O1 / the visit

579 121 26
                                    


menurut beberapa artikel yang tertulis di situs pencarian naver, dreamcatcher pertama kali muncul atau diciptakan oleh suku indian amerika bernama suku ojibwa. zaman dulu dreamcatcher itu dibuat sebagai jimat yang akan menjaga kita dari mimpi buruk.

ah, mana mungkin haruto percaya. jika ingin bermimpi indah, maka yang dia lakukan ialah berdoa sebelum tidur. dia tidak butuh yang namanya dreamcatcher atau yang berarti penangkap mimpi itu.

karena semakin berkembangnya zaman, dreamcatcher pun semakin terkenal dan kini berubah fungsi menjadi aksesoris, bukan lagi sebuah jimat penangkap mimpi. itu hanya kepercayaan orang orang dulu.

benda persegi panjangnya dilempar asal ke atas kasur. secercah cahaya mulai berebutan masuk melalui celah gorden. tangannya terulur untuk menyibak gorden bernuansa abu abu itu, membiarkan cahaya mentari menerangi kamarnya secara alami.

sepertinya haruto terlalu lelah setelah pindahan kemarin. tulang punggungnya mengeluarkan bunyi seperti patahan usai mengarahkan tubuhnya ke kanan dan kiri, melakukan sedikit peregangan sebelum akhirnya melangkah ke kamar mandi untuk mencuci muka.

tidak ada kegiatan hari ini. maka dari itu haruto berniat tidak akan mandi pagi, karena suhu airnya yang sangat kontras dengan suhu tubuhnya. papanya belum menyediakan water heather di kamar mandinya.

dengan kondisi rambut yang acak acakan dan kacamata rabun yang bertengger di hidung mancungnya, dia meraih ponselnya dan bergegas menuju dapur. perutnya sudah berbunyi minta diisi bahkan sejak jam tiga dini hari.

"pagi, sayang."

"hm, pagi."

haruto mengambil kursi sebelah adiknya dan menerima segelas susu hangat dari sang mama. haruto dengan cepat meneguknya sampai tak bersisa, lalu meninggalkan jejak kumis putih di bawah hidungnya.

"kakak udah gede tapi minum susu aja masih cemong."

"biarin aja, wle." pemuda itu menanggapi celotehan adiknya dengan menjulurkan lidah sambil menggigit roti bakar selai srikaya ke mulutnya.

"gimana sama kamar barunya? nyaman gak?" tanya mama, kedua tangannya sibuk membolak balik roti di atas pan.

"hm, lumayan. masih banyak barang yang belom diberesin jadi masih berantakan." jawab haruto.

mama mengangguk. "oke, baguslah. habis nganterin adik nanti, kamarnya cepet cepet diberesin ya, soalnya mereka suka di tempat yang berantakan. nanti kamu gak nyaman lagi tidurnya."

namun ucapan mamanya menimbulkan pertanyaan di benaknya. "hah? nganterin kemana?"

"hari ini kamu sama adik keliling komplek buat ngasih kue kering ke tetangga. sekalian kenalan lah, siapa tahu ada yang seumuran sama kamu jadi ada temen main."

"mama?"

"mama harus nyusul papa kamu yang udah berangkat tadi subuh. kamu jagain rumah ya, jangan sampe adikmu ini telat makan. jangan kebanyakan maen hape nanti minusnya nambah."

"iya, ma."

setelah selesai sarapan, haruto kembali ke kamar dan segera menyusul adiknya yang sudah menunggu di depan rumah dengan bermodal hoodie hitam dan celana training saja. tentu saja haruto malas mandi, bahkan dia memakai pakaian yang kemarin.

gadis itu melirik kakaknya dengan malas. tangan kanannya bergerak untuk membuka gerbang rumah sementara tangan satunya lagi menenteng totebag berisi toples toples kue.

haruto? ah, pemuda itu bahkan tak peduli dan terus menatap layar ponsel berlogo buah apel dengan jarak yang cukup dekat dengan wajahnya.

"argh, sakit anjir! gak usah nyubit juga kali!" pekik haruto sambil mengelus perutnya yang baru saja dicubit adiknya. tahu tidak rasanya dicubit lalu diputar 360 derajat penuh seperti sedang memutar sumbu kompor. ya, seperti itu rasanya. sakit.

"bukain gemboknya dong." titahnya.

haruto mendecih. setelah gembok pagarnya terbuka, pemandangan rumah bertingkat menyapa dwinetranya. terkadang haruto bingung, mengapa orangtuanya pindah ke komplek perumahan yang sangat sepi? tidak seperti rumah lamanya yang ramai setiap hari karena banyaknya anak kecil yang sering bermain diluar. ah, mungkin karena disini kawasan industri di tengah kota, pasti kebanyakan dari penghuni rumah adalah orang sibuk yang jarang pulang.

udara sejuk terasa menusuk kulit. angin sepoi sepoi hilir mudik membuat tubuhnya gemetar seketika, namun dengan adanya cahaya matahari justru membuat dirinya menjadi hangat.

kedua tangannya direntangkan sejajar dengan bahu, lalu digoyangkan ke depan dan belakang, melakukan olahraga ringan sambil sesekali menghembuskan napas lewat mulut. tak lama kemudian, gadis di sebelahnya pun mengaduh ketika telapak tangan haruto yang selebar daun kuping gajah itu tidak sengaja menampar wajahnya.

"eh sorry dek, sengaja."

"kampret bener."

lalu langkah adiknya berbelok ke salah satu rumah yang berada di belokan jalan, akan menjadi rumah yang pertama kali mereka datangi.

gadis itu menekan bel rumah berkali kali. padahal sudah diperingatkan oleh papan yang menggantung di kotak pos bahwa siapapun dilarang masuk melewati pagar rumahnya sekalipun itu tetangga dekat. tentu saja haruto bingung, kalau tidak boleh masuk melewati pagar, masa dia harus berdiri di depan rumahnya sambil berteriak 'PERMISI PAKET' baru tuan rumahnya akan keluar kandang?

tentu saja tidak mungkin kan? mau ditaruh dimana wajah tampannya nanti? ganteng ganteng kok bego.

tak lama kemudian, pintu pun terbuka dan memperlihatkan seorang pemuda dengan wajah lusuh khas bangun tidur. rambut semi blonde-nya membentuk gumpalan benang kusut disertai noda seperti air yang mengering di sudut bibirnya.

"ganggu orang tidur aja. ngapain pagi pagi kesini? kalo mau minta sumbangan gue lagi gak ada duit, emak bapak gue lagi gak di rumah."

"permisi, kak? kita tetangga baru, bukan mau minta sumbangan."

"eh?" pemuda itu mengucek matanya pelan sambil mencoba membuka mata. tatapannya pun bertemu dengan manik haruto yang sedang mengintip isi rumah dari bibir pintu.

"kalian berdua... orang yang baru pindah kemaren ya?" tanya pemuda itu. "ya udah deh ayo masuk dulu, sorry nih gue baru bangun."

"dasar kebluk." cibir haruto cuek.

"apa lo bilang?!" tanya pemuda itu. "wah, jangan bikin kesan pertama gue ke elo buruk ya."

haruto terkekeh, tangan kanannya terulur untuk berjabat tangan. "gue haruto, cuma mau ngasih tahu aja, kalo rumah lo penuh sama arwah pemales, pantes lo juga males."

"JANGAN NGADI NGADI ANJENG!"

























duh, segini kepanjangan gak sih? takut pada bosen bacanya :(

dreamcatcherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang