09 : Problem (2)

Mulai dari awal
                                    

Saat Jinyoung sudah benar-benar dekat dengan Renjun, ia menepuk pundak Renjun dengan sok akrabnya. Renjun hanya diam saja sampai Jinyoung mulai mendekatkan mulutnya dengan telinga Renjun, hendak membisikkan sesuatu.

“dilihat-lihat lagi, kayaknya lo suka sama Yuna. Tapi—“ ujarnya dengan sangat pelan, agar hanya Renjun yang dengar tentunya. Renjun hanya diam sampai Jinyoung kembali melanjutkan kalimatnya yang sempat di gantung.

“—Yuna itu bahan gue, lo boleh ambil dia setelah dare gue selesai”

Setelah mengatakan itu, Jinyoung kembali menjauhkan diri dengan Renjun, lalu tersenyum puas meski Renjun sudah menatapnya dengan sangat tajam.

Jinyoung mengedarkan pandangannya ke anak-anak kelas, “gue cabut” ujarnya singkat lalu membalikkan badan hendak keluar dari kelas.

Renjun yang mulai meningkat emosinya akibat bisikan Jinyoung tadi, mulai mengeratkan kepalan tangannya, bahkan tangannya sampai bergetar dan urat-uratnya jadi terlihat jelas. Renjun menutup matanya, berharap emosinya padam, tapi—

“—Yuna itu bahan gue, lo boleh ambil dia setelah dare gue selesai”

“—itu bahan gue

Bisikan itu kembali berputar di kepalanya, membuat emosinya penuh dan berhasil mengendalikan tubuhnya.

Renjun berjalan, mata tajamnya terus menatap Jinyoung yang kini berjalan memunggunginya. Saat Jinyoung sudah hampir sampai di pintu kelas, Renjun mempercepat langkahnya dan langsung meraih pundak Jinyoung. Sejurus kemudian Renjun membalikkan tubuh Jinyoung dengan kasar.

Mereka berhadapan, dan—

Buaghk!

Renjun meloloskan sebuah tinju tepat di pipi Jinyoung, membuat wajah sang empunya tertoleh kesamping secara paksa dan kasar.

“woi, Renjun!” teriak sang ketua kelas, lalu menghampiri Renjun dan menahan tangannya di bantu dengan anak-anak lain.

“buset mah, gue pikir lo anak kalem-kalem” ujar Jaemin dengan suara yang bergetar. Yah, Jaemin paling tidak suka dengan perkelahian.

Jinyoung menyeka darah yang keluar dari sudut bibirnya dengan kasar, lalu menatap Renjun dengan tajam. Tapi sejurus kemudian ia tersenyum seringai, karena merasa tebakannya benar.

Renjun terus memberontak meminta di lepaskan dari tahanan teman-temannya, agar ia bisa melayangkan tinju ke 2 untuk oknum di depannya itu.

“YUNA BUKAN BARANG YANG BISA LO SEBUT BAHAN, SIALAN! APALAGI BAHAN DARE LO!!” gertak Renjun yang masih di balut emosi.

Ryujin langsung melebarkan matanya setelah mendengar teriakan Renjun itu, kemudian menoleh dengan cepat ke Jinyoung, “apa maksudnya?! Lo jadiin Yuna bahan dare lo?! M-maksudnya lo pacarin Yuna karena dare?!” tebak Ryujin yang tepat sasaran.

Jinyoung tersenyum sumringah mendengar pertanyaan Ryujin itu, “oke, gue jujur. Gue pacarin Yuna itu karena dare, gue sama sekali ngak pernah suka sama dia, gue bahkan benci banget karena cewe yang di pilih untuk gue pacarin itu si Yuna, semua perhatian yang gue kasih ke dia itu Cuma palsu. Gue bahka—“

“CUKUP JINYOUNG!!” teriak Ryujin dengan lantang. Membuat Jinyoung harus menghentikan perkataannya, “biadab banget lo jadi cowo! Yuna itu tulus suka sama lo! Berani-beraninya lo—“

Ryujin berhenti berucap karena tak sanggup, matanya sedikit berkaca-kaca. Gadis itu menyisir rambutnya kebelakang dengan kasar, Ia tak sanggup membayangkan betapa sakitnya temannya nanti jika mengetahui hal ini.

“gue ngak peduli dia suka gue dengan tulus atau sebagainya, Yuna-nya aja yang bodoh langsung terima gue”

Brakk!

My savior & protector : Huang RenjunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang