Bab 31 [Rindu yang Terobati]

Start from the beginning
                                    

  Bismillah ya Allah, ucapku ketika kepalaku terguyur air hangat pada shower di kamar mandiku.

  Sepertinya aku perlu jalan-jalan ke kampung Banyu Biru, batinku sambil mencoba tersenyum, walau untuk tersenyum saja aku seperti kesusahan.

***

  Cahaya mentari pada pukul 08:00 pagi ini meredup, awan-awan di langit mengapas kelam, seakan menjanjikan hujan padahal masih di musim kemarau.

  Kekelaman langit, tidak berbeda dengan perasaanku pagi ini, tapi aku berusaha tersenyum melajukan mobil pinjaman Reno ini menuju Kampung Banyu Biru. Memikirkan Reno sama halnya mengulik kesedihan dan nasib malang yang dialaminya. Bahkan dua hari lalu saat aku mampir ke Bengkel Anugerah yang tutup, aku masih bisa mengintip mobil biruku berada di dalam, kuabaikan itu sebab aku tak tahu harus bilang ke siapa, gimana kalau aku cepat-cepat mengklaim mobil tersebut dan aku malah disangkut-pautkan dengan masalah Reno?

  Ah, Reno, kenapa sih Ren aku jadi kangen. Dimanapun kamu berada, aku percaya kamu masih hidup dan kamu sedang berusaha datang kepadaku, kamu pria hebat.

  Mungkin harapanku terasa seperti orang gila karena jelas-jelas, berita yang beredar saat ini, Reno sudah dieksekusi mati di Nusa Kambangan. Biarlah aku seperti orang gila, yang penting aku yakin Reno masih hidup di luar sana, mungkin dia sedang bermasalah untuk pulang. Apa aku perlu mencarinya? Tidak, tidak ada satupun petunjuk.

  Mendatangi kampung Banyu Biru pagi ini, aku hanya ingin mengenang saat-saat bersama dirinya di kampung tersebut, soalnya di kampung tersebut aku merasa pikiranku lebih terbuka dan menenang ketimbang terkungkung di kampung Kupang Rejo yang tiap hari membicarakan kesedihan karena hilangnya Reno.

  Memarkirkan mobilku di bawah jembatan layang dimana kampung Banyu Biru berada, aku disambut ibu-ibu rumah tangga yang sedang sibuk dengan bermacam-macam aktivitas mereka. Ada yang belanja sayur, menganyam besek, menjemur ikan keriny, menjemur pakaian dan lain sebagainya.

  Aku mengangguk sopan ke arah mereka. Tujuanku adalah ke rumah tingkat yang dihuni simbah pemilik piano.

  "Eh, Mbak Liora! Kok sendirian, Mbak? Lha Mas Reno mana?"

  Kudengar suara ibu-ibu yang tengah menjemur pakaian terlantun ke arahku, membuat dahiku mengernyit.

  Lho, apa mereka nggak tahu? batinku heran. "Mas Reno lagi kerja, Bu!" balasku dengan seruan, kudustai ucapanku karena aku masih heran. Kok mereka seperti biasa-biasa saja? Bukankah orang-orang di kampung ini sangat dekat dengan Reno? Apa jangan-jangan Reno bersembunyi di kampung ini dan berita yang beredar itu hanya hoax di kampung Kupang Rejo saja dan dibuat oleh oknum-oknum tak bertanggung jawab?

  Pertanyaan-pertanyaan itu akhirnya mengantarkanku hingga sampai di rumah simbah pemilik piano. Aku tersenyum dan mengangguk sopan menemukan beliau menyambutku dengan wajah semringah, beliau tampak tengah menganyam tali bambu untuk ikat kerbau.

  "Nak Liora! Ayo ayo sini masuk!" ucap beliau ramah dan terlihat gati-gati (antusias)

  "Makasih, Mbah," jawabku ramah lantas mengikuti langkah beliau memasuki ruang tamu di lantai dua, ruangan yang ada pianonya. Memasuki ruangan ini, aku jadi ingat saat-saat Reno memainkan untukku nada-nada indah beserta lagunya. Aku juga ingat saat kami tidur di tempat ini semalaman.

  "Lho, Renonya mana, Nak Liora?" tanya simbah. "Sebentar simbah buatkan minuman dulu."

  "Maaf Mbah, tidak usah repot-repot, saya kemari mau cerita ke simbah soal Mas Reno," ucapku dengan nada sendu sambil memegang tangan Simbah yang siap berlalu.

  Simbah tampak kaget, namun akhirnya mengangguk dan segera duduk di hadapanku. "Ada apa, Nduk? Kok raut wajahmu terlihat muram begitu?" tanya Simbah yang berhasil membaca raut wajahku.

  "Mas Reno, Mbah… Mas Reno…" ucapku terbata-bata. Aku terisak-isak parah, mengingat senyuman Reno dan dekapan hangatnya.

  Ren, aku kangennn!

  BERSAMBUNG….

  💞💞💞

  EAAA! MASIH BERSAMBUNG, CIHUYYY! Thanks for reading, Guys! Jangan lupa vote dan comment!

 

A Bad Boy Called Reno ✓ (Selesai - Lengkap - Terbit)Where stories live. Discover now