Mata sempit Michael menyapu siapa-siapa saja yang ada disana. Sedikit membeku saat melihat kehadiran Khun. segera wajahnya yang sebelumnya menampakan ekspresi haus darah segera mengukir senyum. Kakinya melangkah panjang menghampiri Khun.

"Ketua! Anda di sini!" serunya gembira. Jika saja mata nya tidak memerah, Khun masih akan membalas sapaan itu dengan acuh.

Namun sekarang mata Michael sudah memerah, membuat sinar aneh di matanya yang sebelumnya tidak terlalu terlihat sekarang terlihat sejelas tengah hari. Bahkan walau perpustakaan itu gelap karena tidak berfungsinya penerangan. Khun dapat dengan jelas melihat kegilaan di mata yang menatapnya.

Menjijikkan.

Dia hanya mengangguk pelan saat dia kemudian berjalan menyusuri perpustakaan. Bertanya-tanya apa sebenarnya yang menjadi tujuan arwah Baam untuk mengumpulkan mereka di sini.

Apple dalam diam mendekati Rachel. Mengukir seringai menyapa gadir pirang tersebut. "Kau tampak buruk, Rachel." Ujarnya menawarkan tissue.

Rachel menerimanya sambil menggumankan terima kasih dengan pelan. Menghapus noda darah di wajah dan lehernya yang mulai terasa lengket dan tak nyaman. Diam-diam dia memperhatikan bagaimana Michael yang mengekori Khun dalam jarak tertentu, dan kemudian pada Apple yang tampak dengan tenang membersihkan kukunya.

Dia harus menjaga jarak dari kedua-nya. Bahkan walau mereka adalah rekannya, Rachel tidak ingin jatuh bersama mereka.

Pintu keluar masuk perpustakaan kemudian menutup sendiri. Terdengar bunyi 'klik' mengisyaratkan bahwa semua pintu itu terkunci dan tidak ada siapapun yang bisa keluar .

Ding dong~

[Halo semua pemain yang selamat, aku ucapkan selamat sekali lagi bagi kalian yang memenangkan permainan sebelum ini]

Suara yang keluar dari broadcast terdengar berbeda dengan dua yang pertama. Rachel dan para murid lainnya tidak bisa untuk merasa aneh, namun mereka terlalu ketakutan untuk berpikir lebih jauh. Suara kali ini terdengar seperti suara anak kecil yang monoton dan terdengar tak ubahnya suara robot. Mekanis dan tanpa emosi.

Sungguh berbeda dengan suara sebelumnya yang terdengar seperti suara laki-laki dewasa muda yang dingin dan acuh tak acuh.

[Tentu kalian semua tidak sabar untuk menyelesaikan semua permainan ini. Sekarang waktunya untuk game.

Nama game : Find the Cullprit

Ada pelaku yang bercampur dengan kalian. Cari dia menurut petunjuk yang ada. Anda harus menemukan si 'Pelaku' yang ditunjuk dan menghukum mereka.

Menemukan si 'Pelaku' akan memberikan kalian kesempatan untuk pelarian.

Melalui voting suara semua orang, si 'Pelaku' terakhir akan dipilih. Apakah dia benar-benar 'Pelaku'atau tidak, mereka akan tetap di hukum.

Lokasi permainan saat ini : Perpustakaan Selatan

Batas waktu tiga jam. Setelah itu, hukuman akan ditimpakan pada semua orang jika gagal menemukan pelaku dalam waktu yang ditentukan.
Semoga berhasil.]

Mata Rachel dan gadis yang terus mengekorinya bersinar cerah. Tidak seperti sebelumnya dimana mereka tidak memiliki harapan untuk keluar karena keterbatasan informasi. Sekarang mereka diberikan kesempatan untuk mencari informasi dan menunjuk orang yang dimaksud.

Rachel langsung memimpin para siswi dan siswa, "Kita berada di tempat yang tepat! Perpustakaan Selatan! Cepat, kita harus mencari petunjuk yang ada! Kita pasti bisa hidup!"

"Tapi bagaimana caranya? Perpustakaan ini memiliki enam lantai, tidak mungkin kita bisa menemukan petunjuk dalam waktu tiga jam saja." keluh salah satu siswa yang kemudian di angguki oleh siswa lainnya.

"Tidak masalah," ujar Rachel dengan sikap percaya diri, "Karena ini adalah hal yang dibuat oleh almarhum Baam, maka pasti wilayah yang harus kita cari hanya di sekitaran lantai ketiga dan ke empat."

