Ch. 1. "I think I'm alone in this town"

9.4K 500 16
                                    

Pagi itu, Wendy membuka matanya karena sinar matahari yang masuk lewat jendela di sebelah tempat tidurnya. Dia pun duduk di tempat tidurnya lalu mengusap kedua matanya. Ia ingat bahwa selama 3 hari kedepan, ia akan sendirian di rumah karena ayahnya sedang pergi tugas dan entah karena alasan apa ibunya juga diharuskan ikut. Urusan bisnis. Mereka baru saja pergi kemarin. Mereka berani meninggalkannya sendirian karena telah menitipkan Wendy kepada teman mereka, Drew, yang bagaikan kakak perempuan Wendy. Namun, kemarin ia bilang bahwa hari ini ia ada urusan pekerjaan sampai siang sehingga ia tak ada di rumah. Itu tak masalah bagi Wendy. Ia sudah bilang kepada kedua orang tua Wendy. Drew juga mulai pergi sejak kemarin sore.

Pukul berapa sekarang? pikirnya. Lalu, Ia pun mengecek iPhone- nya dan melihat bahwa sekarang adalah pukul 10 pagi. "Wah, keren. Aku terbangun di pagi hari Minggu yang terlihat hebat ini tanpa sinyal. Menyebalkan." Entah karena alasan apa, hp nya tidak mendapatkan sinyal, yang mana sangat tidak biasa.

Wendy pun pergi menuju kamar mandi. Ia menyadari bahwa lampunya tidak ia nyalakan, namun ia biarkan karena ruangan itu tetap terlihat terang di pagi hari (tentu saja). Dia melihat ke cermin. Seperti biasanya ketika baru bangun tidur, Rambut merahnya yang panjang dan bergelombang terlihat sangat berantakan. Namun untungnya matanya terlihat baik- baik saja dan tetap cerah. Warna mata. Banyak sekali orang yang bilang hendak mempunyai warna mata seperti miliknya, hijau. Wendy tidak mengerti kenapa tapi menurutnya itu agak menyebalkan.

Setiap kali Wendy bertemu dengan seseorang yang baru dikenalnya, mereka pasti melihatnya dari atas ke bawah, kemudian terpaku pada warna matanya dan mengatakan, oh, ya ampun! Matamu indah sekali. akusangatinginmemilikiwarnamatasepertiitu! Yap. Dengan nada sangat cepat karena itu baru saja terjadi kemarin lusa ketika ia bertemu dengan temannya sahabatnya.

Ia tidak merasa keberatan untuk dipuji seperti itu, kalau boleh jujur. Sangat, sangat, tidak keberatan. Justru ia senang, tapi ia bosan jika orang lain menilai dirinya indah, blah blah jika hanya berdasarkan penampilannya. Ia juga ingin orang lain memang menyukainya karena sikapnya.

Setelah selesai mandi dan berpakaian di dalam kamarnya, ia pun melangkahkan kakinya ke ruang makan. Kemudian, entah kenapa ia baru saja menyadari sesuatu yang aneh. Listrik di rumahnya tidak menyala. Ia pun bergegas mencoba menyalakan lampu. Tidak menyala, pikir Wendy. Kemudian ia berjalan ke arah dapur dan membuka kulkas. Kulkas nya pun tidak menyala. Mungkin hanya pemadaman listrik, pikirnya lagi.

Ia mencoba membuka freezer untuk melihat apakah es batu yang ia simpan di dalamnya telah mencair atau tidak, hanya untuk memastikan seberapa lama listrik telah dipadamkan. Ternyata, es batu yang ia simpan semuanya telah mencair. Ya, benar- benar menjadi air. Wow. Kemudian, ia pun mengambil beberapa roti dalam kulkas dan membawanya ke ruang tengah lalu memakannya sambil menunggu listrik kembali menyala.

Ketika Wendy menyantap rotinya, ia sadar bahwa lingkungan di sekitar rumahnya terdengar sangat sepi, seperti tidak ada kegiatan sama sekali di luar. Padahal, ketika sebelumnya Wendy terakhir kali melihat ke jam, yang mungkin terjadi sekitar setengah jam yang lalu, ia dapat memperkirakan bahwa saat itu baru pukul sepuluh pagi atau mungkin lebih, dan orang- orang seharusnya berada di luar, meskipun, yah, sekarang adalah hari Minggu. Karena penasaran, ia pun menaruh rotinya di meja dan berjalan ke pintu depan dan keluar.

Saat melihat pemandangan di luar, lututnya tiba- tiba melemas dan ia pun terjatuh pelan di depan pintu. Di lingkungan rumahnya di luar, ia dapat melihat jalanan yang terlihat seperti baru saja terjadi kericuhan besar- besaran yang meninggalkan bekasnya, seperti perlatan rumah tangga, baju, sepatu, dan barang- barang lain yang berserakan di jalanan. Namun, selain itu, tidak ada tanda- tanda seorang pun kecuali dirinya di luar sana.

Empty StreetWhere stories live. Discover now