Satu

57 17 19
                                    

"Jodoh adalah cerminan dari kita."

Allah ta'ala telah berjanji dalam firmanNYA:
"Laki-laki yang keji adalah untuk wanita-wanita yang keji dan wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji(pula) , laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik(pula).'' (QS.An Nuur:26).

"Disini masih adakah para kaum jomblo?" Tanya Ustad.

"Banyak ustad..."

"Tenang, gak usah galau gak usah bersedih. Kita semua tentunya sudah punya jodoh masing-masing kok. Bahkan Allah sudah menetapkan jodoh, rezeki, maut seorang hambanya dari usia empat bulan dalam kandungan. Ada yang nanya gini ustad, kok saya belum dapat jodoh, jodoh saya belum ketemu sampe sekarang ustad."

"Gak perlu khawatir gak dapat jodoh, tenang aja santai kaya di pantai. Mungkin jodohnya masih betah jagain jodoh orang." kekeh ustad

"Buat para ikhwan dan akhwat jangan hanya sibuk buat cari jodoh sampai lupa untuk memperbaik diri. Jodoh itukan cerminan diri, gak mau kan kalo nanti dapat jodoh yang zonk? Yuk kita sama sama memperbaiki, memantaskan diri dibarengi do'a minta sama Allah semoga dikasih jodoh yang baik akhlaknya, paham agama semoga bisa membimbing ke Jannah Nya bersama sama. Aamiin."

"Mungkin cukup sekian kajian kali ini, semoga kita diberi umur panjang bertemu lagi dikajian berikutnya. Terimakasih assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh."

"Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh."

"Langsung pulang Mey?" Tanya Nisa sahabat Meyra sejak SMA

"Iya nih cape banget hari ini, duluan ya Nis, Assalamualaikum."

--------

Pukul empat sore Meyra tiba di rumahnya. Rumahnya terasa sepi karena kedua orang tuanya sedang pergi menghadiri acara pernikahan anak dari temannya, sedangkan mbok Nah tadi pagi izin pulang karena anaknya sedang sakit.

Menaiki tangga, menuju kamarnya berada Meyra langsung bergegas membersihkan diri untuk melaksanakan kewajiban seorang muslim.

Allaahu Akbar, Allaahu Akbar

"Astagfirullah ko aku bisa ketiduran sih?" ternyata sudah memasuki waktu magrib terdengar suara adzan berkumandang.

Pintu kamar terbuka "Mey, udah bangun?" Tanya Umi memasuki kamar anaknya.

"Maaf Umi Mey ketiduran hehe, Umi kapan pulang?"

"Umi sama Abi pulang tadi sebelum magrib, ternyata kamu lagi tidur mau dibangunin tapi kamunya kaya kecapean yaudah gak Umi bangunin."

"Buruan ambil wudhu, Umi tunggu dibawah kita sholat berjamaah sama Abi." lanjut umi

"Loh, Abi gak sholat di masjid Umi?"

"Enggak dulu katanya kecapean abis pergi tadi."

Usai melaksanakan sholat magrib berjamaah Meyra berniat membantu Uminya masak untuk makan malam, namun niatnya ia urungkan karena seruan Abinya.

"Duduk dulu Mey, Abi mau ngobrol sama kamu."

"Yah Abi.. Mey kan mau bantu Umi masak." jawab Meyra cemberut

"Umi bisa sendiri kok, kamu temenin Abi ngobrol aja dulu." sahut Umi meninggalkan suami dan anaknya duduk berhadapan di mushola rumah.

"Umur kamu udah berapa Mey?" Tanya Abi memulai pembicaraan

"22 tahun Abi, kenapa emang?"

"Wah udah besar ya anak Abi, udah siap nikah dong." kekeh Abi

"Ish Abi Meyra masih muda tau, baru aja lulus kuliah masa udah nikah aja."

"Tapi Abi mau liat kamu bahagia, ada yang jagain kamu. Kalo Abi jodohin sama anak temen Abi mau?"

"Abi ku yang ganteng... ini kan bukan lagi zamanya Siti Nurbaya. Selama ini Aku bahagia kok ada Abi sama Umi yang jagain aku, gak perlu lah dijodohin segala entar aku juga bisa cari jodoh aku sendiri."

"Tapikan Abi sama Umi udah mulai tua, gak selamanya Abi sama Umi nemenin kamu terus, mau ya Abi jodohin anaknya masih muda kok umurnya 27 tahun ganteng lagi."

"Kenapa harus aku sih Abi, yang dijodohin?" Tanya Meyra

"Karena kamu kan anak satu-satunya Abi sama Umi. Abi juga percaya kalo kamu nantinya bisa membimbing suami kamu kejalan yang benar dan hidup bahagia."

"Loh, kenapa jadi aku yang ngebimbing Abi? Bukannya suami ya, yang harusnya menjadi imam membimbing keluarganya. Jangan-jangan Abi jodohin aku sama laki-laki yang ga bener lagi." tuduh Meyra

"Hus, kamu kalo ngomong suka ngasal. Mana mungkin Abi menjerumuskan anaknya sendiri. Bukannya calon suami kamu itu gak baik, hanya saja dia sedang berada dijalan yang salah dan jauh dari Allah. Abi berharap kamu bisa mengajaknya kembali ke jalan yang lurus sesama seorang muslim kita harus saling mengingatkan bukan? Mematuhi aturannya dan menjauhi larangan-nya."

"Dia juga berasal dari keluarga baik-baik, Abi tau karena orang tuanya teman Abi dari zaman SMA dulu. Dia juga udah setuju dijodohin sama kamu." lanjut Abi

"Harus banget ya, Abi?" cicit Meyra

"Kamu mau kan liat Abi sama Umi bahagia?" Tanya Abi

"Ya maulah Abi, masa gak mau sih liat orang tuanya bahagia."

"Nah dengan kamu turuti permintaan Abi ini, Abi sama Umi udah bahagia kok, bahagia banget malah. Selama ini Abi gak pernah kan minta yang macem-macem sama kamu? Mau ya nak."

"Kalo aku minta waktu dulu boleh Abi? Tiga hari deh biar aku yakin sama keputusan aku."

"Tentu boleh dong, nanti Abi kabarin keluarga calon kamu kalo udah siap."

"Makasih Abi."

"Yaudah kita makan dulu yuk, Abi udah laper banget. Wangi masakan Umi kamu udah kemana-mana." kekeh Abi

Sebenarnya Meyra masih ragu apakah dia harus menerima perjodohan ini atau menolak saja tapi kalo menolak sudah pasti Abinya akan kecewa. Oleh karena itu Meyra meminta waktu untuk berdo'a kepada Allah supaya diberi petunjuk serta keyakinan agar tidak salah langkah dan menyesal kemudian hari.


Assalamu'alaikum... Hola aku comeback bawa cerita baru nih kali ini aku buat cerita genre rohani nyerepet-nyerepet romance deh kayanya wkwk

Jangan lupa dibaca yaaa kasih komen&vote yang positif juga🌻🌻

See you

Assalamu'alaikum MeyraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang