sampang •| aizawa shouta

673 59 17
                                        

"Misi kali ini akan melibatkan orang-orang dari pemerintahan," Kata Tsukauchi, memberi penjelasan tentang misi yang akan segera dijalani.

"Untuk para pahlawan divisi penyerang dua akan dipimpin oleh Aizawa, bekerja sama dengan [name] dari Kejaksaan Kota Tokyo."

Sang Detektif berlanjut memberi penjelasan, detail berkas terus dibagikan pada tiap-tiap manusia yang bertanggung jawab.

"[name],"

"Iya, sensei?"

Tatapan Aizawa tak pernah berubah, selalu tampak sayu. Tak pernah terlihat antusias kala melihat hal-hal baru.

"Kita disini bekerja sebagai rekan. Berhenti memanggilku sensei."

Gadis itu terkekeh manis. "Baik, Shouta."

Tidak. Bukan. Maksud Aizawa adalah [name] harus memanggilnya dengan nama pahlawan. Eraser Head. Bukannya menyebutkan nama depan, dengan nada sedemikianrupa pula.

"Terserah kau saja."

· • —– ٠ ✤ ٠ —– • ·

sampang /sam·pang (3)/

ark p

sempat;
pernah;
sekiranya

· • —– ٠ ✤ ٠ —– • ·

Lima belas. Beda jarak usia [name] dan Aizawa. Angka yang bisa saja membawa petaka, dua digit yang diharapkan tetap menggeret bahagia.

Seumur hidupnya, [name] sudah beberapa kali berpacaran dengan lelaki. Namun akhirnya selalu putus lagi, berakhir menyakiti hati sendiri. Gadis itu pun tak pernah menaruh perasaan barang sedikitpun pada guru semasa sekolahnya, apalagi seorang Aizawa Shouta.

[name] hanya sedikit tersentuh setiap kali Aizawa terlihat menenangkan Midoriya yang seringkali menyalahkan diri sendiri. Kelas terkutuk, beberapa siswa lain dari jurusan pahlawan bahkan sampai mengatai begitu. Terlebih dari jurusan umum, kelas [name] sendiri. Habisnya, lagi-lagi Midoriya melibatkan diri.

Tapi perassan itu hanya sepintas saja. Tak mengandung arti apa-apa, jauh dari rasa suka apalagi cinta. [name] hanya menaruh sedikit perhatian pada Aizawa sejak itu, sampai dirinya lulus dan kini menimba ilmu di Universitas Tokyo. Fakultas Hukum, meraih gelar magister dalam kurun waktu lima tahun. Melanjutkan pekerjaan sebagai ketua penyidik pada Kejaksaan Kota sampai sekarang.

Sebagaimana dua orang yang dipertemukan kemudian membawa pertemuan-pertemuan lainnya, Aizawa dan [name] pertama kali menapaki takdir bersama saat pernikahan Present Mic berlangsung.

Satu tahun lalu, saat usia [name] masih sembilan belas. Belas dan puluh seakan memiliki jurang yang dalam sebagai pembatas segala kemungkinan yang ads. Norma dan stigma. Rasa dan asa.

"Sensei?"

"Hm? Oh." Aizawa bergumam pelan. "[name] ya?"

"Iya! Masih ingat rupanya?"

Laki-laki itu menatap agak lama, "Kau tak banyak berubah."

"Ya, mau berubah jadi apa memangnya? Angling Dharma?"

Malam itu, seutas senyum menggantung pada bibir Aizawa.

Percakapan mereka terbilang ringan, berbicara tentang pekerjaan dan mengeluh perihal bagaimana membosankannya kehidupan satu sama lain berlangsung. Berkali-kali Aizawa ingatkan, jangan memanggil sensei karena status itu sudah tidak relevan. Namun si perempuan malah menganggapnya sebagai candaan, meneruskan panggilan dengan niat sedikit menggoda.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Aug 28, 2020 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

being 'his'Where stories live. Discover now