kuku tepat di depan kuarsa ungu hidup. "Oh lihatlah kantung mata itu! Rupamu bahkan tidak jauh beda dengan Specter tengik kelas teri yang aku sikat beberapa waktu lalu. Menyedihkan."

Angin senja berembus lembut lewat jendela di belakangku; membelai helaian safir kusutnya secara tidak sopan. Alhasil menampilkan leher jenjang eksotis yang tak terbungkus syal. Kupandang bibir yang terus mengoceh ria itu. Kesemua yang kau miliki tak luput dari saksianku. Oh Hestia, kejahatan apa yang telah kuperbuat padamu di kehidupan sebelumnya hingga diriku kau jatuhi hukuman manis yang meracuni pikiran ini?*

Mulai dari Donatello dengan jerih payah epiknya yang humanoid. Leonardo, Michaelangelo, Raphael, dan sekian banyak maestro Renaissans; Kardia tak ubahnya mahakarya hidup mereka yang keberadaannya wajib lestari hingga masa mendatang. Lantas memoriku merekam kejadian sebelum perang batin ini.

Katakan saja Sanctuary kehilangan hampir separuh dari kekuatannya. Bagaimana tidak? Enam kuil sudah tak berpemilik, dan aku berspekulasi Kardia akan menjadi yang berikutnya. Aku tidak kan sanggup mendengar kabar sepulangnya dari misi Bluegard bahwa cahaya keemasan menyinari Kuil Scorpio, meninggalkan tubuh tuannya yang kaku dan mendingin.

Dreadout (Dégel part)Where stories live. Discover now