40

11K 2.1K 707
                                    

Nungguin ya?











Jidat Haechan berkerut pelan begitu lagi-lagi panggilannya berakhir dengan suara operator. Lama-lama mendengar suara itu Haechan jadi kesal sendiri. Dengusan kasar keluar dari hidungnya begitu Rain lagi-lagi ga mengangkat telponnya.

Dengan jidat yang masih berkerut, Haechan akhirnya memilih buat menjauhkan hpnya dari telinga dan langsung mengetik sesuatu di chatroom Rain. Dia berharap dengan chat itu, Rain mau menjawab telponnya.

Bahkan setelah hampir 10 menit berlalu, Rain sama sekali ga membalas chat-nya. Jangankan ngebalas, bahkan ngebaca pun engga.

Serius, dari kemarin Rain itu seolah hilang dan sengaja menghindari dia.

Haechan menghela nafas pelan, dengan terpaksa mengalihkan tatapannya dari layar pipih hpnya itu. Begitu kepalanya terangkat, Haechan dibuat tertegun pas matanya justru ketemu tatap dengan mata Amora yang duduk di hadapannya.

Astaga... saking fokusnya buat menghubungi Rain, Haechan bahkan sempat ngelupain eksistensi Amora di sini.

Mata Haechan mengerjap cepat begitu matanya melihat binar sukar diartikan dalam mata cewek di hadapannya.

Amora dari tadi cuman terdiam menatap kesibukan pacarnya itu, dengan sebelah tangannya yang menopang dagu dan tatapan yang tertuju lurus ke arah Haechan.

"Ngehubungin siapa? Kok kayaknya kamu panik banget gitu?"

Haechan menggeleng pelan dan langsung berfokus ke kertas skripsi di hadapannya. Dia emang baru aja konsul tadi dan tumpukan kertas yang berisi skripsinya malah dicoret-coret sama dosen pembimbingnya. Karena masih terlalu sore buat balik ke apartemen, Haechan jadi singgah ke sekre BEM. Ternyata, Amora juga ada di sana, nungguin dia.

"Siapa?" Tanya Amora sekali lagi, kali ini nadanya penuh penekanan.

Kepala Haechan terangkat lagi begitu mendengar nada ga biasa dari cewek di hadapannya ini. Selama ini, Amora selalu ngomong dengan nada lembut dan juga pelan ke dia, makanya sekarang Haechan ngerasa agak kaget begitu mendengar perubahan nada bicara Amora, "dosen pembimbing. Gue mau ngebuat janji lagi abis ini." Walaupun bingung, Haechan tetap lancar berbohong ternyata.

"Oh ya?" Tanya Amora, kedengeran ga percaya, "kamu ngehubungin dosen pembimbing sampai sepanik itu?"

Haechan mendengus pelan, "apasih Mor? Biasa kan kayak gitu?"

"Engga tuh. Ekspresi kamu justru kayak lagi ngehubungin cewek lain."

Bibir Haechan langsung terkatup begitu mendengar omongan blak-blakkannya Amora itu.

Ada senyuman sukar diartikan yang terukir di bibir cewek Cho itu sekarang, "Haechan, aku pacar kamu. Aku sendiri aja kurang ya?"

Jidat Haechan keliatan berkerut samar sekarang, "maksud lo apa?"

"Jangan pura-pura bodoh, Haechan. Kamu ga capek ngebohongin aku terus?"

Haechan menghela nafas pelan dan langsung berfokus ke skripsinya lagi, "gue ga ngerti lo ngomong apa."

"Rainna Son."

Gerakan tangan Haechan yang membolak-balik kertas langsung terhenti sekarang. Matanya terpaku ke arah permukaan meja yang ada di depannya, rasanya akal sehat Haechan ditarik beberapa detik dari otaknya begitu mendengar nama itu keluar dari sela bibir Amora dengan mulusnya.

"Aku tau dia. Haechan, dia cuman mantan kamu. Aku pacar kamu, seharusnya--"

"Lo gatau apa-apa." Sela Haechan dengan tatapan kosongnya, rahangnya terlihat mengeras sekarang, "lo gatau apa-apa jadi jangan asal ngomong."

[II] Groove :: Lee Haechan✔Where stories live. Discover now