[2] Bekal Makanan

1.2K 246 26
                                    

Baam melihat poster yang terpasang di papan mading. Itu adalah potret seorang pria biru yang memiliki wajah androgini yang begitu cantik dengan nuansa biru disekitarnya. Dia tersenyum melihat kekamera menghasilkan potret yang membuat seseorang merasa mereka sedang ditatap langsung oleh mata kobalt itu.

Dia terlalu terpaku pada Rachel dan juga masalah perudungan yang menimpanya selama dia berada di akademi. Sehingga dia sebenarnya tidak banyak memiliki pengetahuan tentang orang-orang berpengaruh lainnya.

Pemuda biru yang menolongnya beberapa waktu yang lalu adalah seorang Ketua Dewan Siswa. Berada di tahun kedua tepatnya kelas 2-A. Sedikit mengejutkan Baam saat dia tahu kalau ternyata mereka berada di tahun yang sama.

Melihat nama di bawah foto itu, Baam menggumankannya pelan. "Khun Aguero Agnis."

Dia harus berterima kasih padanya. Entah apa yang menjadi dasar Khun bertindak pada saat itu, fakta bahwa dia sudah membantu Baam adalah benar adanya. Rachel mengatakan setiap perbuatan baik harus dib alas dengan yang baik pula, jadi Baam dengan hati-hati memikirkannya selama beberapa hari ini.

Pada akhirnya Baam datang dengan ide membuat bekal makanan. Hal yang dulu sering dilakukan oleh Arlene tiap kali dia ataupun ayahnya melakukan sesuatu yang memuaskan wanita itu.

Mengenggam erat kotak bekal ditangannya, Baam sedikit ragu. Bagaimanapun Khun adalah orang kaya, dan sebagai mantan orang kaya, Baam mengerti benar bagaimana pemilihnya lidah mereka. walau dia sudah membongkar tabungannya untuk membeli semua bahan makanan, itu masih lah barang yang dibeli di minimarket. Bukannya bahan-bahan yang dipilih secara hati-hati oleh para ahli.

Pada akhirnya Baam terlalu merasa rendah. Dia memutuskan untuk memakannya sendiri, namun dia sengaja membuat porsi besar karena niat awalnya sebagai tanda terima kasih. Tidak mungkin dia bisa menghabiskannya sendiri.

Ingat bahwa Rachel di waktu sekarang pasti memiliki waktu sendiri, Baam memutuskan untuk mencari gadis itu berniat untuk mengajaknya makan bersama. Pada waktu sekarang Yura pasti akan sibuk dengan eskul teater miliknya dan Rachel yang berhasil mendapatkan kursi di Dewan Siswa akan selalu tinggal di ruangan sendirian hingga Yura selesai dengan eskulnya.

Itu adalah satu-satunya waktu luang dimana Baam bisa berbicara dan berinteraksi dengan Rachel.

Karena hal ini, Baam sedikit gugup dan juga senang. Dia menatap pintu kayu elegan didepannya lamat, mengetuknya beberapa kali sebelum membukanya pelan. Dia baru saja akan menyapa Rachel saat dia tidak melihat kehadiran gadis itu.

Dibandingkan dengan melihat gadis berambut pirang, dia malah melihat pemuda berambut biru disana.

Khun tengah sibuk berkutat dengan laporan pengeluaran saat dia mengangkat pandangannya, menangkap keberadaan Baam disana. Melihat bahwa itu adalah korban Michael beberapa waktu yang lalu, Khun sedikit heran. "Masuklah, ada masalah lain?"

Baam sedikit tersentak. Dia dengan kaku masuk saat dia menunduk dalam. Pintu ruangan itu ditutup pelan saat dia tetap menatap lantai dibawahnya.

Khun yang tidak mendengar tanggapan apapun setelah beberapa lama akhirnya kembali menatap Baam lagi, "Ada apa? Kenapa diam?" tanya Khun lagi, melihat Baam yang tampak pemalu menyembunyikan sesuatu di balik punggungnya. Otak jeniusnya dengan cepat bekerja saat dia berkata, "Itu untukku?"

Menyusutkan bahunya, Baam mengangguk secara spontan. Dan saat dia menyadari tindakannya, dia terkejut dan tidak bisa membantahnya lagi karena Khun telah berdiri dari duduk nya, menghampiri Baam.

"Karena itu untukku, kenapa kau masih menyembunyikannya?" ujar Khun mencoba melihat dengan lebih jelas apa yang disembunyikan oleh Baam.

Baam gugup. Dia malu dan tidak tahu harus berbuat apa. Dengan tangan gemetar dia mengeluarkan kotak bekal dari persembunyiannya, memperlihatkannya pada Khun. "A-Aku,... aku ha-hanya bisa membayar- eh?! Maksudku berterima kasih,..."

Khun mendengarkan dalam diam. suara Baam terdengar lembut dan juga bergetar karena malu. Orang yang tidak tahu detailnya akan mengira kalau Khun sudah melecehkan pemuda kecil ini. mengukir seringai geli, dia memberi isyarat untuk duduk di sofa kembali. Baam sangat patuh mengikuti, membawa perasaan bahwa Khun baru saja mengangkat seekor anak anjing.

Kotak itu masih dipegang oleh Baam erat, tampak seperti dia akan mati jika sampai dipisahkan. Khun mencoba sabar –yang entah sejak kapan dia miliki. "Bukalah, kebetulan aku belum makan seharian ini."

Mendengar ini Baam semakin gugup. Dia takut bahwa masakannya hanya akan memperburuk keadaan Khun nanti. Tapi mata kobalt itu menatapnya erat, membuat Baam sulit untuk menolak. Perlahan dia melepas kain pembungkus dan membuka tutup kotak. Memamerkan bekal didalamnya yang diatur serapi mungkin.

Masakan yang ada didalam sana sama sekali tidak luar biasa. Itu merupakan komposisi dasar sebuah kotak bekal pada umumnya. Jauh berbeda dengan bekal luar biasa yang sering dibawa oleh Endorsi yang tampak bak makanan dari restoran bintang lima. Khun tidak memberi reaksi khusus, dia hanya diam dan dengan tenang mengambil sumpit dari tangan Baam, mengambil satu potong makanan dan mencobanya.

Sementara Baam membeku terkejut karena saat Khun mengambil sumpit tadi, kulit mereka tidak sengaja bersentuhan langsung. Bagi orang lain itu mungkin hal yang biasa, namun tidak bagi Baam.

Selama dia hidup dia hanya pernah melakukan kontak fisik –dalam artian tanpa adanya pukulan ataupun pembullyan- dengan kedua orang tuanya saja. Tentu dengan Rachel dia pernah juga, namun Rachel selalu berusaha sebisa mungkin untuk menghindari agar dia dan Baam tidak bersentuhan langsung. Sehingga setiap kali mereka melakukan kontak fisik itu akan terasa canggung. Ini adalah pertama kalinya dan itu sangat singkat.

"Woah, ini enak! Apa kau memasaknya?" tanya Khun, ada sedikit rasa antusias di suaranya.

Baam menundukkan kepalanya lebih rendah lagi saat dia menjawab dengan suara pelan, "Ya."

"Hee, kau hebat sekali. Mungkin kau bisa membuka toko di kemudian hari, aku tidak keberatan menjadi pelanggan tetap." Ujar Khun ringan saat dia menyuap satu makanan lain.

Sebenarnya ini sangat mengejutkan bagi Khun sendiri. Dia jelas tahu bahwa lidahnya sangat sensitif terhadap rasa yang membuat dirinya sendiri menjadi sangat pemilih. Makanan yang disediakan kantin ini saja sudah di atur ulang oleh Khun sejak dia menjadi Ketua Dewan Siswa.

Memeriksa setiap jenis makanan yang ada dan memaksa koki yang bekerja di dapur kantin untuk bekerja lebih keras untuk membuat lidah Khun sendiri bisa puas jika sewaktu-waktu dia harus makan di kantin.

Makanan yang Baam bawa jelas di buat dari bahan-bahan murah yang kemungkinan besar dibeli di minimarket. Jelas sama sekali tidak memenuhi kriteria sebagai makanan yang bisa Khun terima dengan mudah. Pada awalnya Khun hanya mencoba untuk bertindak sopan dengan mengambil satu suap atau dua suap sebelum meminta Baam pergi dan dia sendiri berhenti makan.

Tidak menduga bahwa makanan itu sendiri ternyata sangat enak dan diterima baik oleh dirinya sendiri. Uhm, mungkin cara memasak adalah apa yang sebenarnya menjadi masalah dalam membuat makanan yang enak.

Baam diam di tempat duduknya. Menatap Khun yang dengan gembira memakan bekal buatannya membuat dia juga ikut gembira. Senyum mekar diwajahnya setelah sekian lama menghilang, wajahnya bersemu karena bahagia yang dia rasakan.

Seakan menyadari sesuatu, Khun menghentikan acara makannya saat dia menatap Baam. "Omong-omong, apa kau sendiri sudah makan?" tanya Khun serius.

Mengingat kondisi keluarga Baam, jelas makanan seperti ini saja sudah merupakan kemewahan di waktu krisis mereka. Kemungkinan besar tabungan sang pemuda coklat itu sudah terkuras habis. Khun tiba-tiba merasa apa yang dia telan adalah herbal berharga berusia 3000th.

"A-aku sudah mak,..."

Kruyuuuk

Khun, "..." aku tahu aku brengsek, tapi ini pertama kalinya aku merasa begitu buruk karena menjadi brengsek.

.

.

.

Tbc~

11 Juli 2020

Yah aku ngk akan langsung masuk ke bagian horor nya. Kita mulai dulu dari bagaimana kehidupan Baam saat masih manusia dan juga hubungannya dengan Khun dan beberapa orang lainnya.

[BL] Thriller Academy ✓Unde poveștirile trăiesc. Descoperă acum