C5 Rumah

200 34 16
                                    

Kalian pasti tau kan gimana caranya untuk saling menghargai sesama manusia?

HINT!! Kalo ada yg typo/salah/rancu langsung komen di paragraf itu yaaa jangan lupa!!

Happy Reading <3

Suara benda yang ditarik dan bergesekan dengan lantai terdengar cukup keras. Karena suara itu Lunar terbangun dari tidurnya. Ia mendudukan tubuhnya dan melihat ponselnya. Masih jam tujuh pagi. Ini masih cukup pagi untuk segala aktivitas di dalam rumahnya. Biasanya jam tujuh keluarganya masih tertidur. Tapi tumben sekali diwaktu seperti ini sudah terdengar berisik seperti sedang beraktivitas.

Dengan gerakan malas Lunar menyalakan lampu yang berada di samping kasurnya, kemudian berjalan menghampiri pintu kamarnya. Ia tidak mengeluarkan tubuhnya dari kamarnya. Namun hanya menunjukan kepalanya dan malihat ke luar kamar.

Apa yang dilihat Lunar di luar kamarnya membuat dirinya terpaksa keluar dari kamar. Sosok ayahnya yang Lunar lihat sudah berpakaian rapi seperti akan siap-siap pergi.

"Pah, mau kemana?"

"Loh kan mau ke apartemen Kak Johnny. Kemarin kan papah udah bilang kekamu. Tapi kamu bilang males buat pergi kalo ngga nginep. Papah, mamah, Winter, sama Jisung ngga bakal lama-lama kok disana. Cuman jemput Kak Johnny buat pulang trus balik lagi."

Yang diajak berbicara oleh Ayah Seojoon itu hanya menunjukan giginya yang rapi sambil menggaruk kepala belakangnya.

"Yaudah kita berangkat dulu." Ayahnya itu mencium puncak kepala Lunar. "Astaga, rambutmu itu bau. Sana mandi trus sarapan. Jangan mentang-mentang hari ini libur kamu ngga mandi loh ya."

"Ih papah apa-apaan, semalem aku mandi trus keramasan ya. Itu papah nyium bau soalnya mulut papah deket sama idung papah wlee." Lunar menjulurkan lidahnya sambil ketawa. "Udah sana Pah... Papah jangan lupa oleh-oleh buat Unai." Lunar mendorong ayahnya keluar rumah.

"Kamu ini bener-bener ya ngejek Papah. Mulut Papah bau kasturi ini, sembarangan aja." Ayahnya kini membalikkan badannya, kemudian mencubit batang hidung Lunar karena gemas. "Dah papah berangkat dulu."

Lunar hanya mendengus kecil dan ikut berjalan ke pintu utama rumahnya. Setelah melihat ayahnya itu masuk ke dalam mobil, Lunar melambaikan tangannya, kemudian kembali lagi masuk ke kamarnya.

Dengan keadaan keluarganya yang sedang pergi, Lunar jadi semakin malas untuk melakukan apapun di hari libur. Jangankan saat ia sedang sendirian di rumah, sekalipun keluarganya sedang berada di rumah, ia akan tetap malas di hari liburnya.

Kasur yang masih terlihat belum dirapikan oleh pemiliknya itu kini makin berantakan setelah Lunar menjatuhkan tubuhnya ke kasur itu dan mengguling-gulingkan tubuhnya di atas kasurnya yang luas.

Lama-kelamaan jika seperti ini terus, Lunar merasa bosan. Sedangkan Lunar benci dengan suasana yang membosankan.

Dengan gerakan cepat, ia meraih ponselnya dan membuka chat dari teman-temannya. Pada ruang chat bagian atas, terdapat pesan dari Lucas dan baru dikirim sekitar jam  delapan. Tumben sekali dalam keadaan libur seperti ini laki-laki sudah bangun pagi. Terlebih lagi seorang Lucas yang terlihat malas.

 Terlebih lagi seorang Lucas yang terlihat malas

Oops! Această imagine nu respectă Ghidul de Conținut. Pentru a continua publicarea, te rugăm să înlături imaginea sau să încarci o altă imagine.
Ai ajuns la finalul capitolelor publicate.

⏰ Ultima actualizare: Mar 19, 2021 ⏰

Adaugă această povestire la Biblioteca ta pentru a primi notificări despre capitolele noi!

Executive Council of StudentUnde poveștirile trăiesc. Descoperă acum