Betapa sempurnanya.
Masa kecil Jiang Cheng begitu penuh warna. Keceriaan Wei Wuxian dan kehangatan Jiang Yanli sukses menutup kekosongan figur orang tua di dalam diri Jiang Cheng. Meski didikan tegas sang ibu membentuknya menjadi anak bermulut pedas, tapi jauh di dalam hati Jiang Cheng hanyalah sosok penyayang . Dia tak segan melakukan apa saja untuk orang terkasih. Terlebih jika itu melibatkan Jiang Yanli dan Wei Wuxian.
Semakin beranjak dewasa, siluet keluarga sempurna di kepala Jiang Cheng perlahan memudar. Ayah dan ibunya mulai sering berselisih. Yu Ziyuan selalu menuntut sang putra menjadi nomor satu dalam segala hal. Wanita keras kepala itu tak henti – henti mengingatkan Jiang Cheng akan posisinya sebagai pewaris tunggal perusahaan keluarga. Dia akan sangat murka jika mengetahui bahwa prestasi Jiang Cheng berada di bawah Wei Wuxian.
Ironisnya, fakta itu adalah tali pengekang paling kuat dalam hidup Jiang Cheng. Sekeras apapun berusaha, dia tak pernah bisa melampaui sosok yang telah dianggap kakak kandung itu.
Wei Wuxian tumbuh menjadi remaja cerdas dengan kemampuan sosialisasi tinggi. Seluruh murid dan guru, petugas kantin, bahkan penjaga kios dan pedagang kaki lima di sekitar SMA Yunmeng mengenalnya. Meski cenderung usil dan agak sulit diatur, tapi dia selalu menjuarai olimpiade antar sekolah. Dia bahkan sukses mengalahkan Lan Wangji, murid paling pandai dari SMA Gusu dalam olimpiade sains nasional.
Peristiwa itu akhirnya menjadi titik balik krusial dalam hidup Jiang Cheng. Mereka bersekolah di tempat yang sama, namun hanya prstasi Wei Wuxian yang dikenal. Sementara Jiang Cheng harus puas menyandang gelar sebatas "Anak CEO Jiang Coorporation."
Menghadapi kondisi ini, Yu Ziyuan justru tak segan membanding – bandingkan Wei Wuxian dan Jiang Cheng. Dia menyalahkan Jiang Fengmian dalam segala hal. Melampiaskan ketidakpuasan dan semakin menuntut Jiang Cheng memenuhi ambisinya.
Kebencian Nyonya Jiang semakin mendarah daging ketika Wei Wuxian memergoki Jin Zixuan—putra tunggal dari sahabat Yu Ziyuan—berbicara buruk tentang Jiang Yanli sebagai bentuk penolakan atas pertunangan yang diprakarsai orang tua mereka. Jiang Cheng juga ada di lokasi kejadian. Namun Wei Wuxian bertindak lebih cepat. Tanpa banyak bicara dia langsung melukis tinju di wajah pemuda sombong itu. Masalah ini pun menyebabkan rencana dua keluarga dikaji ulang dan berujung pada pembatalan pertunangan.
Tak lama berselang, Wei Wuxian mendapatkan beasiswa di universitas favorit Yu Ziyuan, sementara Jiang Cheng tidak lolos ujian seleksi. Wanita itu sangat murka. Dia sama sekali tak sadar, bahwa tekanan darinyalah yang menyebabkan sang anak jatuh sakit tepat sehari sebelum ujian dilaksanakan.
Sejak saat itu, pasangan suami istri Jiang pun mulai sering bertengkar. Bukan sekali dua kali putra kandung mereka bersaksi atas perang dingin di rumahnya sendiri. Mendengar secara langsung bagaimana kata – kata ofensif begitu mudah terucap tanpa peduli akan kehadirannya.
Seolah dia hanyalah benda mati. Tidak bernyawa dan mustahil sakit hati.
#*#*#
Satu jam telah berlalu sejak Jiang Cheng memutuskan kabur dari rumah. Tanpa pikir panjang, dia nekat naik bus dengan tujuan tak jelas. Akibatnya, kini remaja berusia 17 tahun itu terdampar entah di mana. Sepanjang mata memandang, hanya tampak hamparan pertokoan yang sudah tutup. Tak ada seorang pun manusia. Suasana benar – benar sepi seperti kota mati.
Hingga sebersit pemikiran absurd merasuki benak Jiang Cheng. Jangan – jangan bus yang tadi dia tumpangi adalah bus hantu. Dan tempatnya berada sekarang adalah bagian dari kota hantu.
Hentikan, A-Cheng! Kau bukan anak kecil yang bisa ditakut – takuti dengan fiksi misteri. Lagipula tidak ada hantu di dunia ini, Jiang Cheng berusaha menarik diri dari buaian imajinasi.
YOU ARE READING
Learn From Me
General FictionKetika memutuskan untuk meninggalkan rumah, Jiang Cheng sama sekali tak menyangka bahwa dia akan bertemu dengan seseorang yang sanggup mengubah akhir dari jalan hidupnya.
Part 1
Start from the beginning
