Jimin kembali menghela napas mendengar perkataan Hyera. Pria itu lantas memegang kedua tangan sang istri, mencoba untuk membuatnya tidak tersulut emosi.

"Aku memang salah, dan aku sangat bersyukur karena kau mau memaafkanku dengan bersedia memberikanku kesempatan kedua. Tapi, Hye. Apa artinya kesempatan itu jika kau sendiri seakan tidak mau berusaha untuk memperbaiki hubungan kita?"

Genggaman tangan Jimin semakin mengerat. Pria itu sedikit menurunkan nada bicaranya, berharap sang istri tidak akan sakit hati dengan apa yang akan dikatakannya.

"Kau butuh waktu, kan? Dan aku pun tidak keberatan dengan itu. Namun, bisakah kau sedikit menghargaiku? Bisakah kau tidak egois dan buang sedikit saja egomu untuk mencoba mengerti keadaanku?"

Kali ini Hyera tampak membuang muka mendengar perkataan Jimin. Egois? Sungguh? Bisa katakan, di mana letak egois Hyera seperti yang sang suami katakan?

"Sekali lagi, aku tidak bermaksud untuk menyinggung apa lagi menyalahkanmu. Di sini aku hanya meminta sedikit pengertian darimu. Sepertiku, aku yakin kau juga ingin hubungan kita membaik, kan? Tapi, bagaimana itu bisa terjadi jika kau saja tidak mau mempercayaiku lagi?"

"Kau pikir siapa yang membuatku menjadi seperti ini, Jim?" ujar Hyera seraya melepas paksa genggaman tangan suaminya.

Wanita itu menghela napas kasar, sebelum akhirnya menatap sang suami dengan tatapan tak percaya.

"Egois, kekanakan, semua itu ada karena dirimu sendiri, Jim! Dan percaya? Kau pikir mudah untukku kembali mempercayaimu setelah semua yang terjadi, huh? Jika kau lupa, maka akan kuingatkan lagi apa saja kesalahanmu yang membuatku menjadi enggan untuk mempercayaimu!" tegasnya.

"Mungkin kau memang sudah lupa. Tapi, kau bahkan sudah menipuku dari awal pernikahan kita, Jim. Tidak cukup dengan itu, kau juga memaksaku untuk menandatangani surat kontrak yang kau gunakan untuk mengancamku agar bisa kembali padamu. Ah, kau pun terus menyakiti hatiku dengan mengataiku sebagai wanita jala*ng kan, Jim? Kau ...."

Wanita itu menggantungkan kata-katanya, mencoba menghilangkan rasa sesak di dada saat mengingat kembali masa lalunya.

Sedangkan Jimin? Pria itu sempurna terdiam, matanya bahkan sudah mulai berkaca-kaca sekarang.

"Sekarang katakan, apa aku salah bersikap seperti ini? Apa ini menjadi kesalahanku juga karena enggan untuk mempercayaimu lagi? Kau ... kau yang membuatku seperti ini, Jim. Kau ...."

Perkataan Hyera kembali terpotong saat sang suami menariknya, dan membawa Hyera kedalam pelukannya.

"Aku tahu. Maafkan aku, Hye. Maaf."

Jimin berkata dengan nada sarat akan penyesalan. Pria itu memeluk erat tubuh sang istri, kemudian mengusap punggungnya yang terasa bergetar.

Jimin yakin, istrinya pasti sedang menangis sekarang. 

"Maafkan aku."

Lagi, lirihan itu keluar dari bibir tebalnya. Sungguh, tidak ada niat sedikitpun untuk Jimin kembali menyakiti hati sang istri. Jimin hanya ingin agar Hyera mencoba untuk mempercayainya lagi.

Namun, sepertinya apa pun yang dilakukan Jimin memang selalu berakhir dengan kesalahan. Bukannya mempercayainya, istrinya malah salah paham dan kembali menangis akibat ulahnya.

"Kepercayaan adalah dasar dari sebuah hubungan. Sekeras apa pun aku mencoba, itu semua hanya akan sia-sia jika tidak ada kepercayaan dalam dirimu untukku meski hanya sedikit saja, Hye," lirih Jimin, membuat Hyera menghentikan tangisnya.

Untuk seketika pikirannya melayang, perkataan Jimin kali ini berhasil membuat hati Hyera kembali bimbang.

"Hanya itu yang ingin kukatakan padamu, Hye. Dan maaf, jika lagi-lagi perkataanku kembali menyakiti hatimu," lanjutnya seraya melepaskan pelukan mereka.

Marriage ContractWhere stories live. Discover now