3 - Benci

5.9K 751 21
                                    

Aku menatap salinan berkas yang tadi siang aku tandatangani

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Aku menatap salinan berkas yang tadi siang aku tandatangani. Berkas konyol yang membuatku setengah menyesal dan setengah senang.

Malam ini aku bahkan tidak yakin bisa tidur senyenyak malam - malam sebelumnya, setelah Joshua pulang tadi aku langsung di introgasi seperti penjahat oleh ibuku plus adikku yang juga ikut berperan sebagai pemanas suasana.

Mereka tentu bertanya - tanya apa yang terjadi padaku karena tiba - tiba saja aku membawa pulang seorang pria asing dan hebatnya lagi kami langsung membawa kabar pernikahan yang akan di adakan akhir bulan ini.

Ibuku dengan sedikit berkaca - kaca menuduhku Married By Accident, gila saja. Begitupun adikku yang terus menerus menyuruhku jujur. Jujur tentang apa? Tidak, aku tidak hamil jadi harus jujur bagaimana lagi.

Hari ini aku sudah memutuskan hal paling berani dari sepanjang perjalanan hidupku. Selama 26 tahun aku hidup, aku hanya berjalan di zona nyaman. Aku tidak pernah dihadapkan pada situasi sesulit ini sebelumnya.

Mataku menerawang menatap langit - langit kamarku, tidak akan lama lagi aku harus mengatakan selamat tinggal pada selimut usangku yang senantiasa menemaniku melewati dinginnya malam.

Tok .. tok..

"Kak? sudah tidur?"

Itu suara adikku, Yura.

"Masuk"

"Kenapa belum tidur?"

Yura mendudukan dirinya di tempat tidurku.

"Kak, aku sudah dewasa. Aku bukan anak kecil lagi yang bisa kau bodohi. Jujur saja, apa ini karena masalah itu?"

"Apa yang kau bicarakan?"

"Jangan mengelak lagi. Jika kau melakukan ini untuk menyelesaikan masalah hutang kita, aku mohon jangan, urungkan niatmu kak. Kau tidak harus mengorbankan dirimu seperti ini"

Aku terdiam.

Sesuatu menamparku, gadis dihadapaku ini bukanlah gadis kecil yang aku kenal dulu. Aku baru sadar adik kecilku sudah sedewasa ini.

"Kak, pernikahan bukan sesuatu yang main - main. Jika ibu tahu, dia pasti akan lebih kecewa"

Aku masih terdiam mendengarkan perkataan adikku.

Aku tidak goyah, hanya saja sisi hatiku yang lain sedikit terenyuh karena kepedulian adikku ini.

"Yura, kau hanya perlu belajar dan melanjutkan sekolahmu. Ini sudah tanggung jawab kakak"

Yura menatapku dengan tatapan memohonnya. Tapi percuma, aku tidak bisa merubah keputusanku.

"Kak..."

"Keluar, kakak ingin tidur"

Tanpa bantahan Yura akhirnya meninggalkan kamarku.

Aku kembali menghempaskan tubuhku, pikiranku kembali menerawang jauh. Jauh sekali sampai - sampai aku tidak sadar sudah pergi terlalu jauh ke dalam pikiranku hingga memori itu kembali datang dan membuat air mataku jatuh lagi.

MY HUSBAND - JOSHUA HONG (COMPLETED)Where stories live. Discover now