Part 2 (Complete)

Start from the beginning
                                        

"Tolong urus dia, " Lan Wangji berbicara pada Wen Qing, kemudian berbalik menuju rumahnya. Meninggalkan Jiang Cheng yang masih terpaku di tempat bersama Wen Qing.

"Bagaimana penampilan XiChen ketika kalian bertemu?"

Suara merdu Wen Qing memusatkan perhatian Jiang Cheng. Tanpa kesulitan dia pun mendeskripsikan sosok yang masih melekat erat di benaknya.

"Tidak ada yang aneh. Dia memakai kaus putih dan jeans biru. Hanya saja dia sedikit terlihat...pucat." Jiang Cheng terbelalak atas pemikiran yang terlintas. "Apa dia sakit? Apa dia harus pulang mendadak karena penyakitnya kumat?" cecarnya.

Menghadapi dugaan polos Jiang Cheng, Wen Qing hanya menghela napas. "Ikut aku. Akan kupertemukan kau dengannya sekali lagi."

Jiang Cheng tidak tahu akan dibawa ke mana. Dia terlalu sibuk mengendalikan rasa bersalah yang mulai berbunga. Menggedor – gedor hatinya tanpa ampun. Dia benar – benar egois. Kepekaannya terhadap sekeliling begitu tipis.

Sebagai orang asing—yang bahkan belum genap 24 jam dikenal—XiChen telah melakukan banyak hal untuk Jiang Cheng. Membantu bersembunyi dari kejaran preman, memberikan tempat berteduh, hingga menampung amarahnya. XiChen benar – benar mencurahkan perhatian untuknya.

Sementara Jiang Cheng? Oh, tentu saja dia hanya fokus pada diri sendiri. Sibuk meratap seolah dia adalah orang paling malang di dunia ini. Dia bahkan membiarkan XiChen terkepung dingin hujan di rumah kosong tanpa pelindung. Karena satu – satunya kain bersih yang bisa dijadikan selimut telah diberikan kepada Jiang Cheng.

Jika benar XiChen sedang sakit, dan penyakitnya kambuh lantaran menemani Jiang Cheng semalaman, Jiang Cheng bersumpah tidak akan ragu untuk minta maaf. Dia akan merendahkan ego demi mengucap terima kasih.

"Kita sudah sampai."

Mereka tiba di bagian lain rumah keluarga Lan. Letaknya agak ke belakang. Tatapan Jiang Cheng terpaku pada satu titik. Tepatnya pada sebuah bangunan kecil yang didominasi warna coklat kayu, merah, dan emas. Rumpun bunga gentian biru memagari sekelilingnya. Sementara asap putih beraroma cendana mengepul dari sebuah dupa yang menyala. 

Bangunan itu adalah altar penghormatan. Diperuntukan bagi anggota keluarga yang telah tiada. Dan nama Lan XiChen tertulis di sana.

>#*#*#<

Lan XiChen adalah putra pertama dari pasangan paling kontroversional dalam sejarah keluarga Lan. Sebuah keluarga konservatif yang menjunjung tinggi tradisi dan kehormatan. Oleh karena itu, ketika ayahnya memutuskan untuk menikahi seorang perempuan berstatus anak narapidana, mereka segera dikucilkan. Meski hidup sederhana, Lan XiChen tidak pernah mengeluh. Dia tumbuh menjadi anak yang manis, ramah, dan patuh pada orang tua.

Ketika Lan XiChen berusia 4 tahun, ibunya meninggal dunia setelah melahirkan Lan Wangji. Tak sanggup menanggung rasa kehilangan atas kepergian orang tercinta, ayahnya menyusul 2 tahun kemudian. Sejak itu Lan XiChen dan Lan Wangji tinggal bersama Lan Qiren, adik dari ayah mereka.

Lan Qiren adalah pria yang baik dan bertanggung jawab. Dia mendedikasikan hidupnya untuk mengasuh kedua keponakannya. Meskipun kolot dan tegas, Lan Qiren sangat menyayangi mereka. Dia mendidik mereka untuk selalu berada di jalan yang benar, yang berarti menaati peraturan, berkliblat pada tradisi, dan selalu melakukan perbuatan terpuji. Lan Qiren tidak ingin keponakannya dicap sebagai anak pembangkang seperti ayahnya.

Dan dia berhasil.

Lan XiChen serta Lan Wangji tumbuh menjadi pemuda tampan, cerdas, dan berkharisma. Mereka dikenal tidak hanya karena wajah rupawan, tetapi juga prestasi gemilang. Sempurna, tanpa cela. Sikap Lan XiChen yang hangat bagai mentari musim semi membuat banyak orang ingin berkenalan. Sementara Lan Wangji yang terkesan dingin bagai salju abadi membangkitkan rasa penasaran. Pesona memikat kakak beradik membuat mereka dijuliki Giok Kembar dari Gusu—elegan, indah, tak terjamah.

Learn From MeWhere stories live. Discover now