[C]hange

74 27 112
                                    

[Read at your own disrection]

Dengan kakinya yang sudah lemah, tangan yang sudah lunglai, dan badan yang sudah lemas. Luxie akhirnya berhasil melewati tangga neraka. Untung saja tangga mall ini telah memiliki akses untuk orang yang memakai kursi roda, ia menjadi leluasa untuk mendorong troli yang dibawanya.

"Aku tak heran jika berat badanku turun dan otot-otot di kakikku semakin kencang. Terimakasih Aiden!" Gadis itu terus saja mengoceh sepanjang jalan, mukanya yang semerawut dan juga masam sangat memperlihatkan kekesalannya terhadap lelaki itu.

Rambutnya sudah tidak rapi. Bau badan dan amis sudah tidak bisa dibedakan. Dengan kantung mata hitam dan emosi yang susah dikendalikan gadis kecil ini sudah memenuhi syarat seperti orang yang habis dikejar deadline. Satu kata untuk mendeskripsikan penampilan Luxie sekarang? Berantakan. Dua kata? Sangat berantakan.

Senter yang dipegang Luxie mati seketika. Ia masih belum panik karena peresediaan senter yang dibawanya masih banyak. Bocah itu pun mencoba menyalakan senter yang baru. Sayang, senter yang lain bernasib sama.

"Oh, Ayolah!" Ia sekarang menyalakan senter yang kelima. Luxie mengguncang-guncang senter itu dengan sangat kencang sampai mukanya berubah merah seperti tomat. Karena guncangan yang sudah disulut emosi senter itu pun menjatuhkan diri ke lantai. 

"Tuhan sepertinya akan memanggilku sebentar lagi, ya ...."

Ketika dirinya membalikan badan dan mengambil senter yang terjatuh. Seluruh senter yang tadi mati seketika menyala seolah menertawakan Luxie yang sedang kesusahan. 

"Oh, great. Bahkan senter saja memben ...."

Sepasang mata menatapnya dari kegalapan. Kali ini tidak hanya satu. Mereka seperti sudah menunggu Luxie. Dirinya yang panik pun tak sengaja mendorong troli yang ada di depan, satu senter kembali terjatuh ke lantai. 

"This litlle fucking flashlight!

Tak sanggup menahan emosi yang dipendam, gadis itu memulai sumpah serapahnya. Ia pun tidak menyadari bahwa para  kawanan boneka beruang telah tersenyum dengan bola matanya yang bersinar dalam gelap. Ketika mendongakan kepalanya ke atas Luxie pun hanya bisa mematung.   

"Ah ... aku ... dikepung ...." 

 Semua langkah yang ia lakukan hanya akan berdampak buruk pada dirinya sendiri. Keinginan teriak untuk meminta pertolongan sangat ingin dilakukan. Detak jantungnya berdetak begitu cepat. Keringat sudah melintasi pelipisnya berulang kali. Ajal sudah ada di depan mata. 

Namun, Luxie pun akhirnya menghela napas. menstabilkan pikiran dan menguatkan genggamannya ke troli yang ia bawa

Ini bukan saat yang tepat untung bergantung pada orang lain! Ada amanat yang masih harus kupertanggungjawabkan!

Luxie mengambil senter yang ada terjatuh ke lantai. Dengan hati-hati ia menaruh senter tersebut di depan troli agar menjadi penerangan menuju tempat tujuannya. Semua mahluk mulai mendekat.  Air mata mulai membasahi pipi. Gadis ini akan berlari demi bertahan hidup.

"Hei antek-antek iblis! Dengarkan aku!" Luxie membuka ikat rambutnya.
"Aku mungin penakut, tapi ingat! Aku bukanlah seorang pengecut!" Dengan mengambil ancang-ancang Luxie pun mendorong troli itu dengan tenaga yang tersisa.

Semua makhluk mulai berlari ke arahnya. Luxie pun tak mau kalah, ia menambah kecepatan. Urat-urat di tangan bahkan di kepalanya mulai terlihat. Tangannya yang sudah memerah tak ia hiraukan. Kakinya yang sudah lelah tak dipedulikan. Bocah empat belas tahun ini sedang bermain kejar-kejaran dengan sang dewa kematian dan ia yakin akan menjadi pemenangnya.

D A W NTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang