Bagian: 1

261 22 17
                                    

Karya ini bukan milik saya.
Saya hanya meminjam sikembar 6 dari Akatsuka Fujio-sensei saja
(•ω•)

Matahari menyengat menembus kulit. Udara kering menerpa dedaunan kecoklatan jatuh ke tanah. Tanah retak-retak, air di persawahan mengering. Musim kemarau beberapa tahun belakangan inilah penyebabnya. Desa yang hanya berisi segelintir orang dewasa itu tengah mengalami krisis serius.

Seseorang tengah berlari di bawah sengatan mentari yang melepuhkan kulit. Ia berteriak putus asa.

"Tolong! Tolong anakku! Pak kepala desa! Kumohon! " Seorang wanita paruh baya menghampiri salah satu rumah yang paling besar dari rumah lainnya di sekitar sana.

"Ada apa ini? " Tanya seorang pria paruh baya yang langsung membantu wanita malang yang hendak terjatuh saat berlari itu. "Apa yang terjadi dengan anakmu? "

"Anakku... Dia sangat butuh air... Ia terus mengangis, sedangkan aku sudah tidak bisa mengeluarkan air susu karena aku sudah beberapa hari ini tidak makan... Kumohon tolong kami... Kepala desa... " Katanya lemah. Ia memegangi perutnya yang teramat kurus. Pipinya tirus dan pecah-pecah karena paparan matahari dan kurang minum air.

"Pak kepala desa! Ladang saya terancam gagal panen lagi! Saya kekurangan air, bahkan untuk diri sendiri apalagi keluarga saya!" Seorang pria kurus kering mendatangi rumah sang kepala desa tadi. Ia juga meminta pertolongan kepada beliau.

"Aku... Harus melakukan sesuatu! Sementara ini, kalian ambillah air dari rumahku. Setidaknya cukup untuk keluarga kalian... Soal ladang... Aku akan meminta ke pemerintahan." Katanya tegas. Kedua orang berwajah muram itu perlahan tersenyum lebar.

"Terimakasih! Terimakasih! "

Sang kepala desa langsung masuk ke dalam rumahnya diikuti kedua orang tadi. Di dalam sana, seorang wanita berpakaian sederhana dengan perut buncit mendekati sang kepala desa.

"Ada apa ini, suamiku? Kau menolong seseorang lagi... Lalu bagaimana dengan kita sendiri? Huh, sejak dulu kau selalu seperti itu... Carilah jalan keluar! Aku tidak mau kandunganku keguguran karena situasi sulit seperti sekarang! " Kata wanita itu yang ternyata adala istri dari sang kepala desa.

"Aku mengerti... Beberapa hari ini aku akan pergi ke kota. Jaga dirimu di sini. Kau mengerti? " Kata kepala desa itu.

"Aku mengerti... Jangan pergi terlalu lama. Jangan membuat masalah, kaulah satu-satunya jalan keluar dari masalah ini! " Kata sang istri memperingatkan. Kepala desa itu mengangguk.

***

Setetes cairan berwarna kecoklatan menetes untuk terakhir kalinya ke cangkir cantik bermotif bunga itu.
Minuman itu siap untuk diminum.

"Jadi... Kau minta pinjaman dan bantuan untuk desamu? Kenapa minta kepadaku? Bukannya pemerintah yang seharusnya membantumu? " Kata seorang pria bermuka tegas kepada sang kepala desa.

"Aku tahu... Tapi entah kenapa mereka tidak memberi respon sama sekali... Mungkin karena kemarau di desaku yang buruk membuat gagal panen dimana-mana, dan itu membuat desaku tidak terlirik oleh pemerintah. Yang bisa kulakukan adalah meminta pinjaman kepadamu, teman lamaku... " Katanya putus asa.

"Aku hanya seorang pendeta tua... Kekayaan adalah hal yang tiada untungnya bagiku... " Pendeta itu berpikir sesaat. "... Bagaimana kalau kau berikan anakmu untuk membawaku melayani dewa Choromatsu? " Katanya tiba-tiba.

"Apa? Maksudmu... Ia akan menjadi pendeta atau biarawati? " Tanya sang kepala desa memastikan.

"Bukan pendeta, tapi biarawati. Anak jaman sekarang mulai membalikkan wajahnya dari dewa-nya. Terutama anak perempuan... Haaah, kudengar istrimu tengah mengandung. Jadi kupikir hal ini bisa dianggap impas?!" Pendeta itu tersenyum. Kepala desa ikut tersenyum.

Osomatsu-san Fanfic: Religion AU [End]Where stories live. Discover now