|3| Sampah

26 1 5
                                    

Pagi-pagi Vano sudah stay di depan rumah Rara dengan earphonenya yang memutar lagu favoritenya. Mata vano sedang menelusuri rumah ini dari luar. Megah, satu kata yang Vano ucapkan. Tetapi rumah megah dan harta berlimpah tidak menjamin seorang makhluk hidup dalam rumah ini merasakan kebahagian.

Ponsel Vano berdering, menandakan ada pesan masuk. Vano langsung mengeceknya, ternyata pesan dari Rara.

Rara🦏

Lo udah di depan?

Iya, cepet turun.

Okey, bentar.

Vano kembali memasukan ponselnya ke dalam saku celana. Bibirnya mulai mengikuti irama musik, bersenandung ria. Tidak lama munculah sosok cewek dari gerbang rumah itu, siapa lagi kalau bukan Rara. Rara menghampiri Vano dengan senyum yang tidak ada hentinya.

Vano mengerutkan dahinya, "Kenapa senyum-senyum gitu?" tanya Vano sedikit aneh.

Rara mengambil helm dan memakainya, "Ya emang gak boleh gue senyum gini?" Rara malah balik bertanya.

"Loh, malah balik tanya lagi."

"Gapapa, gue lagi seneng aja hari ini." kata Rara.

"Oh gamau bagi-bagi cerita sama gue nih?"

"Nanti, sekarang kita berangkat, nanti telat lagi." jawab Rara yang langsung naik ke atas motor Vano.

Vano menyalakan mesin motornya, menarik tangan Rara agar berpegangan. Lalu Vano menggunakan helmnya dan melajukan motornya.

Suasana kota Bandung di pagi hari, sangat sejuk. Banyak sekali orang berlalu lalang tiap harinya, entah itu pekerja atau pelajar. Vano diam-diam masih melirik Rara lewat kaca spion, Rara masih terlihat senyum-senyum. Segitu bahagianya? sampe senyum-senyum mulu ucap vano dalam hati.

Tiba-tiba terdapat ide jahil di pikiran Vano. Vano melajukan motornya sangat kencang, Rara reflek memeluk Vano sangat erat, senyum Rara seketika hilang dan di gantikan dengan rasa jengkel.

Rara memukul helm Vano kencang, "Lo kalo mau mati jangan ngajak-ngajak, gue masih mau hidup." ujar Rara dengan notasi bicaranya yang tinggi.

"Ya gapapa dong, kan kita bisa sehidup semati." jawab Vano sambil tertawa renyah.

Satu tangan Rara yang mencubit perut Vano, tidak kencang namun menyakitkan.

Vano kaget dan mengerem mendadak, "Anjir lo Ra, sakit tau!" kesal Vano yang langsung meminggirkan motornya.

"Suruh siapa lo rese?!" sahut Rara tidak mau kalah."

Muka Vano tiba-tiba murung, dia kembali menjalankan motornya. Rara melihat dari kaca spion, muka Vano sangat tidak enak di lihat.

"Cakep lo, muka begitu." ujar Rara sambil terus memperhatikan wajah Vano.

Vano melirik ke kaca spion, "Emang gue cakep, mau apa lo?!" jawab Vano sinis.

Rara berfikir, "Gue mau eskrim, baso, mie ayam, seblak juga boleh, itu dulu deh." kata Rara.

Vano melirik sinis di kaca spion, "Bukan itu maksud gue, minta banget di turunin di sini."

"Gue salah terus, bukannya tadi lo tanya mau gue apa. Giliran di kasih tau malah di omel."

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jan 17, 2022 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

INSECUREWhere stories live. Discover now