Sementara di dalam sana, pakaian Soobin sudah dinodai dengan darahnya sendiri. Pelaku itu menatap sebal ke arah pintu yang sedang di dobrak.

"Sialan." desisnya lalu menatap Soobin. "Urusan kita belum selesai, ketos. Sampai ketemu lagi."

Setelah itu, pelaku mengangkat meja kecil di samping ranjang. Lalu melemparnya ke jendela hingga kaca jendela itu hancur.

PRAANG!!

Ketika ia ingin melompat keluar, Soobin mencengkram kakinya sehingga pelaku itu gagal melompat dan wajahnya tergores sisa-sisa kaca yang menempel di kerangka jendela.

"Bangsat!"

Dengan kekesalan yang teramat sangat, ia menginjak-injak tangan Soobin dan menendang tubuhnya hingga jatuh menghantam lantai. Setelah itu, ia melompat keluar dari kamar tepat ketika pintu berhasil terbuka.

Beomgyu, Changbin, dan Yeonjun merangsek masuk ke dalam menghampiri Soobin yang tergeletak tak berdaya sambil menekan darah di perutnya yang sedikit robek.

"Kemana pelakunya, Bin?!" tanya Yeonjun.

Soobin menunjuk jendela kamarnya yang pecah. "D-dia lompat."

"Sialan." desis Yeonjun lalu keluar dari kamar untuk mengejar pelaku. Ia juga berteriak memanggil yang lain untuk memblok semua pintu masuk penginapan agar pelakunya tidak bisa masuk ke dalam.

Di kegelapan itu suara langkah kaki mereka yang panik saling beradu. Cahaya senter saling menyorot ke semua sisi, mencari si pelaku yang melarikan diri.

Beomgyu memperhatikan satu persatu temannya yang saling mencari. "Jeongin, kak Yeonjun, kak Hyunjin, kak Felix."

Beomgyu berpikir sejenak. "Kak Lino!!"

Beomgyu baru menyadari ketidakhadiran Lino diantara mereka. "Kak Changbin, jagain kak Soobin bentar ya. Gue ada urusan sebentar."

Changbin mengangguk. "Sekalian bawain P3K."

Jedaarr!!

Beomgyu terguncang di tempatnya. Langit bergemuruh, dan suara air turun dari langit pun mulai terdengar deras. Beomgyu meneguk ludahnya ngeri. Lengkap sekali malam yang mengerikan ini. Hujan, mati lampu, lalu pelaku yang sedang berkeliaran.

Ia melangkah menghampiri kamar Lino sambil menyorot menggunakan senter HP nya. Suasana mendadak sepi, membuatnya merasa heran. Beomgyu menoleh kebelakang, lalu mengarahkan senternya kesana.

Kosong.

Kemana semua teman-temannya yang ricuh tadi?

"Kak Yeonjun? Ayen?? Eh maksudnya Jeongin?? Kalian dimana?!"

"ISH GOBLOK! KOTOR NIH BAJU GUE ELAH!! BUTA MATA LO?!"

"JAGAIN PINTUNYA, BABI!!"

"DIA GAK ADA DISINI!! BALIK AJA LAH, UJAN GINI JUGA!!"

Beomgyu menghela lega ketika mendengar suara ribut mereka di luar. Jantungnya yang berpacu cepat mulai kembali normal. Ia melangkah lagi sendirian ditengah koridor itu. Beomgyu berasa sedang berada di dalam game Slendrina saja sekarang. Mengerikan.

Dan ketika ia sampai di depan pintu kamar Lino, maniknya tak sengaja melirik gagang pintu yang ada bercak darah. Beomgyu refleks memundurkan langkahnya, terkejut. Kamar Lino sudah tidak dikunci lagi semenjak Chan mengamuk saat itu. Tapi apakah darah ini menunjukkan jika memang Lino pelakunya dan memulai aksinya lagi?

Sret

Beomgyu melirik kebawah. Ada kotak P3K di dekat kakinya, tapi sejak kapan ada kotak itu disini?

"Kasih kotaknya dulu. Lo bisa dituduh macem-macem kalo buka pintunya."

Beomgyu merinding dan jantungnya memompa lebih cepat dari sebelumnya. Tubuhnya terasa lemas, seakan tak bisa bergerak walau hanya satu langkah.

Dia sendirian disini, lantas itu suara siapa?

Drrrkk

Beomgyu mematung. Ia mendengar seperti ada sesuatu yang menggelinding di lantai. Dan rasa merindingnya kini semakin memuncak ketika ia merasakan ada rambut yang menyentuh kakinya. Perlahan, Beomgyu melirikkan matanya ke bawah, tanpa menggerakkan kepalanya.

Saat itu juga Beomgyu berteriak histeris dengan kakinya yang gemetaran.

"AAAA!!! KEPALANYA TAEHYUN KENAPA ADA DISINI?!!"


























"Beomgyu?"

"EH AYAM BEKICOT!!" latah Beomgyu sambil menutup matanya.

"Apaan sih? Lo kenapa?"

Beomgyu membuka matanya, menatap Seungmin dengan secangkir kopi hangatnya. "Sialan, gue kira memedi."

Seungmin mengangkat satu alisnya bingung, dan tanpa sengaja melirik ke bawah.

"Astaga! Kepala Taehyun kok di sini?!"

Seungmin dengan perlahan mengambil kepala Taehyun yang tergeletak. Tangan kanannya memegang kopi, sedangkan tangan kirinya mencengkram rambut kepala Taehyun.

"Lo ngapain jam segini bikin kopi? Sebentar lagi juga pagi." tanya Beomgyu.

"Ahh gue lupa ngasih tau lo. Gue emang biasanya jam segini bangun, terus bikin kopi. Buat apa? Buat nahan ngantuk supaya gue bisa nulis part cerita gue yang baru sampe pagi." jawab Seungmin.

Beomgyu mengangguk saja. "Oh iya, bisa tolong anterin kotak ini ke kamar kak Soobin?" tanya nya sambil menunjuk ke bawah.

Seungmin melirik arah tunjuk Beomgyu, lalu mengernyit bingung. "Kotak apa? Gak ada apa-apa tuh."

Beomgyu terbelalak. "Jinjja?!!" ia menatap arah tunjuknya dengan rasa tak percaya karena kotak obat itu sama sekali tidak ada disana.

"Anjir kotaknya jadi siluman." gumamnya.

"Btw Gyu." panggil Seungmin.

"Ya?"

Raut wajah Seungmin nampak lebih serius. "Gue liat ada bayangan orang masuk kesini lewat pintu belakang. Gue gak nyadar karena posisi gue ngebelakangin pintu."

Untuk kedua kalinya Beomgyu terbelalak lagi. "JINJJA?!!"

"Jinjja itu ninja ya?" tanya Seungmin.

Beomgyu mendecak. "Ck, yang norak mah beda."

Seungmin melotot kesal. "Sialan."

"Dia masuk kemana kak?" tanya Beomgyu.

Seungmin menunjuk pintu di samping mereka. "Kamar ini."

"M-maksud lo kamar kak Lino?"

Seungmin mengangguk, sementara Beomgyu menatapnya dengan tatapan aneh.
















































"Tapi kak, kenapa lo santai banget megang kepalanya Taehyun? Seakan-akan lo udah terbiasa sama hal kayak gitu."

[2] Alarm | TXT ft. SKZ『√』Kde žijí příběhy. Začni objevovat