Mata semua orang kemudian melirik Appel dan Michael. Melihat keduanya tidak membantah, mereka kemudian juga setuju untuk mengikuti arahan Rachel. Lagipula Baam adalah murid tingkat menengah atas seperti mereka, jadi tentu tempat paling mungkin adalah lantai ketiga dan keempat yang merupakan area siswa menengah atas.

Khun mengikuti para murid menaiki tangga ke lantai ke-tiga. Memilih untuk tetap disana saat dia berdiri di sudut hanya untuk memperhatikan saja.

Interior disana sangat familiar. Bukan karena Khun sering pergi kesana, tapi adalah karena interior di lantai ketiga perpustakaan adalah apa yang menjadi latar belakang dari foto-foto Baam yang ada di artikel. Dia yakin tentu ada juga foto yang diambil di lantai ke-empat.

Tapi Khun tidak berniat untuk naik ke lantai empat. Bukan karena apa, hanya saja dia yakin semua hal tidaklah sesederhana yang terlihat.

Petunjuk di perpustakaan? Ini lebih seperti perpustakaan adalah petunjuk itu sendiri.

Pelaku

Dia juga penasaran dengan bagaimana Kriteria si pelaku yang harus mereka cari. Secara kasar itu pastilah orang-orang yang membully Baam. Apple dan Michael adalah kandidat pelaku terkuat. Dan murid yang lain pasti juga memiliki pemikiran yang sama.

Hanya saja bukankah itu terlalu mudah. Secara spesifik sendiri hampir semua orang di kelas 2-D dapat menjadi pelaku. Masing-masing mungkin diam dan tidak membully Baam secara langsung seperti yang dilakukan oleh Michael dan yang lainnya, namun pasti pembullyan yang mereka lakukan tidak ada bedanya dengan yang dilakukan oleh Michael dkk.

Hanya saja perbuatan mereka tidak digembar-gemborkan seperti yang dilakukan oleh Michael yang melakukannya secara terang-terangan.

Seperti yang dikatakan oleh Rachel sebelumnya. Pastilah hal-hal yang harus mereka cari terkait dengan Baam.

Apa yang di alami oleh Baam di perpustakaan? Jika terkait dengan foto-foto bukti perilaku penguntitan yang Baam lakukan, bukankah pelakunya adalah Yura, dan Yura sendiri sudah mati tempo lalu. Apa mungkin Baam juga di bully di perpustakaan? Atau apakah perpustakaan adalah tempat dimana Baam di himbau sebelum dia pergi ke kamar mandi tempat dia di permalukan dan dipukuli hingga buruk?

"AAAHHH!!!"

Suara teriakan itu terdengar membuat semua perhatian mengarah. Berasal dari lantai empat. Tidak ada satupun dari mereka yang ada di lantai tiga berniat untuk naik untuk memeriksa. Bagaimanapun mereka tidak tahu bahaya apa yang menanti.

Selang beberapa waktu, suara langkah kaki yang tergesa-gesa terdengar. Kemudian sekelompok orang murid turun dengan wajah horror saat masing-masing dari mereka memegangi luka di tubuh mereka.

"Apa yang terjadi?" ujar Khun mendekati para murid, menghitung para murid yang ada dengan heran. Pasalnya dari lima orang yang naik, hanya tiga orang yang turun kebawah.

"Jen-jendela nya pecah!" sahut salah satu murid dengan tubuh gemetar hebat.

"Kami tidak tahu bagaimana, tapi saat salah satu dari kami berniat mencari petunjuk di jendela, jendela itu pecah dan kemudian... kemudian..."

"Monster! Tangan monster itu meraih masuk dan menangkap dia!!"

"Kami berusaha kabur saat angin kencang melukai kami dan seorang lagi dari kami tertangkap oleh tangan aneh milik monster tersebut."

"Apa?! Bagaimana mungkin ada monster yang berhasil masuk?! Bukankah ini lokasi amannya?!" seru Rachel tak percaya.

Khun berpikir sejenak, "Mungkin, mungkin ini hanya menjadi lokasi aman sementara. Semakin banyak waktu mengalir dan menipisnya waktu permainan yang tersisa, apapun yang menjaga tempat ini melemah dan membuat para monster di luar bisa masuk."

"Sialan! Cepat, mulai mencari!" perintah Michael kasar.

.

.

.

.

Tbc~

24 Juli 2020

[BL] Thriller Academy ✓Where stories live. Discover now