Part1 [Pumpkin Soup]

6.1K 511 3
                                    

Ini adalah pertemuan mereka yang kedua. Kemarin mereka sepakat untuk kedepannya selalu bertemu disini.

Mereka berdua sedang menikmati udara pagi. Baru saja mereka melewatkan matahari terbit. Ternyata Jaden memang suka sekali tempat ini. Ia selalu bisa merasakan pagi dan malam ditempat ini. Padahal dipenglihatannya semuanya sama saja, gelap.

Fleura sudah berhenti untuk memetik bunga sembarangan, ia sekarang lebih memilih menghirup bunga itu dalam. Ternyata benar bunga sangat teramat indah bila dilihat dipagi hari, seperti saat ini. "Jaden? boleh aku bertanya?" Tanyanya sambil memutar-mutar bunga yang ada digenggamannya.

"Tentu, mau tanya apa?" Balas Jaden.

Fleura terdiam sejenak. Ia sedikit ragu untuk menanyakan ini pada Jaden. "Aku mau tanya—" Fleura menggantung pertanyaannya, ia terlihat gelisah.

"Tanya apa?" Nada suara Jaden menjadi sangat penasaran.

Beberapa saat kemudian, Fleura masih saja diam. Ia takut mau menanyakan ini. Takut membuat Jaden tersinggung.

"Fle? Kamu masih disinikan?" Jaden mulai memalingkan wajahnya mencari-cari dimana Fleura. Tangannya merambat diatas rumput. Ia mencari-cari tangan Fleura dan akhirnya—menemukannya.

"Tidak jadi. Aku tidak jadi bertanya." Fleura menggenggam tangan Jaden dan tersenyum lembut. Ia menatap Jaden dengan tatapan menerawang.

"Aku kira kamu sudah pergi." Jaden tertawa kecil.

"Tidak akan." Jawab Fleura singkat sambil menikmati udara pagi yang masih sejuk.

Jaden juga ikut merasakan hembusan angin pagi itu. Ini adalah hal yang paling ia suka. Menikmati suasana pagi, siang, sore, maupun malam. "Menyenangkan bukan?" Tanyanya sambil tersenyum menenangkan.

Fleura mengangguk. "Sangat menyenangkan." Ucapnya sambil menghirup udara pagi itu dalam-dalam. Udara itu sangat menenangkan. Tapi tidak bertahan lama karna menit selanjutnya ia menepuk dahinya seolah baru teringat sesuatu. "Ah! Jaden aku hampir lupa. Aku ada janji dengan Bibi ku untuk membuat sup labu."

"Yasudah temui sana, pasti dia sudah mencarimu."

Fleura menatap Jaden nanar, "Kamu masih mau disini?" Tanyanya. Sebenarnya ia enggan sekali beranjak dari sini. Ia masih ingin menikmati udara ini bersama Jaden.

"Iya, aku masih mau disini." Jawab Jaden singkat.

Beberapa saat, Fleura memikirkan sesuatu agar Jaden tetap bersamanya. "Emm, Jaden?" Panggil Fleura.

"Ada apa, Fle? Kenapa kamu belum menemui Bibi mu? Dia pasti sudah lama menunggumu." Jaden kembali mencari-cari keberadaan Fleura. Ia pikir Fleura telah bangkit berdiri. Ternyata belum Fleura masih duduk disampingnya.

"Dia pasti tidak keberatan untuk menungguku sebentar." Fleura tersenyum. Padahal ia juga yakin Jaden tidak bisa melihat senyumnya. "Bagaimana kalau kamu ikut aku memasak sup labu bersama Bibi? Apa kamu pernah memakannya? Rasanya sangat enak, dan manis. Aku suka sekali sup labu buatan Bibi." Fleura membayangkan beberapa tahun yang lalu saat Bibi-nya menemuinya dikota.

Bibi memasak sup labu itu dirumahnya. Dan Fleura tidak henti-hentinya memuji sup labu buatan Bibi-nya yang benar-benar enak. Sampai ia menyuruh bibinya membuatkannya berulang kali. Saat ia datang berlibur kesini. Fleura meminta diajarkan cara memasaknya agar ia bisa membuatnya sendiri dirumah nanti.

"Tidak. Terima kasih, Fle." Tolak Jaden halus.

"Apa kamu mau disini sendirian? Apa kamu tidak takut?" Raut wajah Fleura berubah seolah ia mengintrogasi Jaden. Ia memikirkan sesatu yang menakutkan akan datang apabila sendirian.

Jaden tertawa lepas, Fleura tertegun melihat tawa Jaden. Ia bertambah ketampanannya saat dia tertawa. Fleura selalu membayangkan wajah laki-laki tampan seperti pangeran di negeri dongeng. Dan ia telah menemukannya, laki-laki yang berada disampingnya saat inilah.Tapi laki-laki itu memiliki kekurangan yang Fleura selalu merasa terpukul bila melihatnya.

