𝐃𝐔𝐀.

293 50 7
                                    

semilir angin berhembus pelan mengacak suraiku, membawa senyuman tipis merekah di wajah pucatku. jalanan kota sangat padat, penuh dengan wajah-wajah oriental pun amerika —roma sangat penuh warga asing yang berkunjung untuk berlibur meski bukan musim liburan. hal itu membuatku lebih segar setiap kali keluar dari apartemen.

"makan apa ya siang ini?" aku bergumam pelan sembari menggenggam erat tali tote bag di pundakku, tertawa gemas ketika mebayangkan piring makanan terpampang di meja hadapanku nanti.

sudah seminggu berlalu sejak aku pindah ke kota di benua eropa ini, tentu saja dengan bantuam yoriichi. hari pertama aku menginjakkan kaki di roma dan tersesat hingga ke kafe nya, ia memberitahuku bahwa apartemen tempatnya menetap memiliki kamar kosong untuk disewa atau dibeli. bantuan-bantuan yang diberikan yoriichi untukku sangat membantu hingga saat ini.

aku merencanakan makan siang di tempatnya, lalu memintanya mengajakku berkeliling roma —kalau pria itu tidak sibuk tentunya. aku bahkan menghabiskan waktu sejam untuk memilih pakaian yang photogenic. alhasil, aku menggunakan crop tank top hitam dipadukan cardigan coklat muda serta high waist shortpants putih.

sibuk bermonolog, kakiku sudah bertemu dengan lantai teras bangunan yang cozy itu. tanpa berpikir dua kali, aku mendorong pintu kaca itu —menghasilkan bunyi bel dari atas pintu untuk menandakan kedatangan pengunjung. pelayan yang posisinya paling dekat dengan pintu menoleh dengan senyum ramah.

"buon pomeriggio." []

aku tersenyum percaya diri, memantapkan diri dengan bahasa itali terbatasku dan berusaha agar logat jepangku tidak mengganggu. "si, sir yoriichi è qui?" []

"no, forse presto." [] pelayan itu menjawab dengan ramah sebelum menuntunku untuk duduk di meja kosong —meja biasa yang selalu menjadi tempatku menghabiskan waktu di tempat ini. aku meletakkan tas ku di meja dan memangku wajah.

"mushroom risotto and ice espresso, please." aku tersenyum manis ke pelayan wanita itu, membuat si pelayan mengangguk semangat dan segera menunduk untuk undur diri. begitu ia pamit, aku mengedarkan pandanganku selagi kembali larut dalam pikiranku.

sebenarnya, aku sedikit takut berada di kota asing ini sendirian. aku tidak tahu sampai kapan aku akan menetap disini, dan tidak tahu apakah ada keributan di jepang akibat kepergianku. ah, hal terakhir itu sudah pasti menurutku. aku hanya memanyunkan bibirku dan menjulurkan tanganku diatas meja sebelum menempelkan pipi kiriku diatas kayu dingin itu.

"excuse me, miss."

belum 5 menit aku menidurkan kepalaku, aku segera menegakkan tubuh ketika sebuah suara berat menyapa. aku menatap pelayan bule itu sebelum mataku menangkan nampan di tangannya. ia tersenyum sebelum memindahkan satu piring kaca putih dan gelas ramping itu ke meja ku.

"thank you!" aku menatap risotto dihadapanku dengan mata berbinar, mengatupkan tangan didepan dada tanpa menatap pelayan itu kembali. lelaki itu menundukkan tubuhnya sejenak sebelum pergi menjauh.

aku segera mengambil sendok besi bulat di sebelah piring, dan menyendokkan nasi hangat itu ke dalam mulutku. aku bergumam bahagia sembari menutup mulut dan mengunyah pelan. yoriichi sangat hebat mengembangkan resep dan membuatnya terkenal —aku senang bertemu dengannya di kota asing ini.

aku sibuk dengan makananku, tanpa menyadari pintu kaca yang menghubungkan trotoar dengan marmer hitam yang menjadi tempat pijakan ini terbuka dan menampakkan sosok pria yang sedari tadi kutunggu.

orang itu menyibak poninya sejenak sebelum menyapa salah seorang pelayan yang lewat dan menanyakan sesuatu sebelum manik merah tua nya bertemu tatap dengan sosokku. aku saat itu masih sibuk menyuapkan makanan sembari bersenandung —tidak menyadari bahwa yoriichi berjalan mendekat.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jul 29, 2020 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

𝐥é𝐠𝐚𝐦𝐞, T. YORIICHIWhere stories live. Discover now