"Jangan sampai dia seperti ku, tertipu oleh wajah malaikat Ethan. Dia sungguh pandai bersandiwara." Alex menimpali.

"Ethan bukan aktor dia juga bukan penipu. Dia orang yang butuh perhatian, dia hanya tersesat dan orang lain tidak mengerti itu. Tentu karena tidak ada yang sangat mengenalnya dekat kecuali aku." Clara angkat bicara.

"Aku akan katakan sebenarnya pada Mom." Belum dua langkah Nancy menahan tangan Alex.

"Sebaiknya jangan, aku tak sanggup melihat wajah cerianya. Dia jarang tertawa sejak ditinggal Daddy lagi pula di memiliki riwayat sakit jantung."

"Hei Clara kemarilah. Jangan cemburu dia memeluk Grandma mu ini." Panggil Cintya. Clara berlari menghampiri dan memeluk mereka berdua.

"Kau mau kemana nanti?" Tanya Cintya karena dia sangat tahu betul Clara akan ke pantai, mall, dan menjajal semua tempat jika liburan.

"Daddy hanya mengurusi pekerjaannya dua hari disini dan dua hari itu akan selalu dirumah bersama mu."

Cintya mengelus rambut Clara sayang.

Dan selama dua hari itu Clara dan Ethan benar-benar menghabiskan waktunya bersama Cintya.


*


Saat perjalanan pulang mereka terpaksa satu mobil.

"Ini bagus, kau harus lebih sering-sering bersama orang tua ku nanti mereka akan terbiasa dengan kehadiran mu." Bisik Clara.

Hp Ethan tiba-tiba berbunyi. Nomor tak dikenal menelpon.

"Apa?" Hanya satu kata itu yang Ethan ucapkan setelah mendengar penjelasan dari lawan bicaranya.

Pip

Ethan memutuskan sambungannya.
"Pak belok kiri." Ethan mengintrupsi supir membuat Clara dan orang tuanya bingung.

"Belok kanan lalu lurus." Si supir hanya menurut.

"Kau kenapa huh? Ini bukan jalan pulang ke rumah." Geram Alex.

"Ke kiri lalu ke putar balik dipersimpangan." Ethan tak mendengarkan. Akhirnya mobil berhenti di sebuah rumah sakit. Ethan berlari cepat, Clara cemas dan menerka-nerka apa tujuan Ethan kemari.

Disana, diranjang itu seorang pria dewasa sekitar empat puluhan duduk bersandar setelah bertahun-tahun berbaring koma. Keduanya saling menatap.

"Ku dengar kau mencari ku?"

"Kemarilah nak."

"Aku bukan anak mu"

"Aku ayah mu."

"Tidak., bukan."

"Aku ayah kandung mu."

Ethan mengernyit.

"Kau benar-benar anak kandung ku. Kemarilah akan ku ceritakan."

Grey baru saja sadar, karena ini antara ayah dan anak jadi Clara dan orang tuanya hanya berdiri di ambang pintu.

"Tentu kau anak ku bersama istri ku yang ketahuan selingkuh. Karena perjodohan jadi dia masih tidak mncintai ku. Daddy berusaha mempertahankan mu dengan memberinya uang, perhiasan, apa pun yang dia mau. Namun setelah kau berusia beberapa tahun dia berniat kabur bersama selingkuhannya. Aku mencari mu ternyata dia meninggalkan mu di jembatan, lalu kabur berdua tanpa membawa mu. Daddy marah mendapati apa yang daddy usahakan sia-sia. Daddy membawa mu pulang dan setiap melihat wajah mu daddy selalu teringat perbuatan ibu mu. Itulah mengapa daddy mengacuhkan mu selama dua hari setelah kepulangan mu. Daddy belum siap."

Dan setelah itu Grey kecelakaan, meninggalkan asumsi-asumsi yang salah di otak kecil Ethan.

Selama ini Ethan hanya beranggapan sesuai opininya saja. Satu yang dia ingat, ayahnya mengacuhkannya membuatnya berfikir bahwa Grey tak perduli pada dirinya. Ia tumbuh dengan penuh kekurangan perhatian dan beban dipikirannya sendiri terlebih melihat teman sebayanya memiliki keluarga harmonis namun dia sendirian. Saat mulai memasuki sekolah dasar dia bertanya pada baby sitternya yang baru bekerja.
"Tuan Grey memungut mu jadi jangan sedih karena dia tidak memperdulikan mu. Ayo kembali bermain." Sekilas ingatan masa lalu membuat Ethan tersadar betapa bodoh dirinya mempercayai omongan baby sitter yang tidak tahu apa-apa karena dia bekerja dihari pertama Grey kecelakaan. Siapa sangka ucapannya mempengaruhi pikiran Ethan membuatnya berfikir bahwa dia bukan anak Grey. Bodohnya dia hidup dalam pemikiran picik seperti selama ini. Kata-kata itu tertanam lekat, dia marah dan benci hingga keterpurukan itu ia tanggaung sendiri sejak hari itu. Semakin remaja ia semakin nakal apalagi ketika dia bertemu dengan Leo.

Flashback

Seorang anak tengah dicegat digang gelap. Preman memalaknya.

"Aku tidak suka disentuh orang lain, bodoh." Tanpa ekspresi Ethan berani mengumpat.

Salah satu preman mengambil pisau namun Ethan tak menunjukkan tanda-tanda takut membuat para preman geram. Ethan ditampar barulah matanya berubah pekat. Dia marah.

Dengan cekatan Ethan mengambil alih pisau menusuk kedua orang preman itu. Tusukan anak kecil mungkin tak berarti tapi Ethan menusuknya berulang kali membuat preman-preman itu kepayahan. Dia gila, setelah puas ia menggenggam erat pisaunya dan pergi berlalu. Tak ada rasa takut, gugup, atau rasa bersalah sedangkan ini kali pertama dia menyakiti seseorang. Wajahnya tetap datar dengan darah segar ditangannya.

Prok prok prok.

Kini siapa lagi, pria yang menurut Ethan juga preman berdiri dihadapannya sambil bertepuk tangan.

Ethan semakin mengeratkan genggaman pisaunya, mungkin dia akan menusuk kembali.

"Aku hanya lewat dan tak ada niatan menolong mu..namun melihat aksi bocah sekolah ini melawan tanpa perasaan dan cara mu berlalu tanpa menoleh ke belakang membuat ku tertarik."

Itulah asal mula pertemuannya dengan Leo.

Flashback End

Wanna Die (Complete)✓Where stories live. Discover now