"Kenapa kamu tertawa Jaden?" Fleura kesal, melihat Jaden menertawakannya. Tapi disini lain, ia merasa senang melihat Jaden tertawa lepas.

"Aku hanya membayangkan wajahmu yang ketakutan melihat sesuatu yang menyeramkan." Ia tertawa lagi, "Tenang saja, Fle. Aku tidak sedirian kok."

"Jaden? Jangan bicara seperti itu, aku tidak suka." Fleura mulai ketakutan, lagi. Ia mulai merasakan ada hawa yang aneh.

"Aku tidak apa-apa, dan cepatlah temui Bibi-mu. Jangan suka membuat orang menunggu."

Tanpa pikir panjang lagi Fleura bangkit dari duduknya. "Baiklah, kalau supnya sudah jadi aku akan antar kerumahmu—dimana rumahmu Jaden?"

Jaden menggelengkan kepalanya, "Tidak. Terima kasih, Fleura." Lagi-lagi Jaden menolak tawaran Fleura.

"Kenapa aku tidak boleh bermain kerumahmu?" Fleura sedikit kecewa mendengar kalimat Jaden yang menolaknya mengantar sup itu nanti.

"Aku hanya tidak ingin membuatmu melihat apa yang tidak ingin kamu lihat." Ucap Jaden datar.

"Apa yang tidak ingin kulihat? Hantu? Ah! ayolah Jaden . Tidak mungkin dirumahmu ada hantu, iyakan?" Fleura tertawa, sambil menutup mulutnya dengan kedua telapak tangannya.

Jaden hanya diam, tidak menanggapi. Rasanya percuma untuk menjelaskannya pada Fleura. Gadis itu tidak akan mengerti.

"Baiklah, aku akan menemui Bibi sekarang. Kalau kamu tidak mau aku temui dirumahmu, bagaimana kalau kita bertemu disini? Aku akan membawa sup itu, saat matahari terbenam."

"Aku tid—"

Belum selesai Jaden berbicara, Fleura sudah motongnya, "Sampai jumpa, Jaden." Ia melambaikan tangannya, dan berlari kecil disekitar hamparan bunga-bunga itu untuk pulang menemui Bibi-nya.

***

"Bibi? Maaf aku terlambat." Teriaknya sambil menuju dapur dibelakang rumah. Ia menemui Bibi-nya yang sedang memotong labu. "Wah, sepertinya labu ini manis sekal—aww." Fleura meringis kesakitan pada giginya karna dia berusaha mengunyah labu yang sudah di potong berbentuk dadu itu, "Bibi? Kenapa ini keras sekali?"

"Fleura, labu ini memang keras. Kamu tidak bisa langsung memakannya. Ini harus direbus dulu dengan beberapa tetes sari bunga Creveslatha."

"Bunga apa itu, Bibi? Apakah dia indah? Aku suka bunga." Ujar Fleura dengan mata berbinar.

"Bunga itu hanya ada dalam bentuk serbuk atau tetesan. Dia bisa didapatkan dibalik daun bunga Creves." Ucap Bibi masih terus memotongi labu tersebut dan mencucinya.

"Dimana Bibi mendapatkannya?"

Bibi mulai memasuki labu dadu itu pada rebusan air yang telah ditetesi sari bunga Creveslatha, "Bibi mencarinya sendiri di hutan ketika sedang mengambil labu ini."

Memang Bibi tinggal di desa ini sendirian. Fleura dan keluarganya berada di kota. Dan tentang Bibi mengambil labu dihutan memang beberapa orang yang tinggal di desa ini memanfaatkan apa yang ada dihutan tersebut sebagai bahan makanan mereka sehari-hari, termasuklah Bibi.

"Baiklah, Fleura. Kita tinggal menunggu supnya jadi, bagaimana? Apa kamu suka berada disini?" Bibi duduk dibangku kayu yang berada disekitar dapur. Kemudian Fleura pun menyusul duduk disampingnya.

"Sangat suka, Bibi." Ucapnya bersemangat. "Aku suka taman bunga yang berada di sekitar sini. Juga, karna aku sudah bertemu dengan teman baru." Fleura jadi tersenyum sendiri mengingat teman barunya adalah, Jaden.

"Oh ya? Siapa dia? Apa Bibi boleh mengenalnya?"

Fleura mengangguk semangat, "Tentu, Bibi. Suatu saat aku akan mengajaknya kesini."

Tangan Bibi terangkat mengelus rambuk kecoklatan milik Fleura, "Bibi akan menunggunya, dan akan memasak yang enak nantinya."

"Yang benar, Bi?" Mata Fleura berbinar kembali. Masakan Bibi memang enak-enak. "Aku sayang, Bibi." Fleura memeluk bibinya sayang.

TBC


BlindTